KOMPI+25

Komunitas Pendidikan Indonesia

Jaringan Komunikasi KOMUNITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Sunday, 16 September 2018

Menyusuri Hari Anak Nasional 2018, Nyawa Pelajar Masih Menjadi Taruhan Dalam Tawuran Maut

Posted by   on Pinterest


Jumat (14/9/2018) tragedi berdarah tawuran pelajar di Jalan Raya Jakarta - Bogor di depan Rumah Sakit Trimitra, Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, sekira pukul 16.30 WIB, menewaskan seorang siswa SMP setelah terkena sabetan benda tajam itu terjadi. Korban bernama Yuda dan merupakan siswa kelas 7 SMP PGRI 1 Cirimekar, sempat dilarikan ke Rumah Sakit Trimitra Cibinong, namun nyawanya tak tertolong.
Kamis (13/9/2018) Tawuran pelajar antara SMK Bina Pendidikan Gunung Putri dengan SMK Pijar Alam Cileungsi mengakibatkan, satu pelajar SMK Pijar Alam berinisial SP (14) Meninggal dunia akibat luka bacok di dada. Setelah berhasil membekuk 18 pelaku yang masih berstatus pelajar dari SMK Bina Pendidikan Cileungsi, Kepolisian meminta Dinas Pendidikan untuk duduk bersama-sama dengan memanggil para guru, orang tua dan masyarakat untuk bersama-sama mengantisipasi masalah tawuran pelajar itu. Apabila tawuran itu masih berulang-ulang, maka Kepolisian akan rekomendasikan kepada Dinas Pendidikan agar sekolah tersebut dievaluasi atau dicabut.

Sabtu dini hari (1/9/2018) tawuran pelajar antar SMA di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, menyebabkan satu pelajar atas nama Ari Haryanto (16) meregang nyawa. I diduga menjadi otak tawuran tersebut. I yang memulai komunikasi dengan para pelaku, termasuk korban dan juga mengajak teman-teman lainnya. I berhasil membuat kedua belah pihak sepakat bertemu di titik pertemuan yang akhirnya menjadi lokasi Ari meninggal dunia. Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Indra Jafar, di Mapolda Metro Jakarta Selatan, Kamis (6/9/2018) menjelaskan Ari Hariyanto meninggal dunia usai dikeroyok sejumlah pelajar dari sekolah berbeda saat tawuran di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Tawuran dua kelompok pelajar beda SMA itu pecah karena ulah alumnus salah satu sekolah yang bertikai. Mereka sudah menunggu dan memang lewat WA mereka janjian, bertemu di tempat itu. Pada saat turun, karena sudah ditunggu, terjadi keributan, kelompok korban coba melarikan diri, korban pun coba melarikan diri dengan sepeda motor namun jatuh hingga akhirnya dikeroyok akibatnya korban meninggal di tempat kejadian. Warga sekitar dan rekan-rekannya berusaha menyelamatkan dengan membawa ke rumah sakit. Namun nyawa Ari tak tertolong usai dibacok.

Senin (13/8/2018) malam tawuran pelajar terjadi di Jalan Mayjen Sutoyo, Kebon Pala, Makasar, tepatnya di jembatan depan Kodam Jakarta Timur. Seorang pelajar SMK Rahayu Mulyo bernama Fathurosi Delpiero (18) tewas dalam saat tawuran dengan SMK Respati. Korban meninggal dunia dengan luka bacok di bagian paha sebelah kiri dan dibawa ke RS Polri. Polisi telah memeriksa dua orang saksi bernama Bagus dan Gus Rizal. Belum diketahui apa pemicu tawuran, sementara polisi akan berjaga-jaga di sekitar lokasi biar tak kembali terjadi tawuran.

Kamis 30 Agustus 2018 lalu tawuran antar pelajar di Jalan Daan Mogot, Cengkareng, Jakarta Barat terjadi. Rio (15) siswa SMK Tri Arga 2, tewas bersimbah darah. Polisi menemukan jenazah Rio dengan kondisi luka bacok di sekujur tubuhnya. Polisi menangkap Fuad di hadapan keluarga di rumahnya Kamis 6 September 2018. Pria yang berprofesi sebagai ojek online itu tak berkutik dan mengakui dirinya membacok Rio lantaran solidaritas pertemanan. Pelaku itu alumni salah satu sekolah, yang musuh mereka adalah siswa Tri Arga. Fuad mengaku kerap diminta teman temannya untuk tawuran. Hal ini terlihat dengan banyaknya luka sayatan dan sabetan di tangan dan badannya.

Rabu (29/8/2018) malam, sekitar pukul 19.00 WIB, 91 pelajar yang berasal dari tiga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di wilayah Tangerang diciduk jajaran Polsek Jatiuwung. Mereka diamankan setelah gagal melakukan aksi tawuran ke salah satu SMK di Balaraja. Pengamanan terhadap 91 pelajar SMK di Kota Tangerang, (SMK Yupentek 68, SMK 4, SMK 2 Kota Tangerang) ini bermula dari laporan sopir ojek online yang melihat adanya gerombolan pelajar dengan senjata tajam di kawasan Jalan Raya Jatiuwung.

Sementara, Kapolsek Cipondoh Kompol Sutrisno mengatakan, peristiwa tawuran di Jalan Hasyim Ashari Cipondoh sempat terjadi antara dua kelompok pelajar SMK Darma Bhakti dan SMA Yasir. Dua pelajar SMA MF (17) dan MA (17) kedapatan membawa senjata tajam jenis parang dan gergaji besar hasil modifikasi. Mulanya, para pelajar yang diketahui berjumlah 15 orang itu mendatangi SMA Yasir dengan melakukan pelemparan batu ke sekolah. Dari peristiwa itu, kemudian dua pelajar yang diamankan itu menyebarkan ajakan tawuran ke media sosial. Tawuran ini diawali ketidakpuasan kelompok pelajar, karena salah satu rekan mereka dikeroyok pelajar dari SMA Yasir yang mereka datangi. Dari situ mereka merencanakan untuk tawuran di sekitar hotel Narita dan kami berhasil mengamankan dua pelaku yang kedapatan membawa sajam. Dua kelompok pelajar itu terlibat saling serang menggunakan senjata tajam.

Sejak Minggu (26/8/2018), video perkelahian antara FM dan SL menjadi viral di media social. Dari video itu sejumlah media massa memberitakan perkelahian dua siswi yang mengenakan pakaian olahraga SMPN 2 Tanjungpinang dan disaksikan puluhan pelajar. Dalam video itu, tidak tampak ada yang memisahkan atau mendamaikan perkelahian. Sejumlah siswa yang menyaksikan perkelahian itu justu tertawa terbahak-bahak, dan ada juga yang bersikap seperti seorang pelatih tinju yang mengarahkan salah seorang siswi. Kepala Dinas Pendidikan Tanjungpinang, Dadang AG mengatakan menyayangkan terjadi peristiwa itu. Seharusnya, siswa lainnya melerai perkelahian itu, bukan malah menyaksikan dan merekamnya. 36 pelajar SMPN 2 Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, yang menyaksikan perkelahian (Sabtu,25/8/2018), rekannya kelas IX berinsiial FM dan SL akhirnya diskors pihak sekolah selama 3 hari. Sedangkan dua pelajar lainnya yang merekam perkelahian tersebut diskors selama 5 hari. FM dan SL diskors selama 6 hari. Disdik Tanjungpinang juga melibatkan psikolog dan Tim Pusat Pelayanan Terpadu Pelayanan Perempuan dan Anak selama dilaksanakan sanksi isolasi.

Kamis (16/8/2018) lalu 5 pelajar SMK Pijar Alam Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi terlibat tawuran dengan sekelompok pelajar dari sekolah lain di Jalan Raya Sumur Batu, Bantar Gebang. Korban meninggal atas nama Indra Permana, sedangkan dua orang temannya Aliansyah dan Maulana Dwi Putra mengalami luka akibat senjata tajam. Tawuran itu pecah di Jalan Raya Sumur Batu, Bantar Gebang setelah dua kelompok pelajar janjian melalui pesan singkat. Motif tawuran hanya masalah sepele yaitu karena saling ejek. Kelompok tersangka berkumpul lebih dulu di kediaman tersangka RP. Di sana mereka mempersiapkan senjata tajam berupa lima celurit, dan stik golf yang diruncingkan. Berbekal senjata itu, para tersangka bergerak ke lokasi kejadian kemudian tawuran.

Kamis (16/8) petang sekitar Pukul 17.30 WIB. dua kelompok pelajar dari SMK Jaya Beka 2 dan SMK Bina Karya Karawang terlibat tawuran. Seorang pelajar terkena sabetan samurai terkapar di tengah jalan dengan kondisi bercucuran darah. Korban mengalami luka bacok di daerah pelipis kanan, leher dan punggung sekitar 38 jahitan Pelajar itu dapat diselamatkan setelah warga di sekitar lokasi membawanya ke Rumah Sakit Rosela Karawang Barat. Tawuran bermula saat rombongan pelajar SMK Jaya Beka 2 tengah konvoi sepulang dari sekolah. Setibanya di Jalan Interchange Karawang Barat dicegat sekelompok pelajar dari SMK Bina Karya dan tawuran tak terelakan. Kubu pelajar SMK Jaya Beka 2 dikejar hingga akhirnya berhasil dihentikan oleh kelompok siswa SMK Bina Karya Padahal waktu itu kondisi jalan Interchange sedang padat oleh kendaraan. Seorang saksi di lokasi, Subarjo mengatakan, tawuran antar pelajar kerap terjadi di wilayah tersebut. Bahkan saat jam pelajaran sekolah sekalipun. Tak heran, banyak di antara warga yang mengaku geram dengan aksi generasi muda terpelajar itu karena dianggap meresahkan.

Senin (13/8/2018) sore, aksi tawuran antar dua kelompok pelajar di Depok, Jawa Barat, terekam kamera pengawas terjadi di Perumahan Bukit Rivaria Sawangan Depok. Tawuran itu melibatkan pelajar SMK swasta di Pancoran Mas, dengan pelajar dari SMK negeri di Sawangan. Dari rekaman CCTV terlihat beberapa pelajar yang masih mengenakan seragam membawa senjata tajam. Kapolsek Sawangan, Kompol Suprasetyo mengatakan, setelah mendapatkan informasi dari masyarakat terkait tawuran tersebut, 16 pelajar diamankan diduga terlibat dalam aksi tawuran tersebut. 2 di antaranya wanita masih menggunakan seragam, dibantu anggota Jaguar langsung dibawa ke Polsek Sawangan malam harinya. Masing-masing anak dipanggil orang tuanya ke Polsek Sawangan dan membuat surat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatan yang sama.

Pada (31/7/2018) pelajar SMK Bhipuri terlibat dalam aksi tawuran dengan pelajar SMK Sasmita Jaya I Pamulang. AF (18) pelajar SMK Sasmita Jaya I Pamulang mengalami luka di bagian wajah kiri yang disebabkan FF (16) pelajar SMK Bhipuri Serpong, Tangerang Selatan sebagai tersangka penusukan. Tawuran pelajar itu terjadi di Jalan Raya Puspitek, Kecamatan Setu, depan SPBU Kademangan, setelah siswa SMK Bhipuri Serpong dan siswa SMK Sasmita Jaya janjian di medsos akan tawuran dan sudah siap membawa aneka sajam. Tawuran itu terjadi akibat dendam lama dan sudah diatur sebelumnya. Setelah sempat menjalani 11 hari masa observasi dan tiga kali operasi pengangkatan senjata tajam dari wajah, Selasa (7/8/2018) akhirnya AF (18), menghembuskan napas terakhirnya di RSCM Jakarta. Di tahun 2018, sudah ada sekitar 85 kasus kekerasan anak di Tangsel.

Satreskrim Polresta Bogor Kota, Polda Jawa Barat, mencatat tawuran hingga menimbulkan korban jiwa terjadi kedua kali di bulan Juli 2018. Korban meninggal berinisal RIF, meninggal dunia Minggu (15/7/2018), setelah terlibat perkelahian antar kelompok yang sama-sama masih pelajar di Jl Ahmad Yani, Kota Bogor. Korban kedua terlibat tawuran, Selasa malam yang terjadi di belakang Terminal Bubulak. Polresta Bogor Kota juga mengungkap kasus tawuran di belakang Terminal Bubulak, Bogor, yang menewaskan seorang pelajar SMP merupakan kejadian terencana. Kasus tawuran itu bukan kejadian biasa, tetapi disiapkan dan direncanakan layaknya gladiator yang sempat heboh tahun 2017 lalu. Kasus tawuran itu melibatkan sembilan anak di bawah umur, korban meninggal dunia dengan inisial MIS usia 13 tahun, satu korban koma masih dirawat di rumah sakit, dua pelaku DPO, lima diamankan.


Tawuran atau aksi saling serang yang mereka lakukan sudah menjadi tradisi antarsekolah. Mereka menamakannya 'Acara yang diadakan alumni dari masing-masing SMP itu". Tawuran ala 'Acara' itu melibatkan salah satu SMP di wilayah Dramaga dan Cibungbulang. Polanya, alumni menyiapkan adik kelas atau siapa saja yang akan diadu sekolah lawan, dengan format tiga lawan tiga. Dalam Acara tersebut, ada tiga orang yang saling berkelahi, ada yang menyiapkan senjata tajam, ada juga sebagai promotor dan ada yang merekam atau memvideokan kejadian. Dulunya mereka tidak menggunakan senjata tajam. Kali ini, mereka pakai senjata tajam dengan kode (kata sandi) ada barang. Selain menggunakan senjata tajam, tradisi buruk itu juga direkam oleh kakak kelas yang rencananya akan dipublikasi di jaringan sosial YouTube sebagai ajang pamer kekuatan dengan tanda pagar tawuran.

Ini tragedi di hari anak nasional. Di saat banyak anak sedang menyalurkan energi positifnya, malah tawuran maut dipertarungkan. Anak-anak sebagai korban. Tawuran yang marak terjadi pada pelajar bukan tanpa sebab, baik sebab ekternal maupun internal. Untuk itu, perlu dilakukan penanganan serius, bukan hanya polisi, sekolah, dan pemerintah. Tetapi juga masyarakat, sehingga jika ada indikasi akan terjadi tawuran, masyarakat bisa melakukan upaya pencegahan.


Sumber :

No comments:
Write comments

Terim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan

KABAR TEMAN

ARSIP

*** TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG *** SEMOGA BERMANFAAT *** SILAHKAN DATANG KEMBALI ***
Komunitas Pendidikan Indonesia. Theme images by MichaelJay. Powered by Blogger.
Hai, Kami Juga Hadir di Twitter, like it - @iKOMPI25
Kirim Surat