KOMPI+25

Komunitas Pendidikan Indonesia

Jaringan Komunikasi KOMUNITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Tuesday 24 April 2018

Sudahkah Sekolah Rusak Menjadi Prioritas

Posted by   on Pinterest

70% Ruang Kelas Sekolah di Indonesia dalam Kondisi Rusak

Meski pendidikan telah mendapat alokasi anggaran 20 persen setiap tahunnya, tapi infrastruktur masih dalam kondisi buruk. Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dilansir dari laman data.go.id memperlihatkan bahwa mayoritas ruang kelas sekolah di Indonesia masih dalam kondisi rusak. Dari 1,6 juta ruang kelas yang ada hanya 29,3 persen ruang kelas dalam keadaan baik, sisanya dalam kondisi rusak ringan, sedang, dan berat. Kondisi ruang kelas rusak paling banyak terdapat di sekolah dasar. Sebanyak 46,5 persen atau 774 ribu ruang kelas rusak ada di sana. Federasi Serikat Guru Indonsia (FSGI) menyoroti berbagai kasus sekolah rusak dan roboh. Data Sekolah Rusak sedang dan berat yang dihimpun FSGI, berasal dari Bekasi dan Bandung (Jawa Barat), DKI Jakarta, Serang (Banten), serta Lombok dan Bima (NTB) Berikut beebrapa sekolah rusak beberapa tahun terakhir.

Atap bangunan SD Negeri 02 Kwitang, Jakarta Pusat (Selasa, 24/5/2011) roboh. Akibat peristiwa itu, tiga pelajar dan seorang pedagang kantin sekolah yang berada di dekat lokasi kejadian mengalami luka di kepala. Ditengarai robohnya atap lantaran ada kesalahan pada perencanaan konstruksi bangunan sekolah tersebut.

Kepala Sekolah SDN 3 Cihirup Edi Suardi mengatakan, sampai saat itu belum ada bantuan dari dinas terkait untuk memperbaiki atap sekolah yang ambruk. Dia berharap dinas pendidikan untuk segera memberikan bantuan agar tiga ruangan ambruk segera diperbaiki.

Bangunan atap sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri (setingkat SMP) di Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Jombang, Jawa Timur mendadak ambruk (Senin, 30 Mei 2011). Akibat kejadian itu, puluhan siswa yang sedang belajar di tiga ruang kelas mengalami luka-luka tertimpa reruntuhan. Dari 23 siswa yang terkena musibah gedung sekolah yang roboh itu, 13 siswa di antaranya rawat jalan dan 10 siswa dinyatakan rawat inap.

Pelajar kelas tiga SMPN 8 Hitu, Sobo Makatitta, Desa Wakal, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah, harus mengisi lembaran Ujian Akhir Semester (UAS) di atas lantai, (Kamis, 7/12/2017). Fasilitas kursi dan meja di kelas-kelas lainnya yang ada di SMP 8 Hitu, semuanya rusak parah, bahkan ada dua siswa yang duduk satu kursi untuk menerima pelajaran dari guru mereka. Situasi ini dibiarkan begitu saja sampai sekarang.

Pelajar kelas tiga SMAN II Leihitu yang berlokasi di Negeri Lima, Kecamatan Leihitu, harus duduk melantai untuk mengisi lembaran ujian akhir semester disebabkan minimnya prasarana penunjang sekolah yang mestinya disediakan pemerintah usai jebolnya DAM Wae Ela 2013. Setelah tahun-tahun peristiwa mengerikan itu, pemerintah baru membangun beberapa ruang kelas permanen baru yang jumlahnya tidak cukup untuk menampung semua siswa. Yang dibutuhkan 11 Ruang Kelas Baru (RKB) tapi yang dibangun baru tiga unit pada tahun 2016. Satu RKB baru dikerjakan, laboratorium, perpustakaan, dan prasarana lainnya belum dibangun. Sejak tahun 2013 sampai tahun 2016, siswa SMA Negeri II hanya mengikuti proses belajar mengajar beratap langit. Awal tahun 2017 itu, baru mereka belajar di tiga bangunan baru itu.

SDN 68 Ogan Komering Ulu (OKU), Murti Ningsih di Baturaja, Minggu 29 Oktober 2017, dilansir Antara, mengatakan bahwa SDN 68 Kecamatan Sosoh Buay Rayap, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, saat ini masih minim fasilitas meja belajar. Sebagian Siswa terpaksa duduk lesehan di atas lantai menggunakan alas karpet sambil mendengarkan guru mereka menjelaskan pelajaran di papan tulis, tanpa menggunakan meja dan kursi.

Sarana dan prasarana SMPN 2 Pringkuku di Desa Ngadirejan Kecamatan Pringkuku Bencana rusak terdampak parah oleh banjir dan tanah longsor. Dari 12 lokal ruangan yang dimiliki, 10 lokal diantaranya mengalami kerusakan cukup parah. Akibat rusaknya ruang kelas, ujian sekolah para siswa terpaksa dialihkan di salah satu rumah warga.

Siswa SDN 5 Sembungrejo, Kecamatan Pulokulon, Grobogan, Jawa Tengah, nya harus menantang maut ketika ruang kelas rusak dan hampir roboh, atap sekolah banyak yang jebol dan tiang penyangga atap sudah menggantung dan patah (Liputan6.com, Sabtu, 28/10/2017). Sebanyak 75 siswa  dan tiga guru setiap saat harus berdebar-debar ketika mengajar lantaran uang sekolah sudah rusak parah, namun sekolah tetap memanfaatkan ruang kelas untuk proses belajar mengajar dengan disekat papan triplek guna dibagi menjadi ruang belajar kelas 4 dan kelas tiga. Ruang kelas rusak ini sudah lama. Dari pantauan Liputan6.com, dari lima ruang yang dimiliki, dua ruang kondisinya masih bagus.

SDN Merdeka di Desa Gudang Kahuripan, Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, satu kelas rusak berat akibat tertimpa pohon pada Senin, 4 Desember 2017. Seluruh siswa di kelas tersebut harus bergabung dengan kelas lain untuk mengikuti proses pembelajaran.

Sehari setelah kunjungan Dinas Pariwisata DKI Jakarta gedung SMPN 32 di Jl Pejagalan Raya, Jakarta Barat, berlantai dua itu roboh, atapnya ambruk, lantai duanya ikut ambrol ke lantai dasar (Kamis, 21 Desember 2017). Seorang guru perempuan dan petugas Tata Usaha menjadi korban. Kepala Suku Dinas Pendidikan Jakarta Barat Tajudin Nur (Tempo, Kamis, 21 Desember 2017) memastikan bangunan runtuh yang berada di SMP Negeri 32 di Jalan Pejagalan Raya, Jakarta Barat, bukan bangunan sekolah, tetapi bangunan cagar budaya yang dibangun sejak tahun 1816. Bangunan cagar budaya tersebut memang berada di dalam area SMPN 32. Di lantai atas bangunan, sudah tidak terpakai, namun, ruang bawah biasa dipakai untuk rapat dan aula.
SMPN 2 dan SMPN 3 Jonggat, Lombok Tengah mengalami kondisi sekolah rusak (Health Liputan6.com, Selasa (6/2/2018). Bahkan di SMPN 3 Jonggat, satu ruang keterampilan, yang berisi puluhan komputer, roboh pada 31 Desember 2017. Dari 15 ruang kelas di SMPN 3 Jonggat, tujuh kelas di antaranya berpotensi roboh. Kondisi sekolah sangat memprihatinkan sekaligus membahayakan para siswa karena tiap hari masih dipergunakan untuk proses pembelajaran. Kondisi kedua sekolah mengalami rusak berat, tapi bertahun-tahun tidak juga diperbaiki.
Siswa SDN 4 Kedoyo, Kecamatan Sendang, Tulungagung, Jawa Timur, terpaksa harus saling berbagi ruang kelas untuk belajar. Pasalnya, satu dari total empat ruang kelas yang dimiliki sekolah itu rusak parah sejak hampir empat bulan silam. Seorang guru SDN 4 Kedoyo, mengatakan ruang kelas yang biasanya digunakan kelas I itu rusak sejak Oktober 2017 saat bagian atap plafon yang ambrol. Kondisi ruangan semakin memprihatinkan karena Januari kemarin, kayu yang menempel di dinding jatuh. Agar tetap bisa belajar, para siswa pun harus saling berbagai tiga ruangan (Rabu, 7/2/2018).
Akibat atap sekolah ambruk, aktivitas belajar mengajar siswa di SDN 3 Cihirup, Desa Cihirup, Kecamatan Ciawigebang, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, harus belajar di dalam musala, Selasa (10/4/2018). Atap sekolah ambruk diduga akibat bangunan yang rapuh serta akibat diguyur hujan deras. Ambruknya atap terjadi satu tahun lalu dan sampai saat ini belum ada bantuan dari dinas terkait.

Upaya perbaikan

Berbagai kerusakan fasilitas yang dialami SMP 8 Hitu memang sudah sering diadukan para guru kepada pimpinan, tetapi belum ada upaya nyata kepsek untuk memperbaikinya. Anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang digelontorkan untuk sekolah itu dengan jumlah 200 lebih siswa, juga tidak ada transparansi pengelolaannya. Penggunannya tidak diketahui para guru.

Anggota DPRD Kabupaten Maluku Tengah Said Patta meminta pihak berwajib untuk mengusut tuntas pengelolaan dana bos yang ada di SMP 8. Kuat dugaan dana BOS untuk SMP 8 Hitu telah diselewengkan untuk kepentingan di luar kebutuhan siswa. Bukan hanya meja-kursi yang rusak, pengadaan fasilitas penunjang pendidikan lainnya pun diabaikan. Said menyesalkan pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Maluku Tengah yang diduga melakukan kongkalikong untuk menutupi kebobrokan di SMP 8 Hitu. Pernah ada tim dari kabupaten yang turun melakukan pengawasan, tapi para guru mengaku hasilnya tidak menunjang perbaikan sistem di SMP itu.

Kepala SD Negeri 68 Ogan Komering Ulu (OKU), Murti Ningsih di Baturaja telah mengusulkan pengadaan meja dan kursi kepada Dinas Pendidikan OKU, namun hingga kini usulan itu tidak ada kejelasan, belum ada tanggapan. Sejak tahun 2016 sekolah ini tidak memiliki apa-apa, baru sekarang ada pengecatan gedung, pemasangan gorden dan pembelian kursi baru untuk guru mengajar di dalam kelas. SDN 68 OKU memiliki dua ruangan kelas yang tidak memiliki meja dan kursi. Kalau mengandalkan dana BOS untuk belanja pengadaan sarana tersebut, maka tak akan mampu mencukupi sebab dana yang diterima sangat minim.

Kepala Dinas Pendidikan OKU, Achmad Tarmizi melalui Kepala Seksi Penilaian Kurikulum, Hendri Wijaya mengaku, memang benar pada 2016 ada usulan proposal mengenai kursi dan meja dari pihak sekolah. Namun usulan tersebut tidak terealisasi disebabkan APBD wilayah setempat mengalami defisit anggaran. Tahun 2018 usulan meja dan kursi, mudah-mudahan dapat terealisasi. Selain itu pihak operator sekolah harus rajin mengunggah data dapodik karena bisa langsung ke pusat, sehingga dari Kementerian Pendidikan akan tau tentang kondisi sekolah yang nantinya bisa dianggarkan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).

Pihak SMPN 32 Jakarta mengklaim sudah diajukan sejak sepuluh tahun yang lalu kepada pemerintah untuk merenovasi gedung serbaguna yang roboh pada Kamis, 21 Desember 2017. Namun, pemerintah lamban merespon permintaan itu. Permintaan renovasi sudah. Gedung Serba Guna SMPN 32 itu merupakan milik Dinas Pendidikan DKI Jakarta, namun karena status bangunan itu sebagai cagar budaya membuat renovasi hanya bisa dilakukan dengan persetujuan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Saat ini, pembahasan antara kedua instansi itu masih berlangsung. Rencananya tahun depan akan direnovasi.

Arkeolog senior Tim Ahli Cagar Budaya Pemerintah DKI Jakarta, Chandrian Attahiyat, (Kamis, 21 Desember 2017) mengatakan bangunan berwarna kuning, yang dibangun pada abad ke 19 itu diperkirakan berusia ratusan tahun. Bangunan tersebut baru diusulkan sebagai cagar budaya. Pada 1960, bangunan tersebut disulap menjadi sebuah sekolah Cina. Lalu dalam prosesnya bangunan tersebut menjadi SMPN 32.
Wali Kota Jakarta Barat Anas Effendi yang berkunjung ke lokasi kejadian mengatakan, gedung yang roboh itu dibangun pada 1816. Sedangkan bangunan sekolah di sekitarnya dibangun 1920. Yang roboh itu termasuk cagar budaya.

Seorang guru SDN Kedoyo 4 Tulungagung menngatakan, sempat dipasang bambu untuk menyangga bagian atap, namun karena kondisinya yang semakin membahayakan para siswa, sekolah memutuskan membongkar total bagian atap. Ruang kelas rusak itu ruang kelas yang dibuat jaman Inpres, sekitar tahun 1980-an. Material setengah papan setengah tembok. Sejak pertama dibangun belum pernah direhab. Ruangan itu pun tak berfungsi lagi untuk pendidikan anak–anak. Para guru sudah berkomunikasi dengan warga sekitar sekolah untuk mencari solusi sementara. Untuk mengantisipasi keselamatan siswa, siswa bisa belajar di rumah warga atau di masjid agar proses belajar mengajar tak terganggu. Kalau dua kelas belajar bersama di satu ruangan dengan sekat papan ya pasti terganggu. Dua ruang, masing-masing digunakan untuk dua kelas. Kelas 1, bergantian menggunakan ruang pagi dan siang hari. Sebenarnya pihak sekolah tiap tahun mengajukan bantuan untuk perbaikan, tapi, tahun kemarin dijanjikan tahun ini. Tahun ini dijanjikan lagi tapi kapan belum tahu, padahal kepala dinas pendidikan sudah datang dan melihat langsung kondisi kelas yang memprihatinkan itu.

"Bu, sekolah saya rusak minta diperbaiki," kata beberapa siswa kelas 3 dan 4 SDN 5, Sembungrejo serempak ketika diminta mengungkapkan keinginan apa yang harus dilakukan bupati Grobogan terhadap sekolah mereka. Ruang yang menyatu dengan ruang kepala sekolah merupakan bangunan yang baru dibuat dengan dana alokasi khusus (DAK) anggaran tahun 2012.

Sementara itu, DPR memutuskan melanjutkan pembangunan gedung baru dengan anggaran Rp1,1,38 triliun. Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Gedung Baru DPR (Kompas.com, Selasa, 12/4/2011) melansir, angka pembangunan gedung baru wakil rakyat itu setara dengan biaya pembangunan 32.000 gedung sekolah di seluruh Indonesia. Pilih yang mana? Aktivis koalisi, Emerson Yuntho menilai, Dewan sebagai lembaga perwakilan rakyat tidak sensitif terhadap keadaan masyarakat, DPR lebih mengutamakan kepentingannya sendiri daripada memprioritaskan kepentingan public yaitu pembangunan sektor pendidikan, kesehatan, ataupun pertanian. Data Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2008 menunjukkan jumlah gedung sekolah dasar hingga menengah atas di Indonesia yang mengalami kerusakan mencapai 170.000 sekolah. Sebaliknya, anggota Fraksi Partai Demokrat, (Sabtu, 9/4/2011) meminta masyarakat tidak menganalogikan gedung baru DPR dengan gedung-gedung sekolah yang tak layak pakai. Masing-masing sudah memiliki anggaran sendiri, 20 persen APBN.

SUMBER : * http://id.beritasatu.comwww.dakta.comhttps://news.detik.comhttps://nasional.kompas.comwww.pikiran-rakyat.comhttp://pacitankab.go.idwww.liputan6.comhttps://video.tempo.co

Baca Artikel Terkait :

No comments:
Write comments

Terim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan

KABAR TEMAN

ARSIP

*** TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG *** SEMOGA BERMANFAAT *** SILAHKAN DATANG KEMBALI ***
Komunitas Pendidikan Indonesia. Theme images by MichaelJay. Powered by Blogger.
Hai, Kami Juga Hadir di Twitter, like it - @iKOMPI25
Kirim Surat