GUBERNUR
DKI Jakarta, Anies Baswedan, (Jumat, 8/6/2018), secara mendadak mencopot 3
pejabat eselon 2 di Pemprov DKI, yaitu Kepala Dinas
Pendidikan (KADISDIK) Sopan Adrianto, Kepala Dinas perumahan-pemukiman Agustino Darmawan,
dan Kepala Badan Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa (BPPBJ) Indrastuty Rosari
Okita. Berdasarkan informasi, pencopotan dilakukan secara mendadak. Untuk
mengganti pejabat yang dicopot, Plt KADISDIK DKI ditunjuk Bowo Irianto,
sebelumnya menjabat Wakadisdik DKI. Plt Kepala BPPBJ DKI ditunjuk Blessmiyanda,
sebelumnya menjabat Asisten Deputi Lingkungan Hidup.
Anggota
Presidium Relawan Anies-Sandi, Tom Pasaribu, mengatakan itulah langkah yang
benar. Harusnya dari kemarin itu Anies sudah mencopoti pejabat yang sudah tak
layak lagi. Pencopotan 3 pejabat terlalu sedikit. BPPBJ DKI cenderung tak
terkendali dibawah kepemimpinan Indrastuty Rosari Okita. Bahkan terjadi
beberapa keputusan aneh dalam lelang proyek. Seperti kasus gagalnya lelang
mebel sekolah. DISDIK DKI mengeluarkan surat penolakan terhadap PT Murni
Konstruksi Indonesia (PT MKI) apabila diusulkan BPPBJ DKI jadi pemenang di
lelang Rehab total sekolah 2018.
Dari
berita Warta Kota sebelumnya, masalah antara DISDIK dan BPPBJ di lelang mebel
bermula ketika Pokja Tertentu BPPBJ DKI yang diketuai Firman menggagalkan
lelang mebel sekolah dengan cara yang amat janggal. Pokja tertentu BPPBJ
menggagalkan lelang dengan cara menggugurkan perusahaan yang sebenarnya layak
menang dengan cara yang disebut banyak pihak penuh kejanggalan. Usai gagal
lelang, berdasarkan berita Warta Kota sebelumnya, Sandiaga Uno sebenarnya sudah
memerintahkan KADISDIK, Sopan Adrianto untuk mengambil keputusan apakah harus
lelang ulang atau cukup evaluasi ulang. Tapi Sopan tak juga mengambil keputusan
sampai akhirnya Sekda DKI Saefullah yang mengambil keputusan. Saat ini akhirnya
dilakukan lelang ulang dan membuat banyak sekolah di Jakarta bakal masih
memakai mebel butut di tahun ajaran baru. Disdik DKI dan BPPBJ DKI diketahui
cenderung berseteru di 2 lelang besar, yakni lelang mebel sekolah dengan nilai
total kontrak Rp. 87 milliar, dan lelang Rehab total sekolah senilai RP 1,8
Triliun. KADISDIK DKI, Sopan Adrianto, lebih memilih melakukan lelang ulang
ketimbang evaluasi ulang.
PT.
MKI memang tengah ikut lelang proyek rehab total sekolah
2018 dan tinggal menunggu penetapan pemenang pada 25 Mei 2018. Tapi PT MKI juga merupakan pelaksana proyek rehab berat di 119 sekolah
pada 2017. Hasil pekerjaannya kemudian disebut berciri 'abal-abal' diketahui
usai pembayaran sehingga tak mungkin diberi blacklist. Bahkan tim inspektorat
kini sudah turun memeriksa 119 lokasi sekolah rehab berat PT Murni Konstruksi dan
fakta ciri 'abal-abal' pun ditemukan lewat dugaan anggaran fiktif dan pekerjaan
tak sesuai anggaran dalam kontrak. Kesimpulan PT MKI berkinerja tidak baik dan
ditolak, disimpulkan dari keterangan para pejabat pembuat komitmen (PPK) proyek
Rehab berat 2017 dalam rapat pimpinan dan surat penyelidikan terhadap kasus itu
dari Polda Metro Jaya. Makanya DISDIK DKI mengeluarkan surat bernomor
7722/-076.7 dengan hal DISDIK DKI Jakarta menolak penyedia PT MKI'. Surat yang ditandatangani KADISDIK DKI, Sopan Adrianto tersebut
untuk mencegah perusahaan tersebut memenangkan lelang rehab total sekolah 2018
yang tengah proses penetapan pemenang.,
Kepala
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah (LKPP), Agus Prabowo, memilih
tak mau berkomentar dan hanya akan memfasilitasi ketika BPPBJ DKI dan DISDIK
DKI mau berkonsultasi dengan LKPP. Wakil KADISDIK DKI Jakarta, Bowo Irianto, (23/5/2018)
juga menolak berkomentar terkait kisruh ini.
Koordinator
Komite Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia (KP3I), Tom Pasaribu,
ketika dihubungi Warta Kota, Rabu (23/5/2018) mengatakan, terjadi benturan, pertikaian
antara 2 SKPD dibawah kepempinan Pemprov era Anies. BPPBJ DKI sudah seharusnya
mengikuti penolakan dari DISDIK DKI terhadap PT Murni Konstruksi Indonesia (PT.
MKI). BPPBJ DKI khawatir apabila PT MKI menjadi penawar terendah dan tak
diusulkan jadi pemenang karena menawar paling rendah, maka BPPBJ DKI bisa
digugat secara hukum. Surat itu sebenarnya kebaikan DISDIK DKI agar masalah
serupa tak terulang. Ketika pembayaran, dibilang hasil pekerjaannya sudah 100
persen. Tapi setelah inspektorat turun mulai kelihatan ada anggaran fiktif dan
dugaan-dugaan lainnya. Itu berarti tidak 100 persen pekerjaannya. Lalu, apa
masih harus dimenangkan ketika PT MKI kembali menjadi penawar terendah? Di
proyek Rehab berat sekolah 2017 PT MKI memang jadi penawar paling rendah. Tapi
lihat hasilnya, banyak ciri abal-abal. Ada dugaan ini-itu. Apa masih mau
dipilih ini?.
Proyek
dimana PT MKI dianggap berkinerja buruk adalah proyek Rehab berat 119 sekolah
tahun anggaran 2017. Hasil pekerjaan PT MKI dinilai tak baik karena banyak tak
sesuai dengan kontrak, dan sederet permasalahan lainnya. Setelah kisruh itu,
BPPBJ DKI beberapa kali memundurkan jadwal penetapan pemenang lelang. Dari
seharusnya penetapan pemenang dijadwalkan pada 25 Mei 2018, lalu dimundur ke 7
Juni 2018, dan mundur lagi ke 8 Juni 2018 atau semakin dekat hari libur. Bahkan
ketika 2 Kadisdik dicopot, proses lelang sebenarnya sedang berjalan menuju
penetapan pemenang. Penetapan pemenang diundur sampai 22 Juni 2018.
Sebelumnya,
Disdik DKI selama sepekan membiarkan kasus ini menggantung tanpa keputusan,
sampai akhirnya Sandiaga Uno menyerahkan segalanya ke Sekda DKI, lalu lagi-lagi
keluar keputusan yang mengkhianati keinginannya. Seperti dilansir kompas.com,
Sandiaga Uno mengaku sudah mengingatkan berkali-kali agar masalah ini cepat
diatasi. Pasalnya, siswa sekolah yang jadi korban. Peserta didik itu tidak
memiliki mebel-mebel, proses pembelajaran dan juga kegiatan yang ada di
sekolah. Masalah tender karena pernah jadi pengusaha, meminta agar sebisa
mungkin tak perlu ada lelang ulang. Sebaiknya syarat tender diperbaiki dan
segera dapat perusahaan pemenang pengadaan mebel.
Akibat
gagal lelang mebel sekolah, 118 sekolah di Jakarta terpaksa memakai mebel bekas
dari gudang untuk ujian nasional berbasis komputer (UNBK) 2018. Ke-118 sekolah
itu sudah direhab total dan berat pada 2016 lalu, dan seharusnya sudah memakai
mebel baru saat UNBK 2018. Gagal lelang mebel Rp 87 milliar ini jadi kisruh
usai BPPBJ DKI menggagalkan lelang yang semestinya bisa ditentukan pemenangnya.
Bertambah kisruh lantaran BPPBJ DKI justru menekankan agar dilakukan lelang
ulang. Pokja Tertentu BPPBJ DKI menggagalkan lelang dengan cara memakai aturan
berbeda dalam menentukan kualifikasi perusahaam kecil dan non kecil, serta
membuat ketentuan yang mengada-ada terkait syarat berkas acara serah teriman
(BAST). Dengan cara itu, satu-satunya perusahaan yang layak menang, yakni PT
Araputra Fortuna Perkasa, gagal memenangi lelang itu.
Sekretaris
Dewan Pendidikan DKI Jakarta, Syahrul Hasan, ketika dihubungi Warta Kota,
mengatakan sebaiknya gagal lelang mebel cukup dievaluasi ulang. Lalu beralih ke
e-katalog lokal di lembaga kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah (LKPP).
Sejak awal lebih sepakat apabila pengadaan mebel sekolah senilai Rp. 87 milliar
cukup lewat e-katalog lokal. Tahun-tahun sebelumnya pengadaan lelang mebel
selalu pakai e-katalog. Tapi kenapa begitu angkanya besar justru pilih lewat
lelang di BPPBJ DKI?. Apabila hasil evaluasi menunjukkan bisa ditentukan
pemenang, maka tinggal ditunjuk pemenangnya, yakni PT Araputra. Penunjukkan
pemenang usai lelang ulang bisa dilakukan dengan alasan kebutuhan mendesak
menjelang tahun ajaran baru 2018/2019. Karena 118 sekolah negeri di Jakarta
harus diisi mebel baru usai direnovasi dan ada penambahan kelas.
Koordinator
Investigasi Indonesian Corruption Watch, Febri Hendri, mengatakan seharusnya
memang tak perlu ada lelang ulang dalam kasus ini. Alasan Pokja BPPBJ
menggagalkan lelang amat janggal. Lelang mebel sekolah senilai Rp 87 milliar
yang digagalkan Pokja tertentu BPPPBJ DKI itu seharusnya bisa ada pemenangnya
kalau BPPBJ tak membuat alasan aneh.
Kepala
LKPP, Agus Prabowo, mengaku sudah aneh sejak pengadaan mebel sekolah di Jakarta
menggunakan sistem lelang di BPPBJ DKI. Mengapa tidak di e-katalogkan. Bukankah
kebutuhan mebel sekolah itu sifatnya bisa berulang dan dibutuhkan terus oleh
banyak sekolah? Kalau tender sifatnya hanya sekali kebutuhan saja. E-katalog
memang agak repot di awalnya, tapi sekali selesai ke depannya akan memudahkan,
mempercepat, dan terjaga akuntabilitasnya. Menjadi lebih repot, sebab e-katalog
membutuhkan ketelitian lebih tinggi ketimbang tender.
SUMBER
:
www.gresnews.com
http://wartakota.tribunnews.com
No comments:
Write commentsTerim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan