Gletser Mencair 100 Kali Lebih Cepat
Ilmuwan mengklaim gletser seluruh dunia telah mencair 100 kali lebih cepat dalam kurun 350 tahun. Bahayanya, ini berdampak pada jutaan manusia yang bergantung pada air tawar. Klaim itu berdasarkan studi di Patagona, Amerika Selatan dengan 270 gletser Patagonia setara dengan 1.700 kali kuantitas air di danau Windermere. Studi yang dilakukan Profesor Neil Glasser dari Aberystwyth University bersama dengan ilmuwan dari University of Exeter dan Stockholm University menganalisis jumlah batuan yang ditinggalkan oleh gletser yang sudah lenyap di kawasan gletser Amerika Selatan dengan 270 gletser Patagonia setara dengan 1.700 kali kuantitas air di danau Windermere.
Sejak Zaman Es berakhir di Patagonia pada pertengahan abad 17, kawasan itu sudah kehilangan 145 kubik es. Ini disebabkan peningkatan suhu yang mencapai 1,4 derajat Celcius di kawasan itu. Demikian laporan di jurnal Nature Geoscience. Gletser sudah sangat berkurang dalam kurun 30 tahun terakhir. Ini melebihi perkiraan dan Ini sangat menakutkan. Sama seperti gletser di Pegunungan Alpen ataupun kawasan Bumi utara, mengalami pengurangan gletser drastis. Ini pembunuhan bagi masyarakat Himalaya. Dalam jangka pendek mamang menguntungkan karena mereka mendapatkan air tawar lebih banyak saat musim kemarau. Tapi, dalam jangka panjang, ini masalah besar.
Hidrosfer adalah lapisan air yang ada di permukaan bumi. Kata hidrosfer berasal dari kata hidros yang berarti air dan sphere yang berarti lapisan. Hidrosfer di permukaan bumi meliputi danau, sungai,laut, lautan, salju atau gletser, air tanah dan uap air yang terdapat di lapisan udara. Siklus hidrologi adalah suatu proses peredaran atau daur ulang air secara yang berurutan secara terus-menerus. Pemanasan sinar matahari menjadi pengaruh pada siklus hidrologi. Air di seluruh permukaan bumi akan menguap bila terkena sinar matahari. Pada ketinggian tertentu ketika temperatur semakin turun uap air akan mengalami kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air dan jatuh sebagai hujan. Siklus hidrologi dibedakan menjadi tiga, yaitu siklus pendek, siklus sedang dan siklus panjang.
Pada siklus sedang, uap air yang berasal dari lautan ditiup oleh angin menuju ke daratan. Di daratan uap air membentuk awan yang akhirnya jatuh sebagai hujan di atas daratan. Air hujan tersebut akan mengalir melalui sungai-sungai, selokan dan sebagainya hingga kembali lagi ke laut. Pada siklus panjang, uap air yang berasal dari lautan ditiup oleh angin ke atas daratan. Adanya pendinginan yang mencapai titik beku pada ketinggian tertentu, membuat terbentuknya awan yang mengandung kristal es. Awan tersebut menurunkan hujan es atau salju di pegunungan. Di permukaan bumi es mengalir dalam bentuk gletser, masuk ke sungai dan selanjutnya kembali ke lautan.
Danau buatan Gletser
Danau Mapourika terletak di wilayah administrative West Coast di Pulau Selatan, Selandia Baru. Danau ini merupakan danau terbesar di West Coast, yang berasal dari gletser atau es yang mencair. Karena danau ini sudah tidak mendapat air dari gletser lagi, saat ini air yang terkumpul di danau tersebut berasal dari air hujan yang mengalir dari hutan di sekitar danau tersebut, yang banyak mengandung tannin dan memberikan warna hitam pada air danau tersebut. Karena angin yang berhembus berada pada ketinggian jauh di atas Pegunungan Alp Selatan, maka permukaan air di danau ini selalu tenang dan memantulkan bayangan pepohonan dari hutan di sekelilingnya dengan jelas.
Danau Tahoe adalah sebuah danau air tawar di pegunungan Sierra Nevada, yang terletak di perbatasan antara negara bagian California dan Nevada di Amerika Serikat, dekat Carson City. Sekitar dua pertiga garis pantainya berada di California. Di daerah ini, yang dirujuk sebagai Tahoe, terdapat sejumlah tempat bermain ski dan rekreasi tempat terbuka di musim panas. Danau ini adalah yang kedua terdalam di Amerika Serikat, yang ke-11 terdalam di dunia, dan keempat dari segi rata-rata kedalamannya. Danau Tahoe adalah salah satu danau terdalam (501 m), terluas (497 km²), dan tertinggi (1898 m) di Amerika Serikat. Hanya Danau Crater di Oregon yang lebih dalam (588 m). Meskipun pada sebagian besar lingkaran Danau Tahoe jalan raya melintas dalam jarak cukup dekat sehingga tepi danau dapat terlihat, beberapa bagian penting dari garis pantai California kini berada dalam lingkungan taman negara bagian atau dilindungi oleh Dinas Kehutanan Amerika Serikat.
Panjang Danau Tahoe sekitar 35 km dan lebarnya 19 km. Panjang garis pantainya 116 km dan luas permukaannya 495 km². Basin Danau Tahoe terbentuk oleh suatu patahan gugus geologis (normal) sekitar 2 hingga 3 juta tahun yang lalu. Patahan gugus geologis adalah suatu patahan dalam lempengan bumi yang menyebabkan gugus-gugus tanah menaik atau menurun. Gugus-gugus yang menaik menciptakan Carson Range di sebelah timur dan Sierra Nevada di sebelah barat. Gugus-gugus yang menurun menciptakan Basin Danau Tahoe di antaranya. Sebagian dari puncak-puncak tertinggi dari Basin Danau Tahoe Basin yang terbentuk dalam proses ini adalah Puncak Freel dengan ketinggian 3320 m, Puncak Monument (3068 m) (Daerah Ski Heavenly Valley sekarang), Puncak Pyramid (3043 m) (di Gurun Desolation), dan Gunung Tallac (2967 m).
Salju yang mencair mengisi bagian selatan dan terendah dari basin ini, membentuk nenek moyang Danau Tahoe, dengan hujan dan luapannya memberikan air tambahan. Danau Tahoe modern terbentuk oleh gletser-gletser yang mengalir pada Zaman Es (Zaman Es Besar dimulai sekitar satu juta tahun yang lalu). Banyak anak sungai yang mengalir ke dalam Danau Tahoe, tetapi air danau ini hanya mengalir keluar lewat Sungai Truckee, yang mengalir ke timur laut melalui Reno, Nevada dan ke dalam Danau Pyramid di Nevada. Rata-rata presipitasi berkisar antara lebih dari 140 cm/tahun di daerah perbatasan di sisi barat basin hingga sekitar 67 cm/tahun di dekat danau di sebelah timur basin. Presipitasi kebanyakan jatuh dalam bentuk salju antara November dan April, meskipun hujan badai ditambah dengan cairan salju yang cepat terjadi menyebabkan banjir yang terbesar.
Meskipun Danau Tahoe adalah sebuah danau alamiah, danau ini juga digunakan sebagai penampungan air oleh Distrik Irigasi Truckee-Carson (TCID). Permukaan danau ini dikendalikan dengan sebuah bendungan di buangan satu-satunya danau ini, yaitu Sungai Truckee, di Tahoe City. Bendungan ini hanya meningkatkan kapasitas danau ini sebanyak 732.000 acre-feet dan hanya mengatur batas 6 kaki tertinggi dari danau ini. Bandara Internasional Reno/ Tahoe di Reno, Nevada dan kendaraan Chevrolet Tahoe dinamai seturut dengan danau ini. Di Pantai Utara terdapat Cal Neva Resort (yang pernah dimiliki oleh Frank Sinatra) yang dilintasi garis batas antar negara bagian (bahkan juga melalui kolam renangnya). Mark Twain secara tidak sengaja menyebabkan kebakaran hutan di Danau Tahoe seperti yang digambarkan dalam Bab XXIII bukunya Roughing It. Kejuaraan Vans Tahoe diadakan di Northstar-at-Tahoe.
Ancaman Gletser
BBC News memberitakan bahwa pencairan gletser tak hanya berhenti sampai di situ, Dilaporkan lapisan ozon di Kutub Utara juga makin parah pada musim dingin ini, dikarenakan cuaca dingin di bagian atas atmosfir. Pada akhir bulan Maret, 40 persen lapisan ozon di stratosfir telah rusak, naik dari sebelumnya yang kerusakannya masih berkisar 30 persen. Lapisan ozon melindungi manusia dari kanker kulit, tapi lapisan gas tersebut rusak karena polusi industri kimia. Kerusakannya adalah reaksi dari kondisi dingin di stratosfir akibat polusi industri kimia. Beberapa zat kimia sudah dilarang penggunaannya melalui perjanjian Montreal Protocol dari PBB, namun keberadaan zat-zat tersebut bakal bertahan lama di atmosfir hingga berpuluh-puluh tahun. Meski mendinginnya suhu stratosfir merupakan peristiwa tahunan di wilayah kutub selatan, akan tetapi gambaran mengenai kutub utara masih belum bisa diprediksi.
Michel Jarraud, Sekjen dari World Meteorogical Organization (WMO) mengatakan bahwa pada musim dingin, ketika wilayah kutub utara biasanya hangat di daratnya, suhu 15-20 km di atas permukaan Bumi malah berbanding terbalik. Tingkat kerusakan lapisan ozon pada musim dingin tergantung pada kondisi meteorology. Lapisan ozon pada tahun 2011 menunjukkan bahwa kita harus waspada dan membuka mata pada situasi di kutub utara dalam beberapa waktu ke depan. Rusaknya lapisan ozon membuat sinar ultraviolet-B yang berbahaya dari matahari bisa masuk ke atmosfir. Hal ini bisa menyebabkan kanker kulit, katarak, kerusakan sistem kekebalan tubuh. WMO telah memperingatkan warga dunia untuk mewaspadai hal ini. Perjanjian Montreal Protocol yang telah disepakati pada tahun 1987, telah melarang penggunaaan zat Chlorofluorocarbon (CFC) yang dulu banyak digunakan untuk lemari es. WMO menguak data ini pada acara pertemuan tahunan European Geosciences Union (EGU) di Vienna, Austria.
Sebanyak seperlima gletser di Himalaya telah menyusut karena mencair dalam kurun 30 tahun terakhir. Rinciannya antara lain, 21 persen gletser di Nepal dan 22 persen gletser di Butan mencair. Fakta itu merupakan hasil penelitian International Center for Integrated Mountain Development (Icimod), sebuah organisasi yang berbasis di Kathmandu, Nepal. Sebanyak 3 laporan menyangkut hasil riset tersebut dipresentasikan pertama kali di UN Climate Talk di Durban, Afrika Selatan, Minggu (4/12/2011).
Icimod melakukan survei pada 10 lokasi berbeda dan menemukan fakta bahwa gletser di seluruh lokasi yang diteliti mencair. Pencairan mengalami percepatan dalam 10 tahun terakhir, terutama tahun 2002-2005. Ilmuwan memperingatkan bahwa Himalaya adalah "kutub ketiga" yang jika mencair akan berkontribusi pada kenaikan permukaan air laut. Pencairan gletser juga akan merugikan masyarakat yang hidup di bawahnya dan berpotensi mengakibatkan kekeringan di Asia.
David Molden, Direktur Icimod, seperti dikutip AFP, Senin (5/12/2011) melaporkan bahwa Wilayah Hindu Khus Himalaya adalah raksasa lunak. Terlihat mengagumkan, wilayah itu adalah salah satu yang paling sensitif di dunia. Sampai saat ini, belum ada data spesifik tentang jumlah, area, dan status terkini di seluruh wilayah Himalaya. Diprediksikan, jika emisi gas rumah kaca berlangsung tanpa pengurangan, gletser akan menghilang tahun 2035.
Rajendra Pachauri, Chairman Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) mengungkapkan, Laporan ini memberikan dasar dan informasi di lokasi spesifik untuk memahami perubahan iklim di salah satu wilayah yang paling rapuh di dunia.Pada saat yang sama, penelitian ini juga kembali menegaskan pentingnya mengurangi emisi gas rumah kaca lewat berbagai tindakan, mulai menjaga hutan hingga mengurangi pemakaian bahan bakar fosil.
Jutaan orang berada di bawah ancaman dari melelehnya gletser Himalaya, menurut para ilmuwan melaksanakan penilaian yang paling komprehensif perubahan iklim di wilayah ini. Temuan, diterbitkan dalam tiga laporan oleh Pusat Kathmandu berbasis Internasional untuk Pembangunan Gunung Terpadu (ICIMOD), gletser menunjukkan Nepal telah menyusut 21 persen dan di Bhutan sebesar 22 persen selama 30 tahun. Laporan, diluncurkan pada hari Minggu di pembicaraan iklim PBB di Durban, Afrika Selatan, memberikan konfirmasi otoritatif pertama tingkat Himalaya mencair glasial. Mereka mengikuti pengumuman didiskreditkan oleh para ilmuwan pada 2007 bahwa gletser daerah akan pergi pada 2035.
Lebih dari 2 juta kaki kubik air yang cukup untuk mengisi 20 kolam renang Olimpiade menjadi ancaman langsung bagi 3.000 penduduk yang tinggal di bawah gletser Mont Blanc di Pegunungan Alpen, Perancis. Air gletser berkumpul di dalam kantong di bawah gletser. Para insinyur memompanya untuk mengurangi tekanan air. Bor mereka bekerja 177 meter kubik per jam (16,4 kaki per jam) dan mereka tidak tahu apakah usaha mereka akan cukup untuk mencegah banjir. Bahkan jika kantong ini berhasil dikuras, ancaman kantong serupa akan tetap ada.
Walikota salah satu kota yang terancam, Jean-Marc Peille, kepada New Tang Dynasty Television mengatakan bahwa pada 1892, sekitar 200 orang tewas ketika sebuah kantong air meledak ke dasar lembah. Kami menyingkirkan katup dari panci bertekanan, yang berarti kita membuat lubang di gletser yang dapat memompa air dan mengurangi tekanan di kantong air, yang merupakan ancaman nyata bagi Saint-Gervais dan kota kami.
Pejabat India juru bicara Negara Bagian Himachi Pradesh, B.D. Sharma, melalui telefon dari ibukota wilayah itu, Shimla, kepada AFP, Kamis mengatakan, ribuan orang diungsikan dari desa-desa di sebuah negara bagian India utara yang berbatasan dengan Cina, setelah diketahui bahwa sebuah gletser yang mencair membentuk danau besar. Kami telah mengumumkan peringatan di distrik perbatasan Sumdoh, tentang bahaya banjir jika danau bentukan ini meluap. Beberapa pejabat lain dari Himachal Pradesh yang berbatasan dengan Tibet mengatakan, delapan desa dikosongkan setelah satelit menemukan danau itu, yang saat ini memiliki panjang 38 kilometer, lebar 800 meter dan kedalaman 99 kaki. Sekitar 12.000 orang telah dipindahkan ke tempat-tempat yang lebih tinggi, gambar-gambar satelit menunjukkan bahwa gletser yang mencair itu mengalirkan air ke dalam danau bentukan baru itu di lepas pantai sungai Perchu, Tibet. Cina telah melakukan peledakan terkendali untuk meminimalkan ancaman dari danau bentukan itu terhadap Perchu, yang mengalir langsung ke sungai Spiti, Himachal.
Pemerintah daerah Himachal Pradesh mengatakan, mereka mengambil langkah-langkah untuk menanggulangi banjir bandang yang mungkin terjadi. Peringatan bahaya diumumkan di kedua tepi sungai Satluj dari hilir Sumdoh setelah peledakan terkendali di danau yang terbentuk di Tibet itu. Penduduk disarankan pindah ke tempat-tempat yang lebih aman sebagai langkah pencegahan mengingat bahaya luapan air di sungai Satluj tidak bisa (dikesampingkan) karena peledakan terkendali itu. Spiti menyatu dengan Satluj, yang mengalir ke Negara bagian Punjab, India.
Pandangan sekilas tampak seperti gletser lain yang mungkin Anda temukan di limbah beku Kutub Utara dari Norwegia. Tapi kalau kita lihat lebih dekat akan nampak wajah yang menakutkan yang terlihat dalam dinding es yang mencair yang menyerupai sungai air mata. Sosok seperti 'Mother Nature' yang nampak sedih muncul selama mencair , dengan es dan salju mencair jatuh ke arah laut. Gambar yang mencolok dari es cap Austfonna, terletak di Nordaustlandet di kepulauan Svalbard, tampaknya pasti akan banyak digunakan oleh lingkungan memprotes perubahan iklim.
Kenaikan permukaan laut yang disebabkan oleh pencairan es cap adalah salah satu yang paling mengkhawatirkan dari dampak pemanasan global dan para ahli memperingatkan bahwa negara-negara dataran rendah akan terbenam. Gambar itu diambil oleh fotografer dan lingkungan laut dosen Michael Nolan di perjalanan tahunan untuk mengamati gletser dan satwa liar di sekitarnya. Seorang ahli gletser telah mengukuhkan ice cap membawa gambar “Mother Nature” menangis telah terus menyusut sebanyak 160 meter setiap tahun selama beberapa dekade. Jon Ove Hagen, seorang anggota dari World Glacier Monitoring Service (WGMS) dan profesor di Geosciences di Universitas Oslo, Norwegia, telah mempelajari Es cap Austfonna sejak tahun 1988. Austfonna adalah ice cap terbesar di Norwegia. Ini berada di pulau Nordaustlandet di kepulauan Svalbard.
Mr Hagen telah bekerja pada perubahan gletser di wilayah Svalbard Norwegia selama 25 tahun terakhir. Dia saat ini memimpin koordinasi proyek untuk membangun efek kerusakan lingkungan di kepulauan Svalbard. Mr Hagen, 59, berkata: 'Austfonna, di lebih dari 3.000 mil persegi, adalah ice cap terbesar di Svalbard dan salah satu yang terbesar di Arktik. Mundurnya bagian depant gletser di Austfonna terjadi selama 12 tahun dan rata-rata kemunduran sekitar 160 meter per-tahun. Geometri dari ice cap berubah. Bagian depan nampak mundur, bagian bawah semakin tipis, dengan tingkat penipisan sekitar 3 meter per tahun sementara bagian dalam tutup es penebalan dengan sekitar 1,6 meter per-tahun. Tutup Es kehilangan sekitar 1,6 kilometer kubik es setiap tahunnya. Hal itu tentu saja menjadi perhatian, tetapi tidak lebih dari di bagian lain dunia ini kita melihat perubahan yang bahkan lebih cepat daripada di sini. Mengkhawatirkan, namun, ilmuwan mengatakan ada bahkan lebih dramatis perubahan yang diamati pada massa ice lain di kawasan.
Ice cap terbesar Austfonna lebih stabil dibanding dengan massa es lainnya yang lebih kecil di bagian barat dari kepulauan lebih besar perubahan yang diamati. Austfonna adalah ice cap terbesar kedua di Eropa setelah Vatnajvkull di Islandia dan ketujuh terbesar di dunia. Lempengan raksasa - yang seluruhnya terbuat dari air segar - adalah 1800 meter di titik paling tebal itu dan naik ke sebuah menjulang 2.600 meter di atas permukaan laut.
Seperti diketahui, ketinggian laut kian hari kian naik. Ilmuwan mengklaim menemukan penyebab naiknya ketinggian air laut. Ilmuwan berhasil mengungkap, gletser yang jatuh ke laut sangat sensitif pada perubahan iklim dan memiliki pergerakan yang sangat luar biasa. Geolog University of Buffalo di New York pun melakukan penelitian di Greenland.
Peneliti mengatakan, gletser raksasa di laut memiliki kemampuan tak hanya menyusut juga tumbuh dengan kecepatan luar biasa saat merespon perubahan iklim. Hasil studi Jakobshavn Isbrae pada gletser yang melebar dari pesisir barat Greenland menunjukkan, gletser melebar ke arah luar dengan kecepatan serupa 200 tahun silam saat Zaman Es Kecil.
Sebagai salah satu gletser dengan pergerakan tercepat dunia, gletser di Greenland melepas sejumbah besar esnya ke lautan dan Jakobshavn Isbrae pun menjadi fokus minat ilmiah yang intens. Peneliti mengatakan seperti dilaporkan UPI, perubahan tingkat gletser ini mempengaruhi ketinggian laut global.
Para Ilmuwan telah lama mempercayai bahwa pencairan lapisan permafrost di permukaan Kutub Utara dapat melepaskan metana dalam jumlah yang begitu besar, sebuah gas rumah kaca yang sangat potensial. Sekarang mereka semakin panik dengan metana yang mulai terlepas ke udara dari dasar laut Kutub Utara yang sedang mencair dengan cepat.
Susan Q. Stranahan melaporkan; Selama 15 tahun terakhir, para ilmuwan dari Rusia dan negara lainnya telah meneliti sampai ke daerah yang berbatasan dengan es dan mempelajari Laut Es Kutub Utara di daerah Siberia serta mengamati suhu dan zat kimia yang ada di laut, termasuk konsentrasi metana, gas rumah kaca yang potensial. Kapal mereka berlayar di atas lempeng benua yang berbentuk es di Lautan Kutub Utara yang sedang mencair dengan cepat dan sebagai bagian dari Siberia utara yang sedang mengalami perubahan — bersama dengan daerah Kutub Utara di Amerika Utara dan Peninsula Kutub Selatan barat yang memanas paling cepat dibandingkan tempat lain di Bumi.
Sampai tahun 2003, konsentrasi metana di lautan arktik dan atmosfer di Siberia utara tetap dalam keadaan stabil. Tetapi kemudian konsentrasi metana tersebut mulai meningkat. Musim panas ini, para ilmuwan telah ikut berpartisipasi dalam Studi Lempeng Siberia Internasional selama 6 minggu dan menemukan sejumlah area yang mencakup ribuan kilometer persegi yang mengandung metana dalam jumlah besar — sebuah gas dengan kemampuan mengikat panas 20 kali lipat lebih kuat daripada karbon dioksida - bunga mawar dari dasar laut yang pada mulanya dalam keadaan beku.
Orjan Gustafsson dari Universitas Stockholm Jurusan Ilmu Pengetahuan Lingkungan Terapan dan ketua dari ekspedisi mengatakan bahwa bongkahan metana ini kadang mengandung konsentrasi 100 kali lipat lebih tinggi daripada yang biasa ditemukan dalam gelembung-gelembung gas yang berbentuk seperti awan yang sedang bergerak naik melewati air,” kata dalam sebuah wawancara. Tidak ada keraguan, katanya, metana yang berasal dari lapisan permafrost menunjukkan bahwa dasar laut sedang mencair dan melepaskan gas rumah kaca yang potensial ini. Ia tidak membuat sebuah pernyataan bahwa terlepasnya metana ini “karena dipicu oleh pemanasan global. Tetapi bagan data yang terus berkembang menunjukkan bahwa banyak metana yang sedang terlepas ke udara dengan cepat dari Lautan Kutub Utara yang telah menarik perhatian dari banyak ilmuwan iklim. Mereka bertanya-tanya apakah pelepasan metana di dasar Laut Kutub utara yang jumlahnya sangat banyak dan telah terperangkap lama di lapisan permafrost yang sedang mencair ini hanyalah suatu permulaan saja?
Dalam beberapa tahun ini, para ilmuwan iklim telah dicemaskan dengan yang disebut “bom waktu metana”, yang dapat meledak ketika suhu Kutub Utara yang memanas mencairkan permafrost dan menyebabkan tanaman yang beku di daerah berlumpur serta daerah lainnya yang membusuk kelak akan melepaskan metana dan karbon dioksida. Sekarang datanglah rasa takut dimana metana dapat manjadi bom waktu bagian kedua, gas ini dapat meledak keluar dari lempeng benua Kutub Utara yang dangkal. Dasar Laut Kutub Utara mengandung lapisan vegetasi yang kaya yang telah membusuk sejak masa lampau ketika lempeng benua tidak berada di bawah air.
Jadi dengan sedikit data yang tersedia tentang Lautan Kutub Utara membuat tidak ada satu pun ilmuwan yang berani berkata dengan pasti,,..kapankah bom waktu metana di dalam lautan akan meledak. Tetapi para ilmuwan seperti Natalia Shakhova — seorang ilmuwan yang berasal dari Universitas Alaska di Fairbank dan seorang peserta di beberapa pelayaran ilmiah Lempeng Siberia — dicemaskan dengan lapisan permafrost yang sudah tidak stabil dan sedang melepaskan metana yang telah lama terperangkap dalam bentuk Kristal, yang dikenal dengan metana hidrat. Sekarang datanglah rasa takut terhadap metana yang dapat manjadi bom waktu bagian kedua, gas ini dapat meledak keluar dari lempeng benua Kutub Utara yang dangkal.
Satu hal yang pasti: Lempeng Siberia sendiri menutupi lebih dari 1,5 juta kilometer persegi (580.000 mil persegi), sebuah daerah yang lebih luas daripada gabungan luas negara Prancis, Jerman, dan Spanyol. Seharusnya ketika lapisan permafrost mencair, metana sejumlah 12 kali lipat dari konsentrasi normalnya di atmosfer akan terlepaskan, menurut Shakhova. Pelepasan metana tersebut dapat menyebabkan “bencana pemanasan global,” katanya yang baru-baru ini menulis Abstraksi Penelitian Geofisika. Di antara banyak pertanyaan yang tidak terjawab adalah seberapa cepatkah? — selama berapa tahun? — kapan? — metana akan terlepas.
Gustafsson berkata, “Pandangan umum adalah bahwa lapisan permafrost begitu luas, sebuah gudang metana yang sangat besar. Itu adalah pandangan yang perlu kita pikirkan dan bahas kembali.” Apa yang menjadi perhatian beberapa ilmuwan adalah bukti dari zaman geologi dahulu kala dimana pelepasan metana tiba-tiba memicu siklus yang tidak terkendali dalam siklus iklim. Martin Kennedy, seorang ahli geologi dari Universitas Kalifornia di Riverside dan penulis sebuah karya ilmiah di Nature pada bulan Juni, berbicara mengenai masa akhir dunia yang semakin dekat, memperingatkan kita akan emisi metana yang sedang meningkat — dari darat dan laut — yang membuat iklim saat ini semakin tidak stabil. Studi mengenai inti es di Greenland dan Antartika telah menunjukkan bahwa iklim di Bumi dapat berubah tiba-tiba, seperti menekan sebuah tombol saja.
Kennedy memperingatkan kita bahwa kita berada dekat dengan permulaan dan kita akan melihat titik kritis dalam 20 tahun. Suhu meningkat tajam di Kutub Utara. Walaupun hanya beberapa derajat, tapi sudah dapat melepaskan gudang besar metana yang dapat terbakar seperti batu bara, minyak, dan gas alam. Apa yang menjadi perhatian beberapa ilmuwan adalah bukti dari zaman geologi dahulu dimana pelepasan metana secara tiba-tiba memicu siklus yang tidak terkendali pada sistem iklim.
Artikel Kennedy berisi peringatan berdasarkan kejadian masa lampau. Contoh lapisan sedimen yang dikumpulkan di Australia selatan membuat tim Kennedy berteori bahwa bencana alam pernah terjadi karena pemanasan global sekitar 635 juta tahun yang lalu — tiba-tiba terjadi— yang membuat metana terlepas dari tanah yang beku sehingga mengakhiri “Zaman Es Bumi”, ketika dulunya seluruh planet masih dilapisi es. Dia melihat kemiripan akan ancaman yang sama dari pencairan lapisan permafrost di darat dan di laut hari ini. Yang menjadi pertanyaan, apa yang dapat memulai proses tersebut terjadi dan kapan.
“Apakah kita akan menghadapi risiko yang besar untuk melewati salah satu bagian ini,“ ia ditanya dalam sebuah wawancara. ”Saya akan menjawab ya. Saya tentu saja tidak ragu sedikit pun jika kita melihat kondisi sekarang, emisi gas rumah kaca kita yang melewati titik puncak, dan ketika hal tersebut terjadi, sudah sangat terlambat bagi kita untuk bertindak.”
Dengan semakin banyaknya penelitian iklim, ilmu pengetahuan yang kompleks, dan keadaan yang berubah secara drastis, David Lawrence dari Pusat Nasional untuk Penelitian Atmosfer di Boulder,Colorado semakin cemas. Lawrence adalah penulis dari karya ilmiah di Karya Ilmiah Geofisika yang juga dipublikasikan pada bulan Juni yang mendokumentasikan akibat dari pencairan di Laut Es Kutub Utara yang mencapai rekor terendah di tahun 2007. Berdasarkan alat peraga iklim, Lawrence dan timnya membuat sebuah teori selama beberapa periode es mencair, suhu dapat meningkat sejauh 900 mil ke arah darat, mempercepat laju pencairan lapisan permafrost di darat. Dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober tahun 2007, mereka melaporkan, suhu di seluruh daratan Kutub Utara barat meningkat 4° F di atas rata-rata tahun 1978 – 2006.
“Jika Anda memberikan [tanah] dengan sebuah gelombang panas, hal tersebut dapat mengakibatkan peningkatan tingkat degradasi dari lapisan permafrost,” kata Lawrence dalam sebuah wawancara. ”Itu bukan sebuah situasi yang sederhana, tetapi sekali ia mencair maka akan semakin bertambah panasnya.”
Tanah di Kutub Utara mengandung hampir sepertiga penyumbang karbon dunia yang merupakan sisa-sisa ketika lintang utara masih dipenuhi dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan mammoth. Para ilmuwan memperkirakan bahwa tundra Siberia mengandung banyak zat organik yang tertimbun sama seperti yang ada di hutan hujan tropis dunia.
Laut es Kutub Utara yang menghilang — Luas es pada musim panas telah berada pada tingkat terendah dalam sejarah di tahun 2007 dan hampir menyentuh tingkat tersebut di tahun 2008 — juga akan membuat Laut Es Kutub Utara semakin memanas, karena laut yang tidak ada esnya berwarna gelap dan dapat menyerap lebih banyak radiasi matahari dibandingkan laut yang tertutup es yang berwarna putih. Sebagai tambahan, air yang lebih panas mengalir dari sungai-sungai di daerah yang memanas dari Alaska, Kanada, dan Rusia, serta meningkatnya suhu laut.
“Para ilmuwan sedang meningkatkan pengamatan mereka terhadap daratan dan lautan di Kutub Utara.”
Meningkatnya suhu air laut dan udara menyebabkan es di Laut Kutub Utara mencair — Banyak ilmuwan sekarang mulai berpikir bahwa es di Laut Kutub Utara dapat habis di musim panas dalam dua dasawarsa ke depan — tetapi juga berarti bahwa lapisan permafrost yang ada di dasar laut dapat mencair lebih cepat. Para ilmuwan tidak yakin seberapa cepatnya lapisan permafrost mencair, atau penyebab utamanya. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah aliran panas bumi mengalir ke daerah yang retak. Dalam beberapa kasus, para ilmuwan setuju bahwa permafrost dasar laut Kutub Utara — dengan suhu antara 29° F sampai 30 ° F — mendekati pencairan daripada di daerah darat, yang suhunya baru sampai 9,5° F.
Sampai saat ini, para ilmuwan sedang meningkatkan pengamatan mereka terhadap daratan dan lautan di Kutub Utara, mengamati sang bom waktu — darat atau laut — yang sedang menunjukkan tanda-tanda untuk meledak. Sejauh ini, data tidak memungkinkan dan jaringan monitor tidak ada.” Hal tersebut yang membuat para ilmuwan sulit dalam memahami dan memperkirakan hal yang akan terjadi di masa datang,” kata Lawrence. Walaupun para ilmuwan mengetahui bahwa metana telah terlepas di daerah perairan untuk beberapa waktu yang cukup lama, tetapi mereka tidak yakin apakah penemuan baru ini mewakili kejadian sementara atau kecenderungan jangka panjang.
Penelitian lebih lanjut yang ditunda, Orjan Gustafsson membicarakan tentang peringatan dariLawrence. Ketika ia ditanya seberapa dekatkah Bumi dengan titik kritis dan titik tanpa harapan perubahan iklim, dia menjawab: ”Setiap orang ingin mengetahui jawaban akan hal tersebut. Saya rasa semua orang juga tidak dapat menjawabnya.”
Dampak efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya pemanasan global bukan permainan kata untuk menakut-nakuti manusia. Selain akan terjadi hujan asam, di hampir sebagian besar belahan dunia, dampak paling buruk peristiwa memantulnya sinar matahari sebelum sampai ke bumi, yaitu mencairnya dataran es di dua kutub. Akibatnya jangan tanya. Gelombang pasang air laut akan segera menyapu separuh daratan se jagad raya.
Peneliti di Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat, NASA dan National Snow and Ice Data Center di Colorado, menipisnya lapisan es di Kutub Utara, melansir temuan yang membuat kita was-was. Lapisan es di Kukub Utara yang tadinya setebal 680.400 kilometer persegi menyusut drastis 43 persen dibanding tahun lalu. ”Tahun lalu jumlah es dengan struktur bentukan kategori muda berkisar 70 persen, saat ini telah mencapai 90 persen,” kata peneliti Ice Data Center, Walt Meier. Padahal, masih menurut para peneliti ahli, pada musim dingin bertambah 15 juta meliputi 150.000 kilometer persegi. Atau sekitar 720.000 kilometer persegi lebih kecil dibandingkan dengan kondisi rata-rata daratan es di wilayah Kutub utara pada tahun 1979 dengan tahun 2000.
Kondisi semacam itu, papar Meier dalam makalahnya, menyebabkan air laut meninggi dan akan menyapu hampir sebagian luas daratan pantai di belahan bumi. Bisa dibayangkan bila ketebalan es tiga meter atau lebih yang berada di Kutub Utara tiba-tiba mencair bersamaan akibat pemanasan global, berapa meter persegi luas daratan terendam. ”Kita tidak siap menghadapi hal-hal terburuk ketika bencana itu datang pada musim panas tahun depan. Kita benar-benar dalam situasi yang sangat genting saat ini.
Peringatan bernada mengancam dari para ilmuwan itu bukanlah mengada-ada. Sebab mereka memiliki data akurat tentang proses melelehnya es di belahan Kutub Utara. Kecerobohan para pemilik modal di negara-negara industrialis dituding menjadi salah satu penyebab utama melelehnya lapisan es di Kutub Utara maupun Selatan. Mereka dituduh menjadi salah satu pelaku perusakan ekosistem global yang mengakibatkan temperatur planet bumi semakin bertambah panas setiap tahun.
Mestinya, papar peneliti dan sekaligus Manager Program Wilayah Kutub NASA Tom Wagner, mereka menyadari fungsi bongkahan es di dua Kutub Utara-Selatan sebagai pemantul sinar matahari dari Bumi. Mestinya mereka menyadari kalau bongkahan daratan es, yang menyerupai lautan, sebenarnya berfungsi sebagai pemantul alami sinar matahari dari Bumi. Kalau esnya mencair, sinar matahari tidak akan terpantulkan kembali ke udara. Dengan demikian panas matahari akan langsung terserap oleh lautan dan menambah panas temperatur planet.
Kecepatan melelehnya bongkahan es di Kutub Utara juga dialami di belahan Kutub Selatan. Bahkan tidak sampai puluhan tahun, bongkahan ”cadas es” yang kokoh di kutub ini telah lenyap disapu panas. Cadas es yang dulunya merupakan tonggak keperkasaan Kutub Selatan di ujung bumi wilayah Selatan tampaknya tidak tahan terhadap gempuran sinar matahari. Tidak hanya itu, gletser di daerah tebing pegunungan es Kutub Selatan pun juga ikut-ikutan mencair terimbas pemanasan global. Kondisi semacam, ujar peneliti kawasan kutub dari Inggris, tentu sangat memprihatinkan.
laporan ilmiah US Global Survey (USGS) dan British Antartic Survey menyebutkan bahwa daerah Wordie Ice Shelf yang rontok sejak tahun 1960-an, juga telah lenyap dari pandangan mata. Selain itu ditemukan di bagian Utara ”Larsen Ice Shelf” juga telah raib. Sementara itu luas daratan es sekitar 8.300 kilo meter perseguí, kini mulai terpisah dari induknya “Larsen Shelf” sejak tahun 1986 lalu. Keadaan mencemaskan itu tak urung mengundang kecemasan kalangan pemerintah Amerika Serikat, Australia dan Ingris sebagai negara industrialis perusak lingkungan terbesar dunia.
Menteri Dalam Negeri AS Ken Salazar dalam suatu kesempatan dalam pertemuan kepala pemerintahan negara-negara maju di London baru-baru ini, mengungkapkan kecemasannya mengenai pemanasan global. Berkurangnya gletser di dua kutub yang sangat cepat, memperlihatkan ancaman nyata yang sedang dialami planet kita. Kita tidak memperkirakan perubahan ekosistem global lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Salah satu solusi mengerem dampak yang jauh lebih besar, kita harus segera menghentikan efek rumah kaca.
Imbauan Ken Salazar, sebagai Menteri Dalam Negeri AS, tentunya tidak ngawur begitu saja. Sebab jauh-jauh hari, peneliti gletser ternama dari US Global Survey (USGS) telah mewanti-wanti tidak lama lagi gletser akan segera mencair dengan kecepatan tak terpikirkan oleh manusia sebelumnya.
Jane Ferrigno, kepala Ekspedisi Kutub Utara mengatakan bahwa kecepatan gletser mencair akibat pemanasan global jauh dari perkiraan para ahli. Bahkan jauh lebih besar dari perhitungan. Itulah sebabnya dalam pertemuan para pemimpin negara-negara maju dunia baru-baru ini sepakat untuk menekan emisi buangan yang dapat memperparah efek rumah kaca. Sebab bila tidak dilakukan, efek yang jauh lebih besar tentu akan melanda benua Australia dan dataran lain di kawasan Asia. Para ahli yang tergabung dalam NOAA memperkirakan es di Kutub Utara diperkirakan akan mencair seluruhnya dalam waktu tidak terlalu lama lagi. ”Kalau tidak ada upaya pencegahan pemanasan global, es di Kutub Utara dapat dipastikan akan meleleh lebih cepat dari waktu yang diperkirakan sebelumnya. Tidak akan lama lagi akan terjadi
Laporan lain yang menguatkan efek mencairnya lapisan es di dua kutub Utara-Selatan dalam waktu dekat datang dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang dilansir di jurnal Geophysical Letters. Mc Kahin peneliti senior kawasan Antartika mengatakan bahwa kalau ini terjadi, Australia dan dataran lain negara-negara di kawasan Asia akan tersapu air pasang laut yang sangat dahsyat. Dalam pertemuan UN Climate Panel memproyeksikan temperatur atmosfer dunia akan naik 1,8 sampai 4,0 deratjat celsius akibat buangan gas rumah kaca. Bila hal ini dibiarkan terus, ujar Jane Ferrigno, akibat yang lebih dahsyat akan terjadi melibihi bencana badai Tsunami beberapa waktu lalu. ”Bila tidak dicegah, bisa jadi badai Tsunami akan kalah dahsyat dengan efek yang ditumbulkan mencairnya lapisan es di dua kutub. Selain banjir, kemarau menyengat dan gelombang arus panas disertai badai akan menyapu dataran rendah di beberapa belahan dunia. Sementara itu gletser dan lapisan es mencair, keadaan itu dapat menaikkan seluruh permukaan air samudra dan merendam daerah dataran rendah. Nah berhati-hatilah.
Proses pencairan gletser adalah normal; tetapi tingkat di mana gletser yang mencair saat ini adalah normal. Salju tidak dapat menggantikan es yang mencair, gletser menyebabkan banyak menjadi tidak ada. Dampak dari kecenderungan ini adalah negatif bagi manusia, hewan, burung, dan ikan yang bergantung pada air tawar dari gletser-gletser mencair. Gletser terbentuk di bagian paling dingin di bumi, baik di permukaan tanah atau naik tinggi di pegunungan. Gletser mengandung salju yang telah berubah menjadi es setelah lebih banyak salju telah jatuh di atasnya dan dikompresi menjadi es keras. Untuk gletser untuk mempertahankan / meningkatkan ukuran, adalah penting bahwa jumlah salju yang jatuh di atasnya setiap tahun lebih besar dari jumlah salju / es yang telah mencair. Jika kecenderungan ini dibalik maka gletser akan mulai berkurang dalam ukuran setiap tahun dan segera menjadi non-ada.
Gletser Mencair adalah Proses normal. Mencairnya gletser adalah proses yang normal. Ketika ada kenaikan suhu lapisan atas dari gletser mulai mencair. Proses inilah yang memasok air minum dan air untuk pertanian ke banyak tempat di seluruh dunia. Beberapa negara bergantung pada aliran air untuk menghasilkan listrik. Gletser mencair akan digantikan oleh lebih banyak salju, dan proses ini terus berlanjut. Proses pencairan gletser adalah normal, tetapi jumlah gletser yang mencair harus diganti dengan lebih banyak salju. Proses ini tidak terjadi hampir di semua tempat di dunia.Pemanasan global telah meningkatkan suhu rata-rata di seluruh dunia, membuat lebih banyak es gletser mencair dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hujan salju tidak mampu mengatasi dengan salju yang mencair. Hal ini menyebabkan tidak hanya dalam ukuran gletser berkurang, tetapi juga merupakan ancaman besar terhadap populasi yang bergantung pada gletser tersebut untuk bertahan hidup.
Gletser mencair saat ini memiliki dampak negatif pada semua orang yang bergantung padanya. Masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai makan oleh gletser mencair menghadapi ancaman terus-menerus copot dari tempat tinggal mereka karena kemungkinan banjir. Banyak sungai meluap hari ini, namun segera tidak akan ada es mencair untuk memberi makan mereka, menyebabkan mereka mengering dan tersebar di seluruh kekeringan.
Dunia Menghadapi Dampak Gletser Mencair
Danau dibentuk oleh air gletser mencair akan meningkatkan ukuran dan selalu menimbulkan ancaman meledak. Jika ini terjadi dampaknya bisa sangat buruk bagi semua orang yang tinggal di sekitar dekat. Seluruh desa bisa hancur, termasuk lahan pertanian, jalan, jalan dan jembatan kereta api. Kehidupan manusia yang berharga bisa hilang. Jika tren saat ini pencairan lebih banyak es glasial terus berlanjut, ada akan segera datang suatu waktu ketika gletser tidak akan ada, menyebabkan stasiun tenaga air untuk mematikan. Sumber lain untuk menghasilkan listrik akan perlu dimasukkan ke dalam tempat, menyebabkan polusi dan membantu penyebab pemanasan global. Semua lahan pertanian yang tergantung pada air es mencair akan mengering, menyebabkan kekurangan makanan biji-bijian.
Dampak dari pencairan gletser cepat juga akan dirasakan di laut. Permukaan laut telah meningkat di abad lalu karena kenaikan suhu air disebabkan oleh pemanasan global. Tingkat air akan meningkat lebih lanjut ketika air lebih segar yang ditambahkan ke dalamnya. Seluruh masyarakat yang tinggal di daerah dataran rendah dekat pantai akan di ancaman dari meningkatnya permukaan air laut air. Air bawah tanah tawar di daerah-daerah akan mendapatkan tercemar dengan air laut asin sehingga tidak layak untuk minum atau irigasi. Kenaikan permukaan air laut dapat membunuh atau aksi pertumbuhan terumbu karang banyak. Terumbu karang tergantung pada fotosintesis dari matahari untuk bertahan hidup.Ketika air tingkat meningkat, jumlah sinar matahari akan mengurangi, sehingga sulit bagi terumbu karang untuk bertahan hidup.
Banyak hewan, burung, dan ikan yang bergantung pada air dari gletser mencair segar untuk bertahan hidup baik akan mengurangi jumlah atau mendapatkan punah selama periode waktu. Ini akan terjadi di tempat di mana gletser meleleh langsung ke laut. DDT pestisida digunakan secara luas dan dilarang di seluruh dunia bertahun-tahun lalu. Sebagian besar bahan kimia berbahaya mendapat udara dan menetap di iklim dingin dan tertanam dan terjebak ke dalam lapisan gletser. Dengan gletser mencair pada tingkat mereka saat ini, bahan kimia ini sedang diperkenalkan ke dalam air dari gletser mencair, mencemari sungai dan sungai karena mereka mengalir. Ini akan memiliki efek negatif pada kesehatan semua orang yang bergantung pada air ini untuk minum dan pertanian.
Banyak gletser di seluruh dunia sudah lenyap. Gletser mencair hanya membantu meningkatkan suhu global. Es mencerminkan sebagian besar panas dari matahari kembali ke angkasa, tapi ketika tanah bawah akan terkena menyerap sebagian panas Sebagian besar dampak mencairnya gletser dengan cepat telah dirasakan di banyak tempat di seluruh dunia. Tempat yang tidak pernah menyaksikan suhu 40 derajat Celcius + menyaksikan hari ini, tempat-tempat yang pernah menderita kekeringan yang dihadapi hari ini, tempat-tempat yang pernah melihat kebakaran hutan yang melihat hari ini, tempat-tempat yang tidak pernah melihat banjir yang menyaksikan hari ini. Jika tren saat ini dari pemanasan global terus, situasi hanya akan terus semakin parah - kami memiliki semua menyebabkan situasi yang mengerikan dan hanya kami dapat membantu membalikkan itu.
Pencemaran lingkungan merupakan keprihatinan utama bagi manusia saat ini. Banyak negara mengambil langkah-langkah serius untuk meminimalkan pencemaran lingkungan. Ada banyak penyebab urus pencemaran bahan kimia, limbah medis, erosi tanah, dll. Salah satu isu tersebut adalah mencairnya Gletser gunung. Dari pegunungan tinggi untuk luas lapisan es kutub, dunia kehilangan es lebih cepat dari dugaan siapa pun. Mencairnya gletser adalah normal, tetapi mereka mencair dengan tingkat yang jauh lebih cepat menyebabkan tingkat air di lautan naik, di seluruh dunia.Air dari gletser adalah air segar yang digunakan untuk minum, irigasi, dll Di banyak negara juga digunakan sebagai sumber untuk menghasilkan listrik.
Gletser mencair sebagai emisi dari kendaraan dan industri pemanasan iklim dan bumi menghangat karena emisi meningkatnya gas rumah hijau yang memanaskan planet ini. tapi selama abad terakhir telah menyadari bahwa gletser telah mencair pada tingkat yang tidak normal. Keberadaan gletser, di seluruh dunia terancam. Sebagian besar gletser di Pegunungan Alpen dapat menjadi punah pada akhir abad ini. Gletser di Himalaya memiliki beberapa dekade lagi yang terbaik. Dan banyak gletser gunung telah hilang sama sekali.
Ada banyak alasan untuk melelehkan gletser yang berharga ini. Pemanasan global yang merupakan kenaikan suhu global rata-rata dianggap sebagai penyebab utama. Peningkatan suhu global adalah akibat pembakaran bahan bakar fosil yang luas, deforestasi, dll
Gletser gunung memainkan peran penting sebagai bank air, menyimpan air sebagai es selama musim basah dan membagikan keluar dalam beberapa bulan kering seperti mereka meleleh. Tapi abnormal cepat mencair gletser-gletser telah menjadi ancaman besar bagi kami. Ada banyak bahaya parah karena hal ini. Salah satunya adalah banjir di sungai dan sungai. Lahan pertanian akan mendapatkan hancur dan akan ada kebutuhan untuk memindahkan orang. Air dari gletser mencair akhirnya kosong ke laut. Dan jika gletser terus mencair pada tingkat ini, permukaan air laut yang telah meningkat karena air hangat akan naik lebih jauh. Ini akan menggantikan jutaan orang yang tinggal di daerah dataran rendah.
Banyak hewan, burung, dan ikan yang bergantung pada air tawar dari gletser yang kosong langsung ke laut akan menjadi terancam.Karang akan menderita karena sinar matahari rendah karena untuk meningkatkan tingkat laut. Ikan makan di karang ini pada gilirannya akan terpengaruh. Hewan dan burung makan pada ikan ini akan terpengaruh. Oleh karena itu kita dapat melihat bahwa mundur cepat dari bank-bank es adalah membantu untuk meningkatkan tingkat laut dan mengancam perubahan signifikan dalam manusia, hewan, dan tanaman hidup beberapa baik, tapi kebanyakan buruk.
Ambang batas suhu drastis permukaan laut sudah dekat, tapi kita masih punya waktu untuk menyelamatkan gletser tak ternilai harganya. Bendungan dan waduk baru yang lebih besar dapat menyimpan air yang mengalir melalui musim kering dan angin atau tenaga surya dapat melengkapi pembangkit listrik tenaga air, tetapi langkah-langkah ini tidak cukup murah. Pembangunan bendungan di rawan gempa di banyak daerah tidak selalu merupakan pilihan yang layak.
Tingkat cepat mencairnya gletser tidak dapat dihentikan sepenuhnya dalam dunia sekarang ini karena tanpa industri dan kendaraan, dunia akan datang untuk berhenti, tapi sesuatu atau lain harus dilakukan untuk menyelamatkan gletser. Kami akan harus tajam mengurangi konsumsi iklim pemanasan batubara,minyak dan gas . Penanaman pohon lebih pasti akan membantu penyebabnya. Namun, lain 40 sampai 50 tahun bisnis yang sama akan membawa kita melampaui point of no return.
Sebuah panel dari beberapa iklim terkemuka dan ilmuwan gletser di dunia diketuai oleh Scripps Institution of Oceanography, UC penelitiSan Diego mengeluarkan laporan yang dibuat oleh Akademi Kepausan Vatikan Ilmu mengutip keharusan moral sebelum masyarakat untuk benar mengatasi perubahan iklim. Para co-author dari "Nasib Gletser Mountain di Anthropocene" contoh daftar berbagai penurunan glasial di seluruh dunia dan bukti penurunan yang menghubungkan perubahan manusia disebabkan iklim dan polusi udara. Ancaman terhadap cara hidup orang-orang bergantung pada gletser dan paket salju untuk pasokan air memaksa tindakan segera untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan untuk beradaptasi dengan perubahan apa yang terjadi sekarang dan diproyeksikan terjadi di masa depan.
"Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa semua penghuni planet ini menerima roti sehari-hari mereka, udara segar untuk bernapas dan air bersih untuk minum karena kami menyadari bahwa, jika kita menginginkan keadilan dan perdamaian, kita harus melindungi habitat yang mendukung kita," yang penulis menulis dalam sebuah deklarasi prakata laporan. "Orang-orang percaya di antara kita meminta Allah untuk memberikan kita berharap ini."
Iklim Scripps dan Atmosfer Ilmuwan Veerabhadran Ramanathan diketuai kelompok bekerja dengan penerima Nobel Paul Crutzen, sebelumnya berafiliasi dengan Scripps dan Lennart Bengtsson, mantan kepala pusat peramalan cuaca Eropa. Kelompok ini juga termasuk penerima Nobel Carlo Rubbia, mantan direktur umum dari Laboratorium CERN.Di antara sisa 24 penulis Lonnie Thompson dari Ohio State University, Wilfried Haeberli dari Swiss, Georg Kaser dari Austria dan Anil Kulkarni dari India, dianggap di antara para ahli terkemuka di dunia tentang perubahan glasial. Mantan Direktur Scripps Charles Kennel dan Scripps Profesor Kimia Atmosfer Lynn Russell juga anggota kelompok kerja.
"Hilangnya luas salju dan es di gletser gunung adalah salah satu perubahan yang paling terlihat diakibatkan perubahan iklim global. Disintegrasi gletser kecil di Himalaya yang paling mengganggu saya karena wilayah ini berfungsi sebagai menara air Asia dan karena kedua gas rumah kaca dan polutan udara seperti jelaga dan ozon berkontribusi terhadap mencair, "kata Ramanathan, yang telah menjadi anggota Akademi Kepausan Ilmu sejak tahun 2004.
Penulis laporan bertemu di Vatikan dari 2 April - 4 April, 2011 under undangan dari Kanselir Marcelo Sanchez Sorondo dari akademi kepausan. Laporan itu dikeluarkan oleh Vatikan dan akan disajikan kepada Paus Benediktus XVI. Meskipun para ilmuwan biasanya menahan diri dari tindakan mengusulkan, Ramanathan mengatakan, kondisi dijamin saran maju dari kelompok kerja. Para penulis merekomendasikan mengejar dari tiga ukuran: pengurangan langsung dari emisi karbon dioksida di seluruh dunia, pengurangan konsentrasi polutan udara pemanasan seperti jelaga, metana ozon, dan hydroflurocarbon hingga 50 persen, dan persiapan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim bahwa masyarakat tidak akan mampu memitigasi.
Judul laporan mengacu pada istilah yang diciptakan oleh Crutzen untuk menggambarkan apa yang dianggap sebagai zaman geologi baru yang dimulai ketika dampak umat manusia di planet ini menjadi faktor utama dalam perubahan lingkungan dan iklim. Perubahan baru-baru ini diamati dalam perilaku glasial adalah karena campuran kompleks dari faktor-faktor kausal yang meliputi gas rumah kaca emisi memaksa bersama-sama dengan skala besar partikel jelaga gelap dan debu di 'awan coklat', dan perubahan terkait dalam energi atmosfer regional dan kadar air , semua yang mengakibatkan pemanasan signifikan pada ketinggian yang lebih tinggi, tidak sedikit di Himalaya, "tulis para penulis.
"Perubahan gletser gunung di seluruh dunia yang cepat dan dampak yang diharapkan akan merugikan, terutama di pegunungan tinggi Amerika Selatan dan Asia," kata Kaser, dari Institut Meteorologi dan Geofisika di University of Innsbruck."Namun, pemahaman kita tentang perubahan gletser di wilayah ini masih terbatas dan ambisius dan upaya bersama yang diperlukan untuk merespon masalah ini dengan laporannya, akademi kepausan memberikan kontribusi cukup untuk meningkatkan kesadaran.."
"Gletser adalah salah satu bukti yang paling terlihat dari perubahan iklim global," tambah Thompson. "Mereka mengintegrasikan banyak variabel iklim dalam sistem Bumi hilangnya mereka adalah mudah terlihat dan mereka tidak memiliki agenda politik. Gletser mengingatkan kita akan keindahan alam yang menakjubkan dan pada gilirannya urgensi melakukan segalanya dalam kekuasaan kita untuk melindunginya."
Para penulis menyimpulkan: "Kami menyerukan kepada semua negara untuk mengembangkan dan menerapkan, tanpa penundaan, efektif dan kebijakan yang adil untuk mengurangi penyebab dan dampak perubahan iklim terhadap hubungan komunikasi ¬ dan ekosistem, termasuk gletser pegunungan dan daerah aliran sungai mereka, sadar bahwa kita semua hidup di rumah yang sama Dengan bertindak sekarang,. dalam semangat tanggung jawab bersama namun berbeda, kita menerima kewajiban kita untuk satu sama lain dan dengan pelayanan dari sebuah planet diberkati dengan karunia kehidupan.
No comments:
Write commentsTerim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan