KOMPI+25

Komunitas Pendidikan Indonesia

Jaringan Komunikasi KOMUNITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Sunday, 23 September 2018

Sekolah Indonesia Sebagai Bagian Dari Bantuan Kemanusiaan Di Myanmar

Posted by   on Pinterest


PKPU Human Initiative sebagai anggota Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) membangun dua unit sekolah Rakhine State Myanmar yaitu yang diperuntukan bagi siswa SD – SMP dengan jumlah siswa sebanyak 160 siswa di Desa Nidin, Phauk Taw District dan  yang diperuntukkan bagi 120 siswa SD Bertempat, di Desa Butilun, Mrauk U district, Rakhine State. Total bantuan yang akan diberikan AKIM kepada masyrakat di Rakhine selama dua tahun ke depan sebesar 2 juta dollar Amerika Serikat. Dana ini berasal dari masyarakat dan pemerintah.

Direktur Program PKPU HI, Tomi Hendrajati, pada acara peletakan batu pertama, mengatakan sekolah yang telah terbangun ini merupakan inisiatif warga Rohingya untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anaknya paska konflik terjadi. Meski dengan fasilitas yang sangat terbatas, para siswa antusias untuk belajar. Para guru adalah sukarelawan yang dibayar secara cuma-cuma oleh orang tua siswa.

Menurut ketua pelaksana AKIM, Muhamad Ali Yusup, (Kamis, 31/8/2017) aliansi ini memliki empat program bantuan, yakni kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan bantuan dasar. Rencananya, aliansi ini akan berjalan selama dua tahun dan bisa bisa diperpanjang jika dibutuhkan. Sementara aktivitas AKIM fokus di Rakhine AKIM akan bekerjasama dengan organisasi kemasyarakatan yang berada di Rakhine. Hal ini dilakukan, karena berdasarkan ketentuan yang dibuat pemerintah Myanmar, setiap badan yang ingin memberikan bantuan harus melalui organisasi lokal. Di sana sudah ada ketentuan baku bahwa harus melalui otoritas setempat. Jadi, AKIM kerja sama dengan otoritas setempat, meminta izin, dan pelaksanaan kegiatannya bersama LSM lokal.

Sebagaimana diketahui, pada tanggal 31 Agustus 2017, KEMENLU telah meluncurkan Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM). AKIM terdiri dari 11 organisasi kemanusiaan, yang memprioritaskan bantuannya pada empat hal, yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan relief. Adapun komitmen bantuan yang diberikan oleh aliansi adalah sebesar 2 juta dollar AS. Diharapkan pemerintah Myanmar dapat melanjutkan pemberian akses kepada AKIM karena selama ini telah bersama pemerintah Indonesia dalam melaksanakan beberapa program. Dari sisi bantuan pendidikan, AKIM akan  membangun gedung sekolah, fasilitas pendidikan, memberikan pelatihan kepada guru, serta pengajar di sana. Dalam bidang kesehatan, akan digelar pelatihan medis bagi tenaga kesehatan di Rakhine. Dalam pemberian bantuan ini, Indonesia selalu menekankan bahwa bantuan harus sampai kepada semua orang yang memerlukan, tanpa kecuali, tanpa memandang agama dan etnis.

Sebelumnya, (Senin, 4/9/2017) Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyerahkan usulan Formula 4+1 untuk Rakhine State kepada konsulat negara Myanmar dalam misi diplomasi di Nay Pyi Taw, Myanmar. Saat bertemu dengan konsulat Negara Myanmar, Daw Aung San Suu Kyi, Retno menyampaikan, Formula 4+1 yang diusulkan untuk Rakhine State tediri dari empat elemen, yaitu mengembalikan stabilitas dan keamanan, menahan diri secara maksimal dan tidak menggunakan kekerasan, perlindungan kepada semua orang yang berada di Rakhine State tanpa memandang suku dan agama, dan pentingnya segera dibuka akses untuk bantuan keamanan. Empat elemen pertama merupakan elemen utama yang harus segera dilakukan agar krisis kemanusian dan keamanan tidak semakin memburuk. Sedangkan satu elemen lainnya adalah pentingnya agar rekomendasi Laporan Komisi Penasehat untuk Rakhine State yang dipimpin oleh Kofi Annan dapat segera diimplementasikan. Mengenai implementasi rekomendasi laporan Kofi Annan tersebut, pemerintah Myanmar membentuk komite implementasi dan badan penasehat untuk mengawasi implementasi rekomendasi. Akses bantuan Dalam pertemuan tersebut, Retno juga menyampaikan kepedulian dan komitmen tinggi lembaga swadaya masyarakat kemanusiaan Indonesia terhadap Myanmar.

Menurut Retno Misi ke Myanmar paling tidak telah mencapai dua hal. Pertama menyampaikan perhatian besar masyarakat Indonesia kepada situasi kemanusiaan di Rakhine State dan adanya komitmen otoritas Myanmar untuk segera atasi krisis kemanusiaan teraebut. Indonesia juga telah mendapat akses dengan diterima dalam mekanisme penyaluran bantuan kemanusiaan yang dipimpin pemerintah Myanmar dan akan melibatkan ICRC (Komite Internasional Palang Merah). Satu capaian penting misi diplomasi kemanusiaan Indonesia ini adalah disepakatinya Indonesia dan ASEAN terlibat dalam penyaluran bantuan kemanusiaan di Rakhine State. Mekanisme penyaluran dipimpin oleh pemerintah Myanmar, namun melibatkan ICRC dan beberapa negara termasuk Indonesia dan ASEAN.

Menlu Retno Marsudi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta (29 Agustus 2017) mengapresiasi aksi pembentukan dan program gagasan AKIM. Tindakan itu selaras dengan aksi pemerintah dalam menangani krisis di Rakhine. Sejak kondisi Myanmar memanas, Retno langsung berkomunikasi dengan Duta Besar Indonesia khususnya di Yangon, Myamnar. Duta Besar Indonesia juga melakukan pertemuan dengan National Security Advisor Myanmar U Thaung Tun guna mendapat penjelasan atas kerusuhan yang terjadi belakangan ini. Indonesia memiliki kedekatan dengan warga Rohingya di Myanmar. Berbagai bantuan sudah disalurkan untuk warga di sana. Indonesia tetap konsisten membantu penyelesaian konflik di negara bagian itu. Indonesia tetap berkomitmen untuk memberikan kerja sama dan bantuannya kepada pemerintah Myanmar untuk mengatasi situasi atau untuk membangun Rakhine State yang inklusif. Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, meresmikan aliansi lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang kemanusiaan untuk membantu krisis humaniter terhadap etnis Rohingya dan warga sipil terdampak konflik di Rakhine, Myanmar. Peresmian itu dilakukan pada Kamis 31 Agustus, hampir satu pekan pasca-konflik bersenjata teranyar yang pecah di Rakhine.

Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) NU, Muhamad Ali Yusuf, mewakili ormas Nahdlatul Ulama yang sekaligus bertindak sebagai ketua AKIM, dalam kata sambutan peresmian aliansi tersebut di Kementerian Luar Negeri RI, (Kamis, 31/8/2017) mengatakan Gabungan LSM ini menamakan diri sebagai Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM), beranggotakan 11 lembaga yang berfokus pada isu kemanusiaan, khususnya di negara tersebut. Beberapa anggota AKIM meliputi Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Palang Merah Indonesia, PKPU, dan Aksi Cepat Tanggap.

Aliansi yang didukung oleh Kemlu RI dan turut bersinergi dengan pemerintah Myanmar serta organisasi internasional itu, telah membentuk program bernama Humanitarian Assistance for Sustainable Community untuk Myanmar (HASCO). Program itu akan memberikan sejumlah bentuk bantuan humaniter dan pengembangan kapasitas untuk area dan masyarakat yang terdampak konflik di Rakhine. Bantuan itu akan dilaksanakan selama 2 tahun, dimulai sejak 2017 ini, yang berfokus pada empat bidang, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan humanitarian relief. Selama proses asessment, AKIM didukung dan dibantu oleh Kemlu RI serta berkoordinasi dengan pemerintah pusat Myanmar, otoritas daerah Negara Bagian Rakhine, berbagai lembaga PBB, serta mitra lokal. AKIM berfokus pada sejumlah hal, seperti memberikan bantuan pendidikan, pendirian fasilitas kesehatan, membangun pasar untuk menyokong perekonomian, pemberdayaan desa, dan suplai kebutuhan hidup mendasar. Agar komitmen itu dapat terlaksana, AKIM menggelontorkan dana sebesar US$ 2 juta. Dana itu, diperoleh dari donatur sejumlah LSM dan individu asal Tanah Air. Dana tersebut telah digelontorkan ke Rakhine secara sporadis sepanjang 2017 ini, berbentuk antara lain bantuan sandang dan pangan, proyek pembangunan fasilitas pendidikan, serta program pelatihan tenaga medis dan fasilitas kesehatan. Hingga saat ini total ada 6 proyek pembangunan sekolah. Nanti juga akan membangun pasar. Juga pelatihan tenaga medis dan pendirian fasilitas kesehatan.

Konflik yang terjadi di Myanmar telah menyisakan dampak krisis kemanusiaan yang begitu kompleks. Peristiwa yang menelan banyak korban jiwa dan menyebabkan gelombang pengungsian tersebut, salah satunya telah berdampak pada nasib pendidikan anak-anak di sana, terutama anak Rohingya. Rencana ke depan, selain fasilitas dan ruang kegiatan belajar mengajar, juga akan dibangun ruang guru, ruang perpustakaan, sarana MCK dan play ground. Kedua sekolah tersebut memiliki fasilitas dan kondisi awal yang sama. Program ini didukung oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia sebagai mitra kerjasama dalam menyukseskan program pendidikan di Myanmar.

SUMBER :
www.liputan6.com

No comments:
Write comments

Terim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan

KABAR TEMAN

ARSIP

*** TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG *** SEMOGA BERMANFAAT *** SILAHKAN DATANG KEMBALI ***
Komunitas Pendidikan Indonesia. Theme images by MichaelJay. Powered by Blogger.
Hai, Kami Juga Hadir di Twitter, like it - @iKOMPI25
Kirim Surat