70% Ruang Kelas Sekolah di Indonesia dalam Kondisi
Rusak
SUMBER : * http://id.beritasatu.com; www.dakta.com; https://news.detik.com; https://nasional.kompas.com; www.pikiran-rakyat.com* http://pacitankab.go.id; www.liputan6.com; https://video.tempo.co
Baca Artikel Terkait :
Meski pendidikan telah mendapat alokasi anggaran 20
persen setiap tahunnya, tapi infrastruktur masih dalam kondisi buruk. Data
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dilansir dari laman data.go.id
memperlihatkan bahwa mayoritas ruang kelas sekolah di Indonesia masih dalam
kondisi rusak. Dari 1,6 juta ruang kelas yang ada hanya 29,3 persen ruang kelas
dalam keadaan baik, sisanya dalam kondisi rusak ringan, sedang, dan berat.
Kondisi ruang kelas rusak paling banyak terdapat di sekolah dasar. Sebanyak
46,5 persen atau 774 ribu ruang kelas rusak ada di sana. Federasi Serikat Guru
Indonsia (FSGI) menyoroti berbagai kasus sekolah rusak dan roboh. Data Sekolah
Rusak sedang dan berat yang dihimpun FSGI, berasal dari Bekasi dan Bandung
(Jawa Barat), DKI Jakarta, Serang (Banten), serta Lombok dan Bima (NTB) Berikut
beebrapa sekolah rusak beberapa tahun terakhir.
Atap bangunan SD Negeri 02 Kwitang, Jakarta Pusat
(Selasa, 24/5/2011) roboh. Akibat peristiwa itu, tiga pelajar dan seorang
pedagang kantin sekolah yang berada di dekat lokasi kejadian mengalami luka di
kepala. Ditengarai robohnya atap lantaran ada kesalahan pada perencanaan
konstruksi bangunan sekolah tersebut.
Kepala Sekolah SDN 3 Cihirup Edi Suardi mengatakan,
sampai saat itu belum ada bantuan dari dinas terkait untuk memperbaiki atap
sekolah yang ambruk. Dia berharap dinas pendidikan untuk segera memberikan
bantuan agar tiga ruangan ambruk segera diperbaiki.
Bangunan atap sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri
(setingkat SMP) di Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Jombang, Jawa Timur
mendadak ambruk (Senin, 30 Mei 2011). Akibat kejadian itu, puluhan siswa yang
sedang belajar di tiga ruang kelas mengalami luka-luka tertimpa reruntuhan.
Dari 23 siswa yang terkena musibah gedung sekolah yang roboh itu, 13 siswa di
antaranya rawat jalan dan 10 siswa dinyatakan rawat inap.
Pelajar kelas tiga SMPN 8 Hitu, Sobo Makatitta,
Desa Wakal, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah, harus mengisi lembaran Ujian
Akhir Semester (UAS) di atas lantai, (Kamis, 7/12/2017). Fasilitas kursi dan
meja di kelas-kelas lainnya yang ada di SMP 8 Hitu, semuanya rusak parah,
bahkan ada dua siswa yang duduk satu kursi untuk menerima pelajaran dari guru
mereka. Situasi ini dibiarkan begitu saja sampai sekarang.
Pelajar kelas tiga SMAN II Leihitu yang berlokasi
di Negeri Lima, Kecamatan Leihitu, harus duduk melantai untuk mengisi lembaran
ujian akhir semester disebabkan minimnya prasarana penunjang sekolah yang
mestinya disediakan pemerintah usai jebolnya DAM Wae Ela 2013. Setelah
tahun-tahun peristiwa mengerikan itu, pemerintah baru membangun beberapa ruang
kelas permanen baru yang jumlahnya tidak cukup untuk menampung semua siswa.
Yang dibutuhkan 11 Ruang Kelas Baru (RKB) tapi yang dibangun baru tiga unit
pada tahun 2016. Satu RKB baru dikerjakan, laboratorium, perpustakaan, dan
prasarana lainnya belum dibangun. Sejak tahun 2013 sampai tahun 2016, siswa SMA
Negeri II hanya mengikuti proses belajar mengajar beratap langit. Awal tahun
2017 itu, baru mereka belajar di tiga bangunan baru itu.
SDN 68 Ogan Komering Ulu (OKU), Murti Ningsih di
Baturaja, Minggu 29 Oktober 2017, dilansir Antara, mengatakan bahwa SDN 68
Kecamatan Sosoh Buay Rayap, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, saat
ini masih minim fasilitas meja belajar. Sebagian Siswa terpaksa duduk lesehan
di atas lantai menggunakan alas karpet sambil mendengarkan guru mereka
menjelaskan pelajaran di papan tulis, tanpa menggunakan meja dan kursi.
Sarana dan prasarana SMPN 2 Pringkuku di Desa
Ngadirejan Kecamatan Pringkuku Bencana rusak terdampak parah oleh banjir dan
tanah longsor. Dari 12 lokal ruangan yang dimiliki, 10 lokal diantaranya
mengalami kerusakan cukup parah. Akibat rusaknya ruang kelas, ujian sekolah
para siswa terpaksa dialihkan di salah satu rumah warga.
Siswa SDN 5 Sembungrejo, Kecamatan Pulokulon, Grobogan,
Jawa Tengah, nya harus menantang maut ketika ruang kelas rusak dan hampir
roboh, atap sekolah banyak yang jebol dan tiang penyangga atap sudah
menggantung dan patah (Liputan6.com, Sabtu, 28/10/2017). Sebanyak 75 siswa dan tiga guru setiap saat harus berdebar-debar
ketika mengajar lantaran uang sekolah sudah rusak parah, namun sekolah tetap
memanfaatkan ruang kelas untuk proses belajar mengajar dengan disekat papan
triplek guna dibagi menjadi ruang belajar kelas 4 dan kelas tiga. Ruang kelas
rusak ini sudah lama. Dari pantauan Liputan6.com, dari lima ruang yang
dimiliki, dua ruang kondisinya masih bagus.
SDN Merdeka di Desa Gudang Kahuripan, Lembang,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat, satu kelas rusak berat akibat tertimpa pohon pada
Senin, 4 Desember 2017. Seluruh siswa di kelas tersebut harus bergabung dengan
kelas lain untuk mengikuti proses pembelajaran.
Sehari setelah kunjungan Dinas Pariwisata DKI Jakarta gedung
SMPN 32 di Jl Pejagalan Raya, Jakarta Barat, berlantai dua itu roboh, atapnya
ambruk, lantai duanya ikut ambrol ke lantai dasar (Kamis, 21 Desember 2017).
Seorang guru perempuan dan petugas Tata Usaha menjadi korban. Kepala Suku Dinas
Pendidikan Jakarta Barat Tajudin Nur (Tempo, Kamis, 21 Desember 2017)
memastikan bangunan runtuh yang berada di SMP Negeri 32 di Jalan Pejagalan
Raya, Jakarta Barat, bukan bangunan sekolah, tetapi bangunan cagar budaya yang
dibangun sejak tahun 1816. Bangunan cagar budaya tersebut memang berada di
dalam area SMPN 32. Di lantai atas bangunan, sudah tidak terpakai, namun, ruang
bawah biasa dipakai untuk rapat dan aula.
SMPN 2 dan SMPN 3 Jonggat, Lombok Tengah mengalami kondisi
sekolah rusak (Health Liputan6.com, Selasa (6/2/2018). Bahkan di SMPN 3
Jonggat, satu ruang keterampilan, yang berisi puluhan komputer, roboh pada 31
Desember 2017. Dari 15 ruang kelas di SMPN 3 Jonggat, tujuh kelas di antaranya
berpotensi roboh. Kondisi sekolah sangat memprihatinkan sekaligus membahayakan
para siswa karena tiap hari masih dipergunakan untuk proses pembelajaran. Kondisi
kedua sekolah mengalami rusak berat, tapi bertahun-tahun tidak juga diperbaiki.
Siswa SDN 4 Kedoyo, Kecamatan Sendang, Tulungagung, Jawa
Timur, terpaksa harus saling berbagi ruang kelas untuk belajar. Pasalnya, satu
dari total empat ruang kelas yang dimiliki sekolah itu rusak parah sejak hampir
empat bulan silam. Seorang guru SDN 4 Kedoyo, mengatakan ruang kelas yang
biasanya digunakan kelas I itu rusak sejak Oktober 2017 saat bagian atap plafon
yang ambrol. Kondisi ruangan semakin memprihatinkan karena Januari kemarin,
kayu yang menempel di dinding jatuh. Agar tetap bisa belajar, para siswa pun
harus saling berbagai tiga ruangan (Rabu, 7/2/2018).
Akibat atap sekolah ambruk, aktivitas belajar mengajar siswa
di SDN 3 Cihirup, Desa Cihirup, Kecamatan Ciawigebang, Kabupaten Kuningan, Jawa
Barat, harus belajar di dalam musala, Selasa (10/4/2018). Atap sekolah ambruk
diduga akibat bangunan yang rapuh serta akibat diguyur hujan deras. Ambruknya
atap terjadi satu tahun lalu dan sampai saat ini belum ada bantuan dari dinas
terkait.
Upaya perbaikan
Berbagai kerusakan fasilitas yang dialami SMP 8
Hitu memang sudah sering diadukan para guru kepada pimpinan, tetapi belum ada
upaya nyata kepsek untuk memperbaikinya. Anggaran Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) yang digelontorkan untuk sekolah itu dengan jumlah 200 lebih siswa, juga
tidak ada transparansi pengelolaannya. Penggunannya tidak diketahui para guru.
Anggota DPRD Kabupaten Maluku Tengah Said Patta
meminta pihak berwajib untuk mengusut tuntas pengelolaan dana bos yang ada di
SMP 8. Kuat dugaan dana BOS untuk SMP 8 Hitu telah diselewengkan untuk
kepentingan di luar kebutuhan siswa. Bukan hanya meja-kursi yang rusak,
pengadaan fasilitas penunjang pendidikan lainnya pun diabaikan. Said
menyesalkan pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Maluku Tengah yang diduga
melakukan kongkalikong untuk menutupi kebobrokan di SMP 8 Hitu. Pernah ada tim
dari kabupaten yang turun melakukan pengawasan, tapi para guru mengaku hasilnya
tidak menunjang perbaikan sistem di SMP itu.
Kepala SD Negeri 68 Ogan Komering Ulu (OKU), Murti
Ningsih di Baturaja telah mengusulkan pengadaan meja dan kursi kepada Dinas
Pendidikan OKU, namun hingga kini usulan itu tidak ada kejelasan, belum ada
tanggapan. Sejak tahun 2016 sekolah ini tidak memiliki apa-apa, baru sekarang
ada pengecatan gedung, pemasangan gorden dan pembelian kursi baru untuk guru
mengajar di dalam kelas. SDN 68 OKU memiliki dua ruangan kelas yang tidak
memiliki meja dan kursi. Kalau mengandalkan dana BOS untuk belanja pengadaan
sarana tersebut, maka tak akan mampu mencukupi sebab dana yang diterima sangat
minim.
Kepala Dinas Pendidikan OKU, Achmad Tarmizi melalui
Kepala Seksi Penilaian Kurikulum, Hendri Wijaya mengaku, memang benar pada 2016
ada usulan proposal mengenai kursi dan meja dari pihak sekolah. Namun usulan
tersebut tidak terealisasi disebabkan APBD wilayah setempat mengalami defisit
anggaran. Tahun 2018 usulan meja dan kursi, mudah-mudahan dapat terealisasi.
Selain itu pihak operator sekolah harus rajin mengunggah data dapodik karena
bisa langsung ke pusat, sehingga dari Kementerian Pendidikan akan tau tentang
kondisi sekolah yang nantinya bisa dianggarkan melalui Dana Alokasi Khusus
(DAK).
Pihak SMPN 32 Jakarta mengklaim sudah diajukan
sejak sepuluh tahun yang lalu kepada pemerintah untuk merenovasi gedung
serbaguna yang roboh pada Kamis, 21 Desember 2017. Namun, pemerintah lamban
merespon permintaan itu. Permintaan renovasi sudah. Gedung Serba Guna SMPN 32
itu merupakan milik Dinas Pendidikan DKI Jakarta, namun karena status bangunan
itu sebagai cagar budaya membuat renovasi hanya bisa dilakukan dengan
persetujuan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Saat ini, pembahasan
antara kedua instansi itu masih berlangsung. Rencananya tahun depan akan
direnovasi.
Arkeolog senior Tim Ahli Cagar Budaya Pemerintah
DKI Jakarta, Chandrian Attahiyat, (Kamis, 21 Desember 2017) mengatakan bangunan
berwarna kuning, yang dibangun pada abad ke 19 itu diperkirakan berusia ratusan
tahun. Bangunan tersebut baru diusulkan sebagai cagar budaya. Pada 1960,
bangunan tersebut disulap menjadi sebuah sekolah Cina. Lalu dalam prosesnya
bangunan tersebut menjadi SMPN 32.
Wali Kota Jakarta Barat Anas Effendi yang
berkunjung ke lokasi kejadian mengatakan, gedung yang roboh itu dibangun pada
1816. Sedangkan bangunan sekolah di sekitarnya dibangun 1920. Yang roboh itu
termasuk cagar budaya.
Seorang guru SDN Kedoyo 4 Tulungagung menngatakan, sempat
dipasang bambu untuk menyangga bagian atap, namun karena kondisinya yang
semakin membahayakan para siswa, sekolah memutuskan membongkar total bagian
atap. Ruang kelas rusak itu ruang kelas yang dibuat jaman Inpres, sekitar tahun
1980-an. Material setengah papan setengah tembok. Sejak pertama dibangun belum
pernah direhab. Ruangan itu pun tak berfungsi lagi untuk pendidikan anak–anak. Para
guru sudah berkomunikasi dengan warga sekitar sekolah untuk mencari solusi
sementara. Untuk mengantisipasi keselamatan siswa, siswa bisa belajar di rumah
warga atau di masjid agar proses belajar mengajar tak terganggu. Kalau dua
kelas belajar bersama di satu ruangan dengan sekat papan ya pasti terganggu.
Dua ruang, masing-masing digunakan untuk dua kelas. Kelas 1, bergantian
menggunakan ruang pagi dan siang hari. Sebenarnya pihak sekolah tiap tahun
mengajukan bantuan untuk perbaikan, tapi, tahun kemarin dijanjikan tahun ini.
Tahun ini dijanjikan lagi tapi kapan belum tahu, padahal kepala dinas
pendidikan sudah datang dan melihat langsung kondisi kelas yang memprihatinkan
itu.
"Bu, sekolah saya rusak minta
diperbaiki," kata beberapa siswa kelas 3 dan 4 SDN 5, Sembungrejo serempak
ketika diminta mengungkapkan keinginan apa yang harus dilakukan bupati Grobogan
terhadap sekolah mereka. Ruang yang menyatu dengan ruang kepala sekolah
merupakan bangunan yang baru dibuat dengan dana alokasi khusus (DAK) anggaran
tahun 2012.
Sementara itu, DPR memutuskan melanjutkan
pembangunan gedung baru dengan anggaran Rp1,1,38 triliun. Koalisi Masyarakat
Sipil Tolak Gedung Baru DPR (Kompas.com, Selasa, 12/4/2011) melansir, angka
pembangunan gedung baru wakil rakyat itu setara dengan biaya pembangunan 32.000
gedung sekolah di seluruh Indonesia. Pilih yang mana? Aktivis koalisi, Emerson
Yuntho menilai, Dewan sebagai lembaga perwakilan rakyat tidak sensitif terhadap
keadaan masyarakat, DPR lebih mengutamakan kepentingannya sendiri daripada
memprioritaskan kepentingan public yaitu pembangunan sektor pendidikan,
kesehatan, ataupun pertanian. Data Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2008
menunjukkan jumlah gedung sekolah dasar hingga menengah atas di Indonesia yang
mengalami kerusakan mencapai 170.000 sekolah. Sebaliknya, anggota Fraksi Partai
Demokrat, (Sabtu, 9/4/2011) meminta masyarakat tidak menganalogikan gedung baru
DPR dengan gedung-gedung sekolah yang tak layak pakai. Masing-masing sudah
memiliki anggaran sendiri, 20 persen APBN.
Baca Artikel Terkait :
No comments:
Write commentsTerim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan