KOMPI+25

Komunitas Pendidikan Indonesia

Jaringan Komunikasi KOMUNITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Tuesday 26 June 2018

Maukah Indonesia Meningkatkan Kualitas Pendidikan Tanpa Harus Mencekik Para Orang Tua ?

Posted by   on Pinterest

Pendidikan adalah suatu hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan setiap manusia. Dari pendidikan seseorang akan belajar menjadi seorang yang berkarakter dan mempunyai ilmu pendidikan dan sosial yang tinggi. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting kewibawaan sebuah negara didapatkan. Dengan pendidikan yang baik pastinya akan melahirkan generasi penerus bangsa yang cerdas dan kompeten dalam bidangnya. Faktanya, indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala.

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia.

Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain. Pendidikan di Indonesia dinggap rendah mutunya karena masalah efektivitas, efisiensi dan standarisasi pengajaran. Kurikulum tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat, sehingga para lulusan hanya pintar cari kerja dan tidak bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Ketidakseimbangan antara belajar yang berpikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Beberapa permasalahan yang bisa teridentifikasi dalam dunia pendidikan yaitu: rendahnya kualitas sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, dan mahalnya biaya pendidikan. Selain itu, Politik dana sekolah gratis yang tidak sampai ke tangan yang berhak. Ekonomi, yang mempersulit orang yang kurang mampu, dan beasiswa tidak merata. Sosial, dimana kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang kurang. Teknologi, E-book dan E-learning untuk belajar yang tidak terpenuhi. Hukum, dimana masih banyak kekerasan di lingkungan sekolah. Lingkungan, yang berkarakter yang belum terbangun.

Kesimpulan dari pandangan dunia untuk pendidikan Indonesia ini masih jauh dari kata layak. Di segala segi faktor yang dibahas masih banyak masalah yang harus ditangani. Kualitas pendidikan masih sulit sekali ditingkatkan. Oleh karena itu kita perlu membangun kembali pondasi pola berpikir kita meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan, masyarakat sekitar pun harus turut mendukung.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rata-rata kenaikan biaya pendidikan mencapai 10 persen per tahun. Senada dengan BPS, lembaga ZAP Finance bahkan menyatakan biaya pendidikan di negeri ini kisaran peningkatannya bisa mencapai 20 persen per tahun. Beban orangtua pun makin bertambah berat karena kenaikan pendapatan atau gaji kerapkali tidak bisa mengimbangi peningkatan biaya pendidikan.

Survei Kelly Services Indonesia mencatat rata-rata kenaikan gaji pegawai di Indonesia pada 2016 sebesar 7-10 persen. Meski faktanya orangtua membekali anak-anaknya dengan pendidikan terbaik, guna meningkatkan kompetensi anak butuh sekolah dengan biaya yang tidak murah. Para orangtua memang menyisihkan penghasilan untuk ditabung atau simpan, namun menabung saja bukanlah jalan keluar yang efektif. Pasalnya bunga tabungan reguler yang ditawarkan perbankan rata-rata hanya berkisar 1-2 persen. Bahkan, besaran bunga tersebut juga tak sepadan dengan laju inflasi. Karena itu, investasi untuk biaya pendidikan anak adalah memilih portofolio yang aman, berisiko rendah, dan menguntungkan, seperti Deposito (eskaylim / Thinkstock).

Tidak semua masyarakat mendapatkan subsidi pendidikan. Provinsi DKI Jakarta yang notabene kota metropolitan membuat sebagian masyarakatnya memilih sekolah negeri, atau ke swasta yang dianggap berkualitas meskipun biayanya cukup mahal. Bahkan, untuk menunjang perkembangan pendidikan anaknya, para orang tua di Jakarta juga mengikutsertakan anaknya dalam bimbingan belajar, les privat  hingga menyediakan buku penunjang lainnya. Sehingga, DKI Jakarta merupakan provinsi dengan rata-rata pengeluaran untuk pendidikan tertinggi, yakni mencapai Rp75.077 per kapita setiap bulannya. Selanjutnya Yogyakarta di tempat kedua dengan pengeluaran pendidikan Rp 58.752 per kapita dan di posisi ketiga Kepulauan Riau sebesar Rp 43.383 per kapita.

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh The Nielsen Global Survey of Education Aspirations kepada lebih dari 29.000 responden online di 58 negara, rata-rata pengeluaran untuk pendidikan mencapai 8% dari biaya bulanan, setelah makanan dan minuman (18%), perumahan (16%), dan telepon/internet (9%). Namun, di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia, biaya pendidikan yang dianggarkan per bulan lebih tinggi dibandingkan rata-rata global. Masyarakat Indonesia mengalokasikan hingga 14,1%, selain Peru (18,6%), Filipina (15,4%), dan Pakistan (14,8%).

Lebih dari tiga perempat (78%) responden global menilai bahwa pendidikan tinggi menjadi salah satu jalan untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik. Tidak sedikit pula negara-negara yang merasa keberatan dan tidak mampu membiayai pendidikan di tempat mereka tinggal antara lain masyarakat Brasil (76%), diikuti oleh responden di Uni Emirat Arab (66%), dan Arab Saudi (64%). Tidak heran, bila pendidikan termasuk salah satu pengeluaran utama masyarakat dunia.

Lebih dari dua pertiga (68%) responden di seluruh dunia mengatakan bahwa mereka akan lebih memilih untuk membeli produk dari perusahaan yang mendukung prakarsa-prakarsa pendidikan. Indonesia berada di urutan Top 10 teratas dengan 80% responden mengatakan bahwa mereka lebih memilih untuk membeli produk dari perusahaan yang mendukung prakarsa-prakarsa pendidikan.

Biaya dana pendidikan sangat besar dan pasti akan selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya, biasanya sekitar 15-20 persen per tahun. Biaya pendidikan tahun ajaran baru selalu meningkat terus. Padahal UU nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, dikatakan anak berusia 7-15 tahun berhak untuk mendapatkan pendidikan minimal pada jenjang dasar tanpa adanya pungutan biaya karena seluruh biaya ditanggung pemerintah. Tetapi ternyata kenyataannya berbeda, karena masih banyak biaya yang diminta dengan berbagai macam alasan, seperti uang buku, uang seragam dan lain-lain. Malah di sekolah-sekolah Swasta masih membebankan biaya pendidikan dalam bentuk lain dengan alasan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Di tingkat Perguruan Tinggi lebih luar biasa lagi kenaikan yang terjadi. Perguruan Tinggi Negeri yang sangat murah biayanya, menjadi rebutan. Tahun 2017 terdapat 797.738 anak yang mendaftar, sementara yang diterima hanya 113.968, persaingan yang luar biasa. Karena peluang yang sangat besar ini, beberapa perguruan tinggi negeri dengan alasan subsidi silang, membuka juga peluang melalui jalur UMUM atau INTERNASIONAL, yang kadang biaya pendidikannya malah lebih mahal dari Perguruan Tinggi Swasta.

Apa yang menyebabkan biaya pendidikan di Indonesia terus naik?

Permintaan dan Ketersediaan tidak seimbang
Inilah hukum ekonomi yang berlaku, dimana permintaan semakin banyak sementara produknya sedikit, maka kenaikan harga tidak dapat di hindari. Setiap tahun semakin banyak anak yang ingin sekolah ketempat terbaik, sementara instansi pendidikan yang memiliki kualitas dan reputasi bagus di masyarakat masih terbatas. Akibatnya sekolah-sekolah bagus menjadi rebutan dan membuat biaya untuk masuk menjadi semakin besar. Seperti layaknya hukum ekonomi apabila ada banyak permintaan namun supply produknya sedikit maka bisa mengakibatkan kenaikan harga. Setiap tahunnya banyak anak yang ingin melanjutkan sekolah dan mendapatkan sekolah yang bagus sementara instansi pendidikan yang memiliki kualitas dan reputasi bagus di masyarakat belum memadai jumlahnya. Akibatnya sekolah-sekolah yang bagus menjadi rebutan dan membuat biaya untuk masuk menjadi semakin besar.

Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Prinsipnya MBS adalah pemberian hak otonomi dari pemerintah ke Komite Sekolah untuk menentukan pengelolaan dana yang diterima dari pemerintah untuk kepentingan pendidikan yang berlangsung di sekolah tersebut. Komite Sekolah anggota-anggotanya sebenarnya adalah orang-orang yang dianggap punya kuasa dan tidak mewakili kepentingan keluarga siswa yang miskin. Ternyata, banyak praktek MBS tidak pada tempatnya. Contoh biaya yang sering diminta adalah biaya untuk pasang AC, biaya pasang CCTV dan biaya perpisahan. Seringkali yang tidak setuju juga akhirnya mengikuti dengan berat hati karena tidak mau anaknya nanti terkucil dari teman-temannya.

Perubahan status pendidikan
Pemerintah mengeluarkan RUU tentang Badan Hukum Pendidikan yang kemudian berdampak menjadi semakin tingginya biaya pendidikan tahun ajaran baru terutama untuk sekolah-sekolah favorit. Karena peraturan ini pula, perguruan tinggi saat ini berstatus Badan Hukum Milik Negara di mana tanggung jawab pendidikan berpindah tangan dari pemerintah ke pemilik badan hukum tersebut. Ini juga yang menyebabkan biaya perguruan tinggi favorit semakin melambung tinggi. Pendidikan yang harusnya nir-laba berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara yang dituntut untuk profit.

Kondisi perekonomian Indonesia
Harga-harga naik. Melemahnya nilai rupiah dimata dunia. Kondisi perekonomian yang belum stabil membuat pemerintah banyak melakukan privatisasi pada sektor pendidikan demi meringankan beban hutang negara pada APBN.

Pada akhirnya, masyarakat Indonesia selalu berhadapan pada masalah yang sama dan dipusingkan bagaimana caranya agar anak bisa tetap sekolah terus dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, walaupun biaya terus naik.

Berikut ini tips mempersiapkan dana pendidikan anak sejak dini:

1. Estimasikan Biaya Pendidikan
Langkah awal yang perlu dilakukan yaitu mendata biaya pendidikan dan biaya hidup saat ini. Setelah itu, kalkulasikan nilainya di masa depan. Untuk mendapatkan data-data valid, tak ada salahnya mengecek biaya pendidikan di sekolah atau universitas yang diangan-angankan untuk anak-anak kita. Sebagai contoh, misalkan biaya kuliah empat tahun di satu universitas Rp 140 juta, pada 15 tahun mendatang dari sekarang dengan inflasi biaya pendidikan berkisar 15% per tahun, biaya kuliah selama empat tahun bisa mencapai Rp 1,14 miliar. Jumlah yang tidak sedikit dan bisa bikin pening kepala. Tapi, ini realitas. Kita pun lantas berpikir berapa lagi uang tabungan yang harus ditambahkan. Lagi-lagi, ini baru biaya kuliah alias belum termasuk biaya hidup.

2. Asuransi Pendidikan
Memilih asuransi pendidikan adalah langkah yang banyak dilakukan orang tua. Mereka beranggapan produk ini memang diperuntukkan bagi kebutuhan tersebut. Meski tidak menutupi semua kebutuhan pendidikan anak di masa yang akan datang, namun asuransi pendidikan akan sangat membantu dan mengurangi beban akan besarnya biaya pendidikan anak kelak.

3. Tabungan dan Deposito
Menabung memang harus dibudayakan sejak dini. Prinsip dikit-dikit lama-lama menjadi bukit perlu dikedepankan. Namun harus diakui, menabung di bank bunganya sangat kecil. Bunga tabungan jauh di bawah inflasi. Kalau lantas dialihkan ke deposito, bunga yang didapatkan juga masih tergolong kecil dan di bawah inflasi. Dengan kata lain, untuk tahun-tahun ke depan, bunga dana di tabungan atau deposito masih di bawah inflasi dan tergolong kecil.

4. Investasi
Meski belum begitu masif, orang kini mulai mengalihkan pandangannya ke instrumen investasi untuk menyiapkan dana pendidikan anaknya. Investasi adalah menanamkan uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. 

Orang tua mana yang tidak menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya? Dibutuhkan kerjasama dan komitmen yang baik antara kebijakan pemerintah, lembaga pendidikan dan juga masyarakat.  Kualitas pendidikan di Indonesia bisa meningkat tanpa harus mencekik para orang tua dengan tingginya biaya pendidikan di setiap tahun ajaran baru. Orang tua di Indonesia tidak boleh menyepelekan pentingnya persiapan dana pendidikan sejak dini. Orang tua harus serius mempersiapkan dana pendidikan untuk anak-anaknya sejak dini. Masyarakat memang harus terus diedukasi untuk melek investasi demi pendidikan anak dan masa depan mereka cerah.

Semoga masyarakat, pemerintah dan lembaga pendidikan perduli.
Jayalah Pendidikan Indonesia

SUMBER :

No comments:
Write comments

Terim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan

KABAR TEMAN

ARSIP

*** TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG *** SEMOGA BERMANFAAT *** SILAHKAN DATANG KEMBALI ***
Komunitas Pendidikan Indonesia. Theme images by MichaelJay. Powered by Blogger.
Hai, Kami Juga Hadir di Twitter, like it - @iKOMPI25
Kirim Surat