Menurut
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet di Indonesia (APJII), hingga tahun 2016
jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai angka 132,7 juta, lebih dari
separuh penduduk Indonesia yang berjumlah 257,9 juta (Kemendagri). Jumlah
pengguna ini masih didominasi oleh pengguna
dari Pulau Jawa (65%). Usia pengguna internet itu dari rentang usia 10-24 tahun berada di posisi ketiga setelah
rentang usia 35-44 tahun, dan 25-34 tahun. Pengguna
terdiri dari pelajar dan mahasiswa berada di peringkat tiga terbawah setelah
kategori pekerjaan lainnya. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa pengguna internet di Indonesia belum merata.
Menurut Don Watkins, dalam artikelnya yang berjudul “Are textbooks in or out? The state of open educational resources” (opensource.com, CC BY-SA), pemerataan kesempatan untuk mengakses internet, dapat memaksimalkan penerapan prinsip Sumber Pembelajaran Terbuka secara daring di Indonesia. Oleh karena itu, jika penerapan prinsip Sumber Pembelajaran Terbuka yang bersifat daring hendak digunakan untuk keperluan pendidikan, kemungkinan belum maksimal karena tersedianya buku-buku pelajaran elektronik, misalnya Wikipedia, atau Buku Sekolah Elektronik menarik lainnya, akan hanya dinikmati pengguna internet dari kategori pelajar dan mahasiswa dengan jumlah minim. Institusi pendidikan harus meningkatkan pemanfaatan sistem pembelajaran daring kepada pelajar, dan mahasiswa dengan mengarahkan mereka pada iklim pendidikan terbuka, yang menyediakan sumber pembelajaran terbuka. Juga dapat mempertimbangkan Sumber Pembelajaran Terbuka yang ramah seluler dengan memanfaatkan telepon pintar di Indonesia (sebanyak 47,6%).
UNESCO sedang menyelenggarakan Mobile Learning Week (26-30 Maret 2018), yang bermitraan dengan International Telecommunication Union (ITU), sebuah badan khusus
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk TIK. Peserta akan
bertukar pengetahuan tentang cara pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya
dapat menentukan dan mencapai target terkait keterampilan yang ditentukan oleh
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 4 (SDG 4). Konferensi
ini terdiri dari empat sub-acara dan akan memfasilitasi tindakan untuk:
Momen ini dimaksudkan untuk menyatukan para ahli, praktisi dan pembuat kebijakan dari seluruh dunia untuk berbagi ide dan praktik terbaik tentang cara menggunakan teknologi seluler dimanapun untuk mendukung pembelajaran bagi semua, terutama masyarakat yang kurang beruntung. Tahun ini, mereka akan merumuskan berbagai keterampilan dan kompetensi digital yang diperlukan seseorang dalam memerankan bagian aktif dikalangan masyarakat sebagai dampak perubahan teknologi yang sedang berkembang termasuk, robotika, kecerdasan buatan, dan Internet of Things.
Konfrensi ini diharapkan akan menyediakan platform untuk berbagai praktik teladan dalam pembelajaran seluler, dengan fokus khusus pada peepaduan pendekatan pendidikan 'non-digital' dan aplikasi pembelajaran seluler untuk mengurangi ketidaksetaraan, memacu pendekatan inovatif untuk mengajar dan belajar, dan menjembatani formal dan non-digital sistem formal. Mobile Learning Week 2018 akan menampilkan simposium, lokakarya tentang proyek dan kebijakan inovatif, dan strategi laboratorium, serta forum kebijakan mengenai prakarsa pendidikan nasional dengan menteri pendidikan, teknologi dan komunikasi untuk mempersiapkan ekonomi digital.
• Menetapkan
dan mengarusutamakan keterampilan digital dalam pendidikan;
• Inovasi
penyediaan keterampilan untuk pekerjaan di ekonomi digital;
•
Ketimpangan yang dekat dan perbedaan gender dalam keterampilan digital; dan
• Petakan dan antisipasi perubahan kebutuhan
akan keterampilan digital.Momen ini dimaksudkan untuk menyatukan para ahli, praktisi dan pembuat kebijakan dari seluruh dunia untuk berbagi ide dan praktik terbaik tentang cara menggunakan teknologi seluler dimanapun untuk mendukung pembelajaran bagi semua, terutama masyarakat yang kurang beruntung. Tahun ini, mereka akan merumuskan berbagai keterampilan dan kompetensi digital yang diperlukan seseorang dalam memerankan bagian aktif dikalangan masyarakat sebagai dampak perubahan teknologi yang sedang berkembang termasuk, robotika, kecerdasan buatan, dan Internet of Things.
Konfrensi ini diharapkan akan menyediakan platform untuk berbagai praktik teladan dalam pembelajaran seluler, dengan fokus khusus pada peepaduan pendekatan pendidikan 'non-digital' dan aplikasi pembelajaran seluler untuk mengurangi ketidaksetaraan, memacu pendekatan inovatif untuk mengajar dan belajar, dan menjembatani formal dan non-digital sistem formal. Mobile Learning Week 2018 akan menampilkan simposium, lokakarya tentang proyek dan kebijakan inovatif, dan strategi laboratorium, serta forum kebijakan mengenai prakarsa pendidikan nasional dengan menteri pendidikan, teknologi dan komunikasi untuk mempersiapkan ekonomi digital.
Direktur
Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, membuka acara ini dengan menyoroti pentingnya
mempersiapkan sistem pendidikan dan pelatihan di mana-mana untuk menghadapi revolusi
teknologi yang sedang berlangsung.
“Di dunia
kita yang semakin terhubung, keterampilan digital adalah prasyarat untuk
inklusi ekonomi dan sosial, kita memerlukan kebijakan dan investasi inovatif
untuk menjembatani kesenjangan digital, menyediakan semua peserta didik dengan
keterampilan digital dan memperluas peluang untuk memperolehnya sepanjang
hidup.”
Houlin Zhao,
Sekretaris Jenderal ITU, yang mendampingi Ms Azoulay, mengatakan, “Sebagai
badan PBB yang memimpin untuk teknologi informasi dan komunikasi (TIK), ITU
bangga bermitra dengan UNESCO untuk Mobile
Learning Week 2018 untuk menjelajahi bagaimana kita dapat memanfaatkan
kekuatan TIK untuk memastikan pendidikan inklusif dan berkualitas untuk semua.”
Sebelumnya, UNICEF
Country Representative of Indonesia bersama
Kementerian Kominfo serta Berkman Center for Internet and Society, Harvard
University, yang berjudul
"Digital Citizenship Safety among Children and Adolescents in
Indonesia" (Keamanan Penggunaan Media Digital pada Anak dan Remaja di
Indonesia) telah melakukan Studi Penelitian. Studi yang didanai oleh UNICEF itu menelusur aktivitas online dari sampel sebanyak 400 responden anak
dan remaja usia 10-19 yang tersebar di seluruh negeri dan mewakili wilayah
perkotaan dan perdesaan. Dari survey
ini ditemukan fakta, bahwa:
- Setidaknya 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia merupakan pengguna internet, dan mereka menggunakan media digital menjadi pilihan utama saluran komunikasi.
- 80% responden pengguna internet, terbukti ada kesenjangan digital yang kuat antara mereka yang tinggal di wilayah perkotaan dan lebih sejahtera di Indonesia, dengan mereka yang tinggal di daerah perdesaan (dan kurang sejahtera). Di daerah perkotaan hanya 13% dari anak dan remaja yang tidak menggunakan internet, sementara daerah perdesaan, menyumbang 87%.
- Mayoritas dari mereka menggunakan media online selama lebih dari satu tahun, dan hampir setengah dari mereka mengaku pertama kali belajar tentang internet dari teman.
Kesimpulan
utama dari studi berjudul “Seminar Sehari Internasional Penggunaan Media Digital di
Kalangan Anak dan Remaja di Indonesia” pada tangal 18 Februari 2014 itu adalah penggunaan
media sosial dan digital menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupan
sehari-hari anak muda Indonesia.
Studi ini merekomendasikan perlunya upaya-upaya untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan keterampilan mereka dalam kaitannya dengan keamanan berinternet anak-anak dan remaja di Indonesia. Caranya melalui sosialisasi, pendidikan Iiterasi maupun pelatihan. Pemahaman penggunaan dan keamanan media digital sangat penting, sebelum merancang program-program informasi tentang keamanan digital. Termasuk memahami tentang cara mereka mengartikan dan menggunakan teknologi digital, komunikasi secara online dan perilaku berisiko atau tidak aman.
Mereka memiliki tiga motivasi utama untuk mengakses internet yaitu untuk mencari informasi, untuk terhubung dengan teman (lama dan baru) dan untuk hiburan. Pencarian informasi yang dilakukan sering didorong oleh tugas-tugas sekolah, sedangkan penggunaan media sosial dan konten hiburan didorong oleh kebutuhan pribadi.
Studi ini merekomendasikan perlunya upaya-upaya untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan keterampilan mereka dalam kaitannya dengan keamanan berinternet anak-anak dan remaja di Indonesia. Caranya melalui sosialisasi, pendidikan Iiterasi maupun pelatihan. Pemahaman penggunaan dan keamanan media digital sangat penting, sebelum merancang program-program informasi tentang keamanan digital. Termasuk memahami tentang cara mereka mengartikan dan menggunakan teknologi digital, komunikasi secara online dan perilaku berisiko atau tidak aman.
Mereka memiliki tiga motivasi utama untuk mengakses internet yaitu untuk mencari informasi, untuk terhubung dengan teman (lama dan baru) dan untuk hiburan. Pencarian informasi yang dilakukan sering didorong oleh tugas-tugas sekolah, sedangkan penggunaan media sosial dan konten hiburan didorong oleh kebutuhan pribadi.
Pola
komunikasi anak dan remaja melalui internet mayoritas dilakukan dengan teman
sebaya, diikuti komunikasi dengan guru, dan komunikasi dengan anggota keluarga.
Selain itu, hampir semua dari mereka tidak setuju terhadap isi pornografi di
internet. Namun, sejumlah besar anak dan remaja telah terekspos dengan konten
pornografi, terutama ketika muncul secara tidak sengaja atau dalam bentuk iklan
yang memiliki bernuansa vulgar.
Pihak
orangtua mungkin ketinggalan dari anak-anak mereka dalam hal menguasai dan
menggunakan media digital, sedikit dari orangtua yang mengawasi anak-anak
mereka ketika mengakses internet, dan sedikit yang menjadi 'teman' anaknya
dalam jejaring sosial.
0rangtua dan
guru semakin menyadari manfaat media digital untuk mendukung pendidikan dan
pembelajaran anak. Misalnya, menugaskan siswa untuk mengumpulkan informasi dari
internet. Hal ini langkah yang baik untuk meningkatkan pemanfaatan internet
sebagai sarana pendidikan. Orang
tua dapat menjadi 'teman' di akun jejaring sosial anak. Di situ orang tua dapat bergabung
dan berkomunikasi secara intensif dengan anak-anak untuk menciptakan
lingkungan yang aman dan positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak
mereka di dunia cyber.
Banyak anak-anak yang tidak terlindungi dari konten negatif yang ada di internet, sebagian besar sampai kepada mereka tanpa sengaja melalui pesan pop-up atau melalui link yang menyesatkan. Para orangtua dan guru perlu mengetahui dan terlibat dalam program keamanan digital bagi anak dan remaja. Pesan-pesan tentang keamanan digital harus berimbang dengan menekankan pada kemanfaatan internet bagi pendidikan, penelitian, dan perdagangan.
Banyak anak-anak yang tidak terlindungi dari konten negatif yang ada di internet, sebagian besar sampai kepada mereka tanpa sengaja melalui pesan pop-up atau melalui link yang menyesatkan. Para orangtua dan guru perlu mengetahui dan terlibat dalam program keamanan digital bagi anak dan remaja. Pesan-pesan tentang keamanan digital harus berimbang dengan menekankan pada kemanfaatan internet bagi pendidikan, penelitian, dan perdagangan.
Perlu
dikembangkan cara-cara efektif untuk mengkampanyekan keamanan digital secara
online maupun offline melalui segala bentuk saluran media tradisional maupun
digital, seperti televisi, radio, websites, atau media sosial yang sering
digunakan oleh anak dan remaja. Dibutuhkan kader-kader muda teladan dalam
keamanan berinternet, yang dapat membagikan hal tersebut kepada teman-temannya
melalui media digital, melalui sarana audio dan video di media massa, maupun
secara offline di sekolah-sekolah maupun
kampus.
Dari sisi
ekonomi, mobile learning merupakan
sistem pendukung dalam proses belajar yang sangat menarik dan kompetitif karena
dapat berpotensi menghasilkan keuntungan yang sangat besar kepada para
pembelajar, penyelenggara mobile lerning
bahkan penyedia content dan akses terhadap content-content pembelajaran.
Selanjutnya diharapkan dapat dibangun system yang dapat mengelola
kebutuhan system mobile learning
dengan bandwidth yang memadai untuk bisa menyampaikan informasi-informasi pembelajaran yang bersifat multimedia. Caranya dengan mengembangkan aplikasi layanan
untuk mahasiswa, administrator dan dosen yang terintegrasi sehingga dapat
memudahkan pengelolaan pembelajaran yang disampaikan dalam teknologi mobile.
Perubahan
struktur media di Indonesia, terutama dengan meningkatnya penggunaan ponsel,
telah mengubah akses dan penggunaan media digital internet di kalangan anak dan
remaja. Menerapkan e_learning memang semakin mendesak, oleh karena itu, secepatnya harus dipersiapkan sejalan dengan perkembangan teknologi saat ini. Namun semua pihak
yang berkepentingan harus tetap aktif mengawasi dan menjaga keamanan dan
kenyamanan pelajar atau mahasiswa.
Demikian
artikel ini. Semoga bermanfaat
No comments:
Write commentsTerim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan