KOMPI+25

Komunitas Pendidikan Indonesia

Jaringan Komunikasi KOMUNITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Tuesday, 7 November 2017

"SATU BAHASA KU, BAHASA KU SATU, BAHASA INDONESIA" (2)

Posted by   on Pinterest

Judul diatas merupakan penegasan atas SUMPAH PEMUDA bangsa Indonesia yang sudah di-Amin-i sejak 1928 lalu!!! Sampai sekarang hal itu belum digugat secara legal oleh kaum intelektual, pakar, apalagi politisi. Sayangnya, perbuatan tidak selaras dengan perkataan bahkan sumpah. Nyatanya, Pendidikan Nasional melalui label ’internasional’ berperilaku sebagai penghianat, musuh dalam selimut yang secara terstruktur merongrong moral ke-SATU BAHASA-an, yaitu INDONESIA, Bahasa Indonesia.

Beberapa cuplikan berikut menunjukkan betapa ’anak sekolah’ seakan memiliki sesuatu yang lebih besar dari jiwa nasionalisme apabila bisa berucap bahasa asing yang nota bene amburadul. Bahkan murid ’kencing terbirit-birit’ karena pengurus sekolah melalui tangan-tangan OPPORTUNIS Komite Sekolah, mengajarkan ’kencing berdiri’ dengan membagakan diri karena fasilitas ’internasional dan bahasa asing yang ke indonesia-indonesia-an.

Bahasa diakui para pemikir ideal sebagai satu alat yang sangat penting dalam komunikasi efektif. Maka seyogianya, sekolah secara aktif menggunakan bahasa ’ibu’ yg lebih akrab, untuk menjalin kebersamaan dan kebersatuan dalam berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu, menempatkan bahasa asing diurutan paling akhir merupakan bukti sekolah sebagai wadah sekunder yang mampu melekatkan ’rasa’ nasionalisme ke Indonesia-an bangsa ini.

Berkata-kata dengan bahasa asing, bukanlah sesuatu yang luar biasa. Di Negara ini sudah sejak lama berdiri dengan beraneka ’bahasa’ yang sebenarnya juga asing bagi masyarakat lain yang tidak menggunakan bahasa daerahnya. Yang menakjubkan, rasa persaudaraan dan kekeluargaan dulu lebih erat dan lebih akrab dibanding penghianatan ’internasioanlisasi’ bahasa yang merasuk bangsa sekarang ini. Ber-bahasa dengan bahasa orang lain tidaklah sesuatu yang ’lebih’


Dulu banyak orang sekolah dan kuliah untuk bisa menguasai bahasa asing, seperti bahasa inggris. Tapi alhasil, ilmu bahasa inggrisnya tidak dipakai lingkungan kerja, alias menganggur. Apa yang dibanggakan MENDIKNAS dengan program studi itu? Bukankah kurikulumnya lebih ’internasional’ dibandong SMP/ SMA yang hanya berlabel ’internasional’ ???????
Asal tau saja, teman saya yang hanya lulusan SMP dari pinggiran DANAU TOBA, hanya 3 bulan bekerja d Australia sebagai Tukang Kebun, pulang2 sudah bisa bahasa Ingris dengan kualifikasi excellent dan membawa dollar !!!!!!

Pemerintah dan bangsa ini, sadarlah!
Seharusnya label2 internasional yang sekarang anda lakukan tidak ada ’apa2’ nya! Bahkan itu merupakan penghianatan terhadap komitmen pemerintah terhadap rakyat, yang menjajikan pelayanan yang lebih atas ’pendidikan’, setidaknya wajib belajar sembilan tahun!
Siapapun pengurus sekolah, apalagi PNS, anda tidak berhak menagih, mengutif, membuat piutang kepada rakyat dengan alasan apapun! Anda sudah di gaji, tidak cukup gajinya, silahkan mundur, sebab sudah sekian tahun orang lain yang ideal menduduki tempatmu bekerja, bersusah payah melakukan pendidikan dan pengajaran yang ideal. Masih banyak ’guru ideal’ yang siap menggantikan anda2 yaitu mereka yang dulu tidak terlibat KKN!

Semua pihak terkait, para opportunis komite sekolah/ dewan sekolah dan label label lain sadarlah. Sekolah Negeri milik rakyat! Bukan milik anda! Anda tidak berhak menetapkan/ menagih/ memungut apapun dari murid dengan alasan apappun. Mungkin saja fasilitas sekolah tidak semua dibiayai Negara karena kesalahan oknum yang mengalokasikan dana, tetapi anda juga tau, orang pintar bukan karena bukunya mahal, orang tidak pintar karena kursinya dari kayu jati, orang tidak pintar karena ruangannya pakai AC, fasilitas itu pendukung, yang seharusnya dianggarkan dalam belanja negara

SEKOLAH JANGAN TINGGALKAN KEINDONESIAAN
Laporan wartawan KOMPAS Ester Lince Napitupulu

Sekolah mesti mampu menumbuhkan sikap bangga pada ke-Iindonesia-an dalam diri semua siswa. Upaya sekolah ini bukan untuk membuat siswa bersikap antipati pada hal-hal asing, tetapi lebih pada pendidikan untuk membuat generasi muda bangsa tidak kehilangan identitas kekhasannya sebagai anak-anak bangsa Indonesia.

Bangsa ini seharusnya punya optimisme akan mampu sejajar dengan negara-negara lain di dunia dengan sumber daya alam, budaya, dan sosial yang dimiliki. Dengan demikian, Indonesia tidak perlu merasa rendah diri untuk tetap mengedepankan ke-Indonesia-an di era globalisasi sekarang.

"Jadi, sekolah tidak usah sibuk membuat siswanya jago berbahasa asing, sebut saja bahasa Inggris. Yang mesti difokuskan sekolah adalah membuat anak-anak didik berkarakter dan memiliki disiplin berbahasa yang baik sebagai bekal untuk menguasai ilmu pengetahuan, termasuk juga bahasa asing. Sekolah dan masyarakat telah menanamkan paradigma yang keliru bagi generasi muda dengan menempatkan hal-hal yang berasal dari luar negeri, khususnya dunia barat, sebagai tanda kemajuan dan internasional. Sementara itu, nilai-nilai ke-Indonesia-an, yang salah satunya bangga berbahasa Indonesia, semakin luntur," kata E Baskoro Poedjinoegroho, Pembina Kolese Kanisius di Jakarta, Kamis (11/11/2010).

Baskoro menyatakan, Anak-anak sekarang merasa lebih keren kalau jago ngomong bahasa Inggris. Sementara kemampuan berbahasa indonesia justru dipelajari alakadarnya. Bahkan, banyak siswa yang merasa tidak senang dengan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Ini kan aneh. Tetapi lingkungan sekeliling mereka juga memang lebih menghargai yang berbau asing daripada yang khas Indonesia.


Bahasa asing sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah yang berstatus rintisan sekolah bertaraf internasional di Indonesia berjalan tidak efektif. Ini disebabkan tidak ada standar pengajaran yang jelas sehingga metode pengajaran bahasa asing setiap guru berbeda.

Hal itu dikemukakan Head of English Development British Council Danny Whitehead yang memaparkan hasil penelitian Stephen Bax dari University of Bedfordshire, Inggris, di konferensi internasional ”Language, Education, and Millenium Development Goals (MDGs)”, Kamis (11/11) di Bangkok, Thailand.

”Setiap guru di satu sekolah yang sama bisa saja metode pengajaran dengan bahasa Inggrisnya berbeda-beda. Ini disebabkan tidak ada panduan dan standar pengajaran yang jelas. Mahir bicara dalam bahasa Inggris dan mampu mengajar dalam bahasa Inggris jelas dua hal yang berbeda. Guru harus dilatih secara khusus untuk bisa mengajar dengan bahasa Inggris,” ungkap Whitehead.

Hasil penelitian itu juga menyebutkan, penggunaan bahasa asing tidak efektif karena jumlah guru yang memiliki kemampuan mengajar dalam bahasa Inggris kurang dari 25 persen. Mayoritas guru hanya sekadar bisa berbicara dalam bahasa Inggris.

Tak harus RSBI
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, kata Whitehead, tidak perlu melalui pendirian rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI). Justru akan lebih efektif jika pemerintah memusatkan perhatian pada metode dan proses pengajaran, baik di RSBI maupun non-RSBI. Bahkan, RSBI sebenarnya bisa mengembangkan kurikulumnya sendiri dengan tetap berdasarkan kurikulum nasional dan tidak perlu mengambil mentah-mentah dari negara lain. ”Jangan justru mendahulukan keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh,” kata Whitehead.

Hal senada diutarakan konsultan pendidikan di British Council Indonesia, Hywel Coleman. Ia mengaku khawatir RSBI justru menciptakan diskriminasi pendidikan yang semakin lebar. Apalagi kurikulum RSBI sebagian diambil dari sekolah luar negeri.
”Biaya pendidikan di RSBI sebenarnya bisa murah jika kurikulum yang digunakan kurikulum buatan sendiri,” kata Coleman.

Ia khawatir akan banyak anak yang tidak bisa menikmati pendidikan berkualitas baik, seperti di Pakistan dan Thailand. Karena sudah telanjur harus ada sesuai undang-undang, Whitehead dan Coleman menyarankan agar pemerintah mengawasi dan mengevaluasi RSBI, terutama efektivitas dalam pengajaran menggunakan bahasa Inggris.

”Sampai saat ini belum ada evaluasi menyeluruh dari pemerintah tentang RSBI,” kata Whitehead. (LUK)

Simaklah dan fikirkan ....
Siapa berani memperdebatkan ini?????

Siapa Perduli ????

No comments:
Write comments

Terim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan

KABAR TEMAN

ARSIP

*** TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG *** SEMOGA BERMANFAAT *** SILAHKAN DATANG KEMBALI ***
Komunitas Pendidikan Indonesia. Theme images by MichaelJay. Powered by Blogger.
Hai, Kami Juga Hadir di Twitter, like it - @iKOMPI25
Kirim Surat