KOMPI+25

Komunitas Pendidikan Indonesia

Jaringan Komunikasi KOMUNITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Saturday, 9 June 2018

Deklarasi ISIS Awal Masuknya Paham Radikalisme Ke Kampus-Kampus

Posted by   on Pinterest


Teroris Tertangkap Di Kampus

Pada Sabtu, 2 Juni 2018, Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap tiga terduga teroris di di gelanggang kampus Universitas Riau (UNRI). Mereka merupakan alumni perguruan tersebut. Densus 88 menemukan bom rakitan yang siap diledakan. Selain itu ada beberapa serbuk yang diambil dari laboratorium untuk meracik bom tersebut. Dari pemeriksaan polisi, ketiga terduga teroris itu memilih lingkungan kampus karena dinilai aman.

Pengamat terorisme Al Chaidar kepada Tempo melalui sambungan telepon, Senin, 4 Juni 2018, mengatakan paham radikalisme dan terorisme sudah cukup lama masuk ke lingkungan kampus. Hal itu semakin intensif sejak deklarasi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada tahun 2013. Mereka mendeklarasikannya di mana-mana di kampus-kampus. Mahasiswa yang terlibat dalam paham radikal dan terorisme selama ini tak terlalu banyak. Dari data base penelitian, baru ada delapan orang mahasiswa yang terlibat dan terbukti secara langsung. Itu pun dari tahun 2000 sampai 2018, dalam 18 tahun ini. Kebanyakan yang terlibat dalam terorisme ini merupakan alumni universitas bukan lagi mahasiswa. Meskipun, ada pula mahasiswa yang berstatus aktif dan tidak aktif. Itu juga tidak ada dari kampus terkenal, yang bagus-bagus tak ada.

Sebagaimana dikutip dari kompas.com, pada 15 Juni 2014 di acara Car Free Day, Solo digegerkan oleh kehadiran sekelompok orang dengan atribut bendera hitam ala ISIS dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), yang mengganggu jalannya pentas musik yang diadakan oleh Slankers, bertindak anarkis terhadap pengunjung, dan meresahkan warga sekitar. Mereka membubarkan, memukul, dan meludahi salah seorang warga, kemudian melakukan aksi baris berbaris di area parkir Benteng Vastenberg. Sebelumnya, pada 16 Maret 2014, liputanislam.com melaporkan Bundaran HI tampak ‘diramaikan’ oleh acara bertajuk “Tabligh Akbar:Menyongsong Kehadiran Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah;  Support & Solidarity for ISIS (Islamic State of Iraq and Syria).” ISIS adalah salah satu dari sekian banyak kelompok militan yang menyerbu dan mengobrak-abrik Suriah dengan alasan jihad dan ingin menggulingkan rezim Assad karena ingin mendirikan khilafah di Suriah dan Irak.

Al Chaidar menilai pemerintah kurang ketat melakukan pengawasan di lingkungan kampus. Hal itu karena kampus telah memiliki autoimmune terhadap terorisme. Seperti penolakan dari beberapa mahasiswa di berbagai kampus. Daya kritis itu sebagai autoimmune.

Sebelumnya, BNPT membeberkan Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (Undip), hingga Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Brawijaya (UB) sudah disusupi paham radikal.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir di Jakarta, Senin (4/6/2018) menyatakan bentuk pengawasan dengan BNPT antara lain pendataan nomor ponsel maupun media sosial dosen dan mahasiswa. Tak ada istilah kampus steril dari pengawasan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Kampus bukan dalam hal ini mimbar akademik, di mana orang lain tidak bisa masuk. Tidak. Kalau itu menggangu keamanan apapun itu dan di mana pun itu tempat harus dilakukan.

Sejak 2015 KEMENRISTEKDIKTI telah bekerja sama dengan BNPT untuk mengawasi kegiatan di kampus demi mencegah radikalisme. Kerja sama itu akan diintensifkan kembali, supaya apa yang terjadi di Riau itu tidak terjadi lagi. Tidak hanya di situ saja, nanti itu muncul di mana-mana, mereka masuk di kampus mungkin di mana saja akan terjadi, tidak hanya di kampus. Tak tertutup kemungkinan kegiatan terduga teroris masih dilakukan di dalam kampus sebagaimana kasus di Univeritas Riau. Makanya kita harus preventif betul. Akan muncul lagi, mungkin akan terjadi.

Menurut Nasir, radikalisme di kampus telah tumbuh sejak 1983, khususnya ketika pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto membentuk kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK). Kebijakan itu ditujukan untuk melarang segala aktivitas politik di kampus oleh sejumlah lembaga mahasiswa yang aktif mengkritik pemerintah. Alhasil, kemunculan NKK/BKK itu memicu tumbuhnya gerakan-gerakan radikal di kalangan mahasiswa. Bukan kecolongan. Saya sudah berkali-kali cerita, kasus ini adalah kejadian sejak tahun 1983 setelah ada NKK/BKK. Kemudian, kampus ada kekosongan kegiatan terus diisi mereka (radikal), dan ini berjalan sampai sekarang.

