KOMPI+25

Komunitas Pendidikan Indonesia

Jaringan Komunikasi KOMUNITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Monday, 26 March 2018

PENTING! Persiapkan Diri Memenuhi Persyaratan Keterampilan Koneksitas Dunia

Posted by   on Pinterest



Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet di Indonesia (APJII), hingga tahun 2016 jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai angka 132,7 juta, lebih dari separuh penduduk Indonesia yang berjumlah 257,9 juta (Kemendagri). Jumlah pengguna ini masih didominasi oleh pengguna dari Pulau Jawa (65%). Usia pengguna internet itu dari rentang usia 10-24 tahun berada di posisi ketiga setelah rentang usia 35-44 tahun, dan 25-34 tahun. Pengguna terdiri dari pelajar dan mahasiswa berada di peringkat tiga terbawah setelah kategori pekerjaan lainnya. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa pengguna internet di Indonesia belum merata.

Menurut Don Watkins, dalam artikelnya yang berjudul “Are textbooks in or out? The state of open educational resources” (opensource.com, CC BY-SA), pemerataan kesempatan untuk mengakses internet, dapat memaksimalkan penerapan prinsip Sumber Pembelajaran Terbuka secara daring di Indonesia. Oleh karena itu, jika penerapan prinsip Sumber Pembelajaran Terbuka yang bersifat daring hendak digunakan untuk keperluan pendidikan, kemungkinan belum maksimal karena tersedianya buku-buku pelajaran elektronik, misalnya Wikipedia, atau Buku Sekolah Elektronik menarik lainnya, akan hanya dinikmati pengguna internet dari kategori pelajar dan mahasiswa dengan jumlah minim. Institusi pendidikan harus meningkatkan pemanfaatan sistem pembelajaran daring kepada pelajar, dan mahasiswa dengan mengarahkan mereka pada iklim pendidikan terbuka, yang menyediakan sumber pembelajaran terbuka. Juga dapat mempertimbangkan Sumber Pembelajaran Terbuka yang ramah seluler dengan memanfaatkan telepon pintar di Indonesia (sebanyak 47,6%).

UNESCO sedang menyelenggarakan Mobile Learning Week (26-30 Maret 2018), yang bermitraan dengan International Telecommunication Union (ITU), sebuah badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk TIK. Peserta akan bertukar pengetahuan tentang cara pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dapat menentukan dan mencapai target terkait keterampilan yang ditentukan oleh Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 4 (SDG 4). Konferensi ini terdiri dari empat sub-acara dan akan memfasilitasi tindakan untuk:
• Menetapkan dan mengarusutamakan keterampilan digital dalam pendidikan;
• Inovasi penyediaan keterampilan untuk pekerjaan di ekonomi digital;
• Ketimpangan yang dekat dan perbedaan gender dalam keterampilan digital; dan
• Petakan dan antisipasi perubahan kebutuhan akan keterampilan digital.

Momen ini dimaksudkan untuk menyatukan para ahli, praktisi dan pembuat kebijakan dari seluruh dunia untuk berbagi ide dan praktik terbaik tentang cara menggunakan teknologi seluler dimanapun untuk mendukung pembelajaran bagi semua, terutama masyarakat yang kurang beruntung. Tahun ini, mereka akan merumuskan berbagai keterampilan dan kompetensi digital yang diperlukan seseorang dalam memerankan bagian aktif dikalangan masyarakat sebagai dampak perubahan teknologi yang sedang berkembang termasuk, robotika, kecerdasan buatan, dan Internet of Things

Konfrensi ini diharapkan akan menyediakan platform untuk berbagai praktik teladan dalam pembelajaran seluler, dengan fokus khusus pada peepaduan pendekatan pendidikan 'non-digital' dan aplikasi pembelajaran seluler untuk mengurangi ketidaksetaraan, memacu pendekatan inovatif untuk mengajar dan belajar, dan menjembatani formal dan non-digital sistem formal. Mobile Learning Week 2018 akan menampilkan simposium, lokakarya tentang proyek dan kebijakan inovatif, dan strategi laboratorium, serta forum kebijakan mengenai prakarsa pendidikan nasional dengan menteri pendidikan, teknologi dan komunikasi untuk mempersiapkan ekonomi digital.

Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, membuka acara ini dengan menyoroti pentingnya mempersiapkan sistem pendidikan dan pelatihan di mana-mana untuk menghadapi revolusi teknologi yang sedang berlangsung.
“Di dunia kita yang semakin terhubung, keterampilan digital adalah prasyarat untuk inklusi ekonomi dan sosial, kita memerlukan kebijakan dan investasi inovatif untuk menjembatani kesenjangan digital, menyediakan semua peserta didik dengan keterampilan digital dan memperluas peluang untuk memperolehnya sepanjang hidup.”
Houlin Zhao, Sekretaris Jenderal ITU, yang mendampingi Ms Azoulay, mengatakan, “Sebagai badan PBB yang memimpin untuk teknologi informasi dan komunikasi (TIK), ITU bangga bermitra dengan UNESCO untuk Mobile Learning Week 2018 untuk menjelajahi bagaimana kita dapat memanfaatkan kekuatan TIK untuk memastikan pendidikan inklusif dan berkualitas untuk semua.”

Sebelumnya, UNICEF Country Representative of Indonesia bersama Kementerian Kominfo serta Berkman Center for Internet and Society, Harvard University, yang berjudul "Digital Citizenship Safety among Children and Adolescents in Indonesia" (Keamanan Penggunaan Media Digital pada Anak dan Remaja di Indonesia) telah melakukan Studi Penelitian. Studi yang didanai oleh UNICEF itu menelusur aktivitas online dari sampel sebanyak 400 responden anak dan remaja usia 10-19 yang tersebar di seluruh negeri dan mewakili wilayah perkotaan dan perdesaan. Dari survey ini ditemukan fakta, bahwa:
  • Setidaknya 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia merupakan pengguna internet, dan mereka menggunakan media digital menjadi pilihan utama saluran komunikasi.
  • 80% responden pengguna internet, terbukti ada kesenjangan digital yang kuat antara mereka yang tinggal di wilayah perkotaan dan lebih sejahtera di Indonesia, dengan mereka yang tinggal di daerah perdesaan (dan kurang sejahtera). Di daerah perkotaan hanya 13% dari anak dan remaja yang tidak menggunakan internet, sementara daerah perdesaan, menyumbang 87%.
  • Mayoritas dari mereka menggunakan media online selama lebih dari satu tahun, dan hampir setengah dari mereka mengaku pertama kali belajar tentang internet dari teman.
Kesimpulan utama dari studi berjudul “Seminar Sehari Internasional Penggunaan Media Digital di Kalangan Anak dan Remaja di Indonesia” pada tangal 18 Februari 2014 itu adalah penggunaan media sosial dan digital menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari anak muda Indonesia.
Studi ini merekomendasikan perlunya upaya-upaya untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan keterampilan mereka dalam kaitannya dengan keamanan berinternet anak-anak dan remaja di Indonesia. Caranya melalui sosialisasi, pendidikan Iiterasi maupun pelatihan. Pemahaman penggunaan dan keamanan media digital sangat penting, sebelum merancang program-program informasi tentang keamanan digital. Termasuk memahami tentang cara mereka mengartikan dan menggunakan teknologi digital, komunikasi secara online dan perilaku berisiko atau tidak aman. 
Mereka memiliki tiga motivasi utama untuk mengakses internet yaitu untuk mencari informasi, untuk terhubung dengan teman (lama dan baru) dan untuk hiburan. Pencarian informasi yang dilakukan sering didorong oleh tugas-tugas sekolah, sedangkan penggunaan media sosial dan konten hiburan didorong oleh kebutuhan pribadi.
Pola komunikasi anak dan remaja melalui internet mayoritas dilakukan dengan teman sebaya, diikuti komunikasi dengan guru, dan komunikasi dengan anggota keluarga. Selain itu, hampir semua dari mereka tidak setuju terhadap isi pornografi di internet. Namun, sejumlah besar anak dan remaja telah terekspos dengan konten pornografi, terutama ketika muncul secara tidak sengaja atau dalam bentuk iklan yang memiliki bernuansa vulgar.
Pihak orangtua mungkin ketinggalan dari anak-anak mereka dalam hal menguasai dan menggunakan media digital, sedikit dari orangtua yang mengawasi anak-anak mereka ketika mengakses internet, dan sedikit yang menjadi 'teman' anaknya dalam jejaring sosial.
0rangtua dan guru semakin menyadari manfaat media digital untuk mendukung pendidikan dan pembelajaran anak. Misalnya, menugaskan siswa untuk mengumpulkan informasi dari internet. Hal ini langkah yang baik untuk meningkatkan pemanfaatan internet sebagai sarana pendidikan. Orang tua dapat menjadi 'teman' di akun jejaring sosial anak. Di situ orang tua dapat bergabung dan berkomunikasi secara intensif dengan anak-anak untuk menciptakan lingkungan yang aman dan positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak mereka di dunia cyber
Banyak anak-anak yang tidak terlindungi dari konten negatif yang ada di internet, sebagian besar sampai kepada mereka tanpa sengaja melalui pesan pop-up atau melalui link yang menyesatkan. Para orangtua dan guru perlu mengetahui dan terlibat dalam program keamanan digital bagi anak dan remaja. Pesan-pesan tentang keamanan digital harus berimbang dengan menekankan pada kemanfaatan internet bagi pendidikan, penelitian, dan perdagangan.
Perlu dikembangkan cara-cara efektif untuk mengkampanyekan keamanan digital secara online maupun offline melalui segala bentuk saluran media tradisional maupun digital, seperti televisi, radio, websites, atau media sosial yang sering digunakan oleh anak dan remaja. Dibutuhkan kader-kader muda teladan dalam keamanan berinternet, yang dapat membagikan hal tersebut kepada teman-temannya melalui media digital, melalui sarana audio dan video di media massa, maupun secara offline di sekolah-sekolah maupun kampus.
Dari sisi ekonomi, mobile learning merupakan sistem pendukung dalam proses belajar yang sangat menarik dan kompetitif karena dapat berpotensi menghasilkan keuntungan yang sangat besar kepada para pembelajar, penyelenggara mobile lerning bahkan penyedia content dan akses terhadap content-content pembelajaran.
Selanjutnya diharapkan dapat dibangun system yang dapat mengelola kebutuhan system mobile learning dengan bandwidth yang memadai untuk bisa menyampaikan informasi-informasi pembelajaran yang bersifat multimedia. Caranya dengan mengembangkan aplikasi layanan untuk mahasiswa, administrator dan dosen yang terintegrasi sehingga dapat memudahkan pengelolaan pembelajaran yang disampaikan dalam teknologi mobile.

Perubahan struktur media di Indonesia, terutama dengan meningkatnya penggunaan ponsel, telah mengubah akses dan penggunaan media digital internet di kalangan anak dan remaja. Menerapkan e_learning memang semakin mendesak, oleh karena itu, secepatnya harus dipersiapkan sejalan dengan perkembangan teknologi saat ini. Namun semua pihak yang berkepentingan harus tetap aktif mengawasi dan menjaga keamanan dan kenyamanan pelajar atau mahasiswa.

Demikian artikel ini. Semoga bermanfaat

SUMBER :

No comments:
Write comments

Terim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan

KABAR TEMAN

ARSIP

*** TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG *** SEMOGA BERMANFAAT *** SILAHKAN DATANG KEMBALI ***
Komunitas Pendidikan Indonesia. Theme images by MichaelJay. Powered by Blogger.
Hai, Kami Juga Hadir di Twitter, like it - @iKOMPI25
Kirim Surat