KOMPI+25

Komunitas Pendidikan Indonesia

Jaringan Komunikasi KOMUNITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Sunday 18 March 2018

Idealnya, Pendidikan Moral atau Budi Pekerti itu Dilakukan Seperti ini

Posted by   on Pinterest

Pendidikan moral sangat penting membentuk sebuah karakter yang baik dalam kepribadian mahasiswa ataupun siswa. Karena Pendidikan Moral memberikan ilmu perngetahuan bagaimana bertingkah laku yang baik sesuai dengan norma-norma yang berlaku, sesuai dengan norma hukum. Maka kita yang ber ‘moral’ harus mematuhi rambu-rambu lalu lintas, harus mematuhi peraturan hukum yang ada. Sesuai dengan norma kesopanan. Maka kita yang ber ‘moral’ harus bersikap sopan dengan orang lain. Juga harus sesuai dengan norma kesusilaan, norma kebudayaan/ adat. Dan sebagainya. Dengan penerapan pendidikan moral, seyogianya akan membantu para orang tua, masyarakat dan Negara dalam membentuk karakter bangsa yang lebih baik.
Permasalahan moral yang terjadi di Indonesia tidak boleh di biarkan karena akan berdampak pada hilangnya jati diri bangsa. Pendidikan moral harus di terapkan dengan benar di dalam dunia pendidikan. Globalisasi yang masuk juga akan memperkeruh permasalahan moral yang bisa membawa kehancuran moral bangsa seperti gaya hidup masyarakat yang konsumtif atau sering disebut dengan hedonisme. Bahkan, seseorang yang mempunyai intelektual yang tinggi bisa saja tidak dapat berguna jika dalam kenyataan sosial mempertontonkan pelanggaran pelanggaran moral.

Dalam pasal 3, Undang –undang No 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia dan mempunyai moral yang tinggi.

Menurut Emile Durkheim, Pendidikan moral merupakan bagian dari pewarisan nilai-nilai. Sekolah mempunyai tugas mengenai perkembangan moral peserta didik. Peran keluarga sangat dibutuhkan untuk membantu menciptakan pendidikan moral yang tinggi. Menurut Menurut Burhanuddin dan Sumiati (2007:115) pendidikan karakter diartikan sebagai upaya terencana untuk membantu orang untuk memahami, peduli, dan bertindak atas nilai-nilai etika/ moral. Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan berpikir dan berbuat yang membantu orang hidup dan bekerja bersama-sama sebagai keluarga, teman, tetangga, masyarakat, dan bangsa. Untuk Indonesia, mata pelajaran Pendidikan Moral dimaksudkan untuk membentuk warga negara indonesia menjadi warga negara yang sesuai dengan moral dalam sistem pancasila dan UUD 1945.

Sayangnya, Pendidikan Moral sering dipelajari dengan menghafal teori. Guru di sekolah cenderung berkonsentrasi pada teknik penjawab sesuai materi buku teks pembelajaran yang ada dalam kurikilum. Bahkan, penafsirkan nilai yang diajarkan kepada siswa sering lebih mengutamakan untuk mencari kata kunci spesifik dalam deskripsi dan mengidentifikasi nilai moral itu sendiri. Intinya, menghafal nilai secara ketat menjadi penekanan pada pemahaman atau penerapan moral.

Oleh karena itu, sistem Pendidikan Moral harus direformasi dengan menggabungkan bentuk pembelajaran dan penilaian tidak sepenuhnya bergantung pada ujian tertulis. Inti silabus Pendidikan Moral adalah Nilai-nilai ini yang meliputi "Kepercayaan kepada Tuhan", "Bertanggungjawab" (tanggung jawab) dan "Sikap Keterbukaan" (open-mindedness). Ke-36 nilai moral tersebut terbagi dalam 7 bidang studi utama, yaitu:
  1. Perkembangan Diri (pengembangan diri)
  2. Kekeluargaan (keluarga)
  3. Alam Sekitar (alam)
  4. Patriotisme (patriotisme)
  5. Hak Asasi Manusia (hak asasi manusia)
  6. Demokrasi (demokrasi)
  7. Keamanan dan Keharmonian (damai dan harmonis).

Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa pendidikan moral dapat pula disamakan dengan istilah pendidikan etik, budi pekerti, pendidikan nilai atau pendidikan afektif, pendidikan watak dan pendidikan akhlak. Dalam naskah kurikulum Kurikulum Pendidikan Budi Pekerti oleh Puskur Depdiknas tahun 2001, Pendidikan Moral dibagi pengertian pendidikan budi pekerti menjadi 2, yaitu secara konsepsional dan secara operasional.
Secara konsepsional, pendidikan budi pekerti mencakup beberapa hal, antara lain:
  • Usaha menyiapkan peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya dengan berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang dan masa depan.
  • Upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan dan perbaikan perilaku peserta didik agar mereka mau dan melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara selaras, dan seimbang.
  • Upaya pendidikan untuk mewujudkan peserta didik menjadi pribadi seutuhnya dengan budi pekerti luhur melalui kegiatan bimbingan, pembiasaan, pengajaran, latihan dan keteladanan.

Secara operasional merupakan upaya memberikan Pendidikan Budi Pekerti dengan memberikan pembekalan terhadap peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan selama pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai bekal masa depan dengan bermoralbaik, hati nurani yang bersih, serta mampu menjada kesusilaan dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan sesama makhluk.
Pendidikan budi pekerti memiliki kesamaan tujuan dengan pendidikan moral atau pendidikan akhlak, yaitu membentuk pribadi anak agar menjadi manusia yang baik, masyarakat dan warga negara yang memiliki moral baik. Pada hakikatnya pendidikan budi pekerti dalam pendidikan Indonesia merupakan pendidikan nilai, seperti pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Nilai-nilai inilah yang disajikan secara rinci dalam buku teks dan menjadi dasar ujian yang sesuai. Setiap nilai ditentukan oleh Kementerian Pendidikan. Menjawab pertanyaan ujian memerlukan beberapa interpretasi dari definisi ini. Siswa diminta untuk memberikan definisi yang sama persis dari setiap nilai moral saat menjawab pertanyaan ujian.

Strategi pendidikan moral adalah pendekatan atau upaya yang dilakukan untuk menumbuh-kembangkan sikap, tingkah laku dan budi pekerti anak. Indikator keberhasilan strategi ini, akan terlihat dari pergaulan anak sehari-hari. Untuk pembinaan moral anak ke arah yang lebih baik, Pemerintah dalam bidang pendidikan telah memiliki hal tersebut dan sudah diterapkan di lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.

Sebenarnya, Pendidikan moral tidak hanya didapatkan dalam dunia pendidikan sekolah. Pendidikan moral seyogianya selalu dipelajari dan dipraktekkan sepanjang hidup, karena Pendidikan moral merupakan salah satu pintu kesuksesan bagi anak dalam dunia pendidikan.
Keluarga merupakan jalur pendidikan pertama dalam pengembangan pendidikan moral bagi anak. Ayah, Ibu dan anggota keluarga yang lain memiliki kontribusi dalam memberikan pendidikan kelauarga yang baik untuk anak. Ayah merupakan sosok pemimpin yang memiliki otoritas tinggi untuk dapat menegakkan pendidikan moral kepada anak. Ibu memiliki hak untuk membimbing anak ke arah nilai-nilai positif lainnya. Kemudian anggota keluarga lainnya turut ikut menanamkan moral, etika dan nilai kesopanan secara nyata kepada anggota keluarga. Dalam keluara semua berkontribusi dalam menanamkan pendidikan moral.
Sekolah merupakan lembaga kolektif Pendidikan Moral. Hal ini dikarenakan struktur dan muatan kurikulum pendidikan memiliki berbagai macam aspek yang dibutuhkan oleh siswa seperti aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik pada siswa. Namun pendidikan moral disekolah tidak seefektif pendidikan moral di rumah, karena di sekolah pendidikan moral hanya diberikan sebagai muatan lokal saja sehingga tidak terintegerasi kepada pelajaran budi pekerti, ibadah dan mata pelajaran lainnya.
Selain itu, masyarakat memiliki peranan penting bagi perkembangan moral anak. Pembinaan Moral tidak akan berpengaruh baik kalau tidak didukung dnegan lingkungan yang baik. Kebanyakan anak-anak bermoral baik selalu berada pada lingkungan yang baik pula, dan begitu sebaliknya. Oleh karena itu, orang tua dan sekolah harus memberikan dan mengenalkan lingkungan masyarakat yang baik kepada anak, sebagai pendidikan moral anak yang sangat penting secara langsung.

Strategi pendidikan moral yang dapat diterapkan antara lain adalah :
1.Keteladanan. Memberi contoh dan teladan kepada anak dinilai sebagai strategi paling efektif dalam pembentukan moral anak. Strategi doktrin yang sering dilakukan pihak orang tua, guru dan orang dewasa lainnya. Sering menimbulkan pembangkangan dan tudingan kepada pemberi doktrin. Sebaliknya, mengajarkan sesuatu nilai moral dan etika disertai contoh dan bukti nyata justru lebih menunjukkan hasil yang signifikan. Orang tua menyuruh anak shalat dan mengerjakan amal kebaikan. Orang tua memang melaksanakan shalat dan suka bersedekah, mengasihi anak yatim dan bersikap ramah terhadap tamu.
Seorang guru mengajarkan pola hidup sederhana dan dicontohkan secara nyata dengan sikap dan perbuatan kesederhanaan, rendah hati dan jujur. Tidak sebaliknya. Siswa disuruh sederhana namun fakta yang mereka lihat pada guru malah jauh dari kesederhanaan.
Sepatutnya setiap orang memberikan contoh yang nyata bagaimana etika berbicara dengan yang lebih muda, dengan teman sebaya, dan dengan orang tua serta guru. Begitu pula sikap dan tingkah laku bergaul di tengah masyarakat, ini perlu dicontohkan dengan nyata kepada anak oleh orang tuanya.
2. Pembiasaan Diri. Kebiasaan-kebiasan unik dan positif dalam keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat, perlu dikembangkan secara berkesinambungan. Kebiasaan-kebiasaan  tersebut mengarah pada pembentukan moral anak. Misalnya, pemberian hukuman kepada anak/ siswa yang melakukan kesalahan sebagai bukti tanggung jawab terhadap tingkah laku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Pemberian penghargaan verbal maupun non verbal kepada anak/siswa yang melakukan kebiasaan baik.
3.Peraturan dan tata tertib. Dalam keluarga memiliki aturan dan tata tertib terntentu yang harus ditaati sehingga anak terbiasa untuk patuh dan taat pada setiap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Di lembaga sekolah sudah pasti memiliki peraturan dan aturan tertentu. Penegakan peraturan dan tata tertib tersebut mesti dengan pendekatan persuasif. Hukuman dan sanksi yang diberikan kepada siswa yang melanggar mestilah bersifat mendidik dan memberi efek kesadaran diri.
4.Aktivitas dan hobi. Anak-anak tidak hanya beraktivitas dan belajar secara rutin di sekolah maupun ti rumah. Anak juga butuh bermain dengan sesama teman, menyalurkan hobi dan kegemarannya. Dalam hal ini, ada nilai sosial pergaulan seperti saling menghargai melalui ucapan maupun tingkah laku. Kegiatan olah raga mengandung nilai sportifitas, menerima kekalahan dan kemenangan.

Tentu saja masih masih banyak strategi lain dalam menerapkan pendidikan moral kepada anak. Namun demikian prinsipnya adalah sekecil apapun usaha pengembangan nilai moral dan etika pada anak, ssangat berarti mereduksi krisis moral pada anak dan remaja. Ketahuilah bahwa karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan (keturunan) dan lingkungan (sosialisasi atau pendidikan).
Prof.Suyanto, PhD mengemukakan karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama. Dari definisi di atas telah jelas bahwa penekanan karakter itu adalah ‘cara berpikir dan berperilaku’. Jadi jika dikaitkan dengan dunia pendidikan, karakter siswa yang baik adalah karakter yang menunjukkan bahwa dirinya seorang pelajar yang berpendidikan
Ironinya, perilaku pelajar saat ini sepertinya tak lagi mencerminkan dirinya pelajar, bahkan di usia sekolah dasar anak-anak seperti terbiasa memanggil temannya dengan sebutan binatang dan kata-kata kotor, anak laki-laki mudah berkelahi tanpa alasan yang jelas, bahkan kasus siswa SD yang sudah berani melakukan perbuatan asusila, dan lain-lain.Hal ini menunjukkan bahwa persoalan utamanya adalah lunturnya nilai-nilai moral sehingga berdampak terbentuknya karakter negatif. Padahal, Sekolah merupakan salah satu wadah dalam menunjang pembentukan karakter tiap individu. Karena UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyematkan tugas utama seorang guru sebagai seorang pendidik adalah membentuk karakter yang baik. Dan oleh karena itulah, semboyan kurikulum 2013 adalah ‘Pendidikan Karakter’.

Saptono (2011:199) memberikan beberapa cara untuk mengembangkan pendidikan karakter di sekolah, yaitu :
  • Memajang gambar-gambar para tokoh inspiratif di aula sekolah dan ruang-ruang kelas.
  • Membuat program penghargaan untuk mengapresiasi berbagai hal yang membanggakan, selain prestasi akademis, olahraga atau kesenian.
  • Membuat pedoman perilaku di kelas dan sekolah yang disetujui oleh para siswa dan guru.
  • Mengundang para orangtua siswa untuk mengamati dan berkontribusi terhadap kemajuan kelas atau sekolah.
  • Meminta siswa mengungkapkan tokoh idola yang bersifat personal dan tanyakan mengapa tokoh itu menjadi idola siswa yang bersangkutan.
  • Memimpin para siswa dengan keteladanan.
  • Jangan biarkan berbagai bentuk ketidaksopanan terjadi di kelas.
  • Melibatkan orangtua siswa dalam mengatasi perilaku tidak baik siswa dengan cara mengirimkan surat, memanggil orangtua atau melalui kunjungan ke rumah yang bersangkutan.
  • Memastikan bahwa siswa memiliki tanggungjawab moral untuk bekerja keras di sekolah.
  • Memiliki kata-kata di dinding yang mendorong karakter yang baik, misalnya “Jangan tungguuntuk menjadi orang yang hebat, mulailah sekarang juga !”.
  • Berusaha konsisten dalam memperlakukan siswa, jangan biarkan perasaan pribadi menghalangi seorang guru untuk bertindak adil.
  • Mengakui kesalahan dan berusaha untuk memperbaikinya.
  • Mengajarkan siswa mengenai kompetisi serta bantu siswa untuk mengerti kapan hal tersebut berguna dan kapan hal tersebut tak berguna.
  • Mengajarkan kesantunan secara jelas. Ajarkan kepada siswa begaimana mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian dan tidak memotong pembicaraan orang lain.
  • Melakukan kerja bakti bersama baik di kelas atau sekolah.
  • Menunjukkan penghargaan terhadap siapapun yang berbeda keyakinan dan berbeda budaya. Katakan kepada siswa mengenai kewajiban moral untuk bertindak adil terhadap orang lain.
  • Tekankan kepada siswa tentang pentingnya kepedulian terhadap orang lain dan lingkungan.
  • Beri perhatian program-program tertentu di sekolah yang sarat muatan karakter, misalnya ‘bulan penghargaan tokoh karakter’.
  • Menekankan pentingnya sikap ksatria (tidak curang) dalam berolahraga, bermain, dan dalam berbagai bentuk interaksi dengan orang lain.

Semangat untuk kita semua agar dapat membangun bangsa Indonesia yang cerdas berkarakter dan menjadi penerus bangsa yang sukses dunia akhirat. Semoga artikel bermanfaat dan dapat menambah ilmu pengetahuan anda. Sampai jumpa di postingan selanjutnya.

No comments:
Write comments

Terim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan

KABAR TEMAN

ARSIP

*** TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG *** SEMOGA BERMANFAAT *** SILAHKAN DATANG KEMBALI ***
Komunitas Pendidikan Indonesia. Theme images by MichaelJay. Powered by Blogger.
Hai, Kami Juga Hadir di Twitter, like it - @iKOMPI25
Kirim Surat