Lebih lanjut, Nasir Mantan rektor Universitas Diponegoro itu pun menyebut NKK/BKK tidak akan dihidupkan kembali karena khawatir kampus akan menjadi lahan politik. Radikalisme tidak hanya tersebar di perguruan tinggi. Sejumlah guru SMP dan SMA juga ada yang menyebarkan paham anti Pancasila itu ke anak didiknya. Oleh sebab itu, dicanangkan Pendidikan Bela Negara dan program Wawasan Kebangsaan terlebih sejak organisasi kemasyarakatan (ormas) Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang bersemangat mewujudkan negeri Khilafah dilarang berdiri di Indonesia.

Pada Rabu (30/5/2018) MENRISTEKDIKTI Nasir di rumah dinasnya, Jakarta, menilai bahwa mahasiswa eksakta lebih mudah menerima paham radikal soal menuntut perubahan sosial dan politik dengan cara ekstrem. Kecenderungan tersebut sudah terjadi sejak dirinya masih duduk di bangku kuliah era tahun 1980-an. Anak eksakta itu adalah cara berpikirnya logic dan pragmatis, sehingga dia hanya melihat black and white. Kalau memahami agama adalah black and white, ya kayak gitu. Jadi yang diandalkan adalah logikanya. Namun hal tersebut tidak terjadi pada mahasiswa jurusan sosial humaniora. Kalau orang sosial kan pertimbangannya masalah perilaku manusia, orang tidak mudah terpengaruh hal itu. Memahami agama secara kontekstual. Ke depannya mahasiswa rumpun sains dan rumpun sosial bisa berbaur dalam kegiatan ataupun kelas terkait kewarganegaraan (KN). Sehingga, antarmereka bisa berdiskusi dan bertukar pikiran. Perkuliahan nanti kita ingin coba lebur pada mata kuliah KN antara sosial dan eksakta bisa jadi satu. Saya lagi rancang. Artinya, kalau ambil mata kuliah Pancasila, itu (mahasiswa) dari IPA dan IPS bisa bersama. Jadi membaur.

Nasir merasa tidak hanya tujuh PTN itu yang terpapar radikalisme karena potensi penyebarannya lebih besar. Namun, belum bisa memetakan kampus mana saja yang sudah tersusupi radikalisme. KEMENRISTEK akan terus berupaya memberantas radikalisme melalui para rektor kampus. Salah satunya adalah menonaktifkan Guru Besar dari Fakultas Hukum Undip Profesor Suteki yang diduga mendukung semangat khilafah milik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Harus ditindak sesuai hukum yang ada.

Salah seorang teroris berinisial MZ yang ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror di gelanggang mahasiswa Universitas Riau (Unri) pada Sabtu, 2 Juni 2018, sempat membuat grup WhatsApp berjudul 'Belajar Agama dengan Membaca'. Sumber Tempo mengatakan grup itu dibuat Sabtu sekitar pukul 02.00. Ada banyak orang tergabung dalam grup itu. Tempo sempat memantau grup WhatsApp yang sempat memosting artikel keagamaan lengkap dengan tulisan berbahasa Arab. Namun tidak ada yang mengomentari postingan tersebut. MZ merupakan alumni jurusan Pariwisata Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unri. Selama kuliah, ia aktif berorganisasi organisasi pecinta alam. MZ dikenal sebagai sosok yang suka bergaul dan bercanda. Namun perubahan sikap terjadi sejak setahun belakangan. MZ kerap kali memperdebatkan hukum di Indonesia yang dibuat oleh manusia. MZ disebut berperan merakit bom. Melalui media sosial Instagram, MZ juga diduga menyebarkan ajakan melakukan amaliah dengan bom bunuh diri. Selain MZ, terduga teroris di kampus Unri berinisial BM, alumnus jurusan Administrasi Publik angkatan 2005; dan ED, alumnus jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2005.

Rektor Unri Aras Mulyadi mengutuk keras adanya rencana aksi teror yang dilakukan tiga alumnus tersebut. Aras mengaku selama ini tidak ada hal mencurigakan di dalam kampus, apalagi adanya kegiatan yang mengarah pada tindakan teroris.

Pada Rabu (6/6/2018) seperti dilansir dari Antara, Wakil Rektor Bidang Akademi dan Kemahasiswaan ITB, Bermawi P Iskandar, di Bandung mengatakan Organisasi kemahasiswaan membubarkan HATI (Harmoni Amal dan Titian Ilmu). Organisasi HATI telah lama dicurigai karena sering mengundang tokoh-tokoh HTI untuk menjadi pemateri diskusi. Sebelum dibekukan, rektorat ITB sudah diberikan peringatan berupa teguran agar organisasi tersebut tidak menyelenggarakan kegiatan yang bertentangan dengan aturan kampus dan nilai-nilai Pancasila. Namun pengurus HATI dinilai tidak menaatinya. Sudah dua kali mereka mengadakan diskusi itu. Dari hasil diskusi mereka posting di medsos dan memang ada kaitannya dengan aspirasi dari HTI. HATI sudah eksis sejak lima tahun lalu. Tercatat, sebanyak 59 orang yang menjadi anggota HATI. Saat ini pihak ITB, terus menelusuri secara detail jejak rekam HATI. Keberadaan HATI ini menurutnya jadi pelajaran berharga buat ITB. Karena kegiatan diskusinya tidak konstruktif," kata dia. Saat pertama kali masuk di ITB, para mahasiswa telah berjanji bahwa mereka akan mematuhi segala aturan yang berlaku di ITB termasuk berorganisasi dengan berlandaskan Pancasila.

Dosen Yang Anti Pancasila

Pada Jumat, 8 Juni 2018, juru bicara UGM, Iva Aryani, mengatakan Pimpinan universitas, Senat Akademik, dan Dewan Guru Besar mengadakan pertemuan dengan dua dosen, yang diduga menolak Pancasila sebagai ideologi negara pada Jumat, 8 Juni 208, di Gedung Pusat UGM. Mereka direkomendasikan dinonaktifkan dari jabatan struktural. Pertemuan itu menghasilkan empat poin, antara lain pimpinan universitas telah berdialog dan mendengarkan penjelasan kedua dosen itu berkaitan dengan pandangan mereka terhadap Pancasila. Hasil dialog segera diserahkan kepada Dewan Kehormatan Universitas (DKU) untuk diproses lebih lanjut. Selain itu, demi kelancaran proses di DKU, kedua dosen UGM itu akan segera dinonaktifkan sementara dari jabatan struktural yang mereka emban saat ini.

Kasus dosen yang dinonaktifkan karena dianggap tak mendukung Pancasila juga terjadi di Universitas Diponegoro. Profesor Suteki dicopot dari jabatannya sebagai Kepala Program Studi Magister Ilmu Hukum Pascasarjana. Suteki, yang pernah menjadi saksi ahli untuk Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), dianggap tak mendukung Pancasila karena unggahannya di akun media sosial.
Kamis 31 Mei 2018, Rektor Undip Profesor Yos Johan Utama kepada wartawan mengaku sudah menandatangani surat pemberhentian sementara jabatan Suteki sebagai Kaprodi MIH. Pada 6 Juni mendatang, akan dilakukan pemeriksaan DKKE. Lantaran peraturan tersebut berlaku untuk semua dosen di Undip yang diduga melakukan pelanggaran etik. Ini berlaku untuk siapa pun yang terduga, yang sedang memegang jabatan, dibebastugaskan sesuai PP 53/2010.

 Deklarasi Mahasiswa Melawan Radikalisme 

Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Indonesia mendeklarasikan diri untuk bersatu melawan terorisme dan radikalisme menjelang Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni 2018. Deklarasi ini dilakukan di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat.

Ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Sahat Martin Philip Sinurat melalui keterangan tertulis, Kamis, 31 Mei 2018 mengatakan bersepakat bahwa Pancasila harus kembali dilahirkan. Kami berkomitmen menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dengan cara kami, dengan, misalnya, tidak mengeluarkan paham-paham kebencian, pesan-pesan radikalisme dan terorisme. Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Indonesia membacakan naskah deklarasi yang menyepakati lima sikap. Di antaranya mengecam keras aksi teror, ujaran kebencian, tindakan intoleransi, dan penyebaran radikalisme. Mereka juga bersepakat untuk bersatu melawan ujaran kebencian, tindakan intoleransi, serta penyebaran radikalisme dan terorisme. Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Indonesia akan terlibat aktif dalam mewujudkan Indonesia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Caranya melalui pemilihan umum yang bersih dan damai untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Selain itu, Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Indonesia memastikan anggotanya dari 17 organisasi pemuda dan mahasiswa nasional tidak terlibat dalam penyebaran paham-paham negatif tersebut. Mereka berharap para pemimpin, pejabat publik, tokoh agama, pemimpin partai, dan tokoh masyarakat juga setia menjunjung tinggi Pancasila serta mendorong terciptanya suasana yang sejuk dan damai.

Ketua Umum Generasi Muda Mathla'ul Anwar Ahmad Nawawi menegaskan, deklarasi yang dilakukan 17 organisasi nasional tersebut merupakan upaya untuk meneguhkan kebinekaan di negara Pancasila. Semua bersepakat, prihatin, bagaimana radikalisme makin menguat, bagaimana kami mengurai benang kusut ini. Indonesia jangan dikotomikan dengan sesuatu yang mengancam keutuhan.

Sekretaris Jenderal Generasi Muda Mathla'ul Anwar Arif Amarudin menuturkan deklarasi menjadi wujud nyata keprihatinan mahasiswa dan pemuda atas kondisi yang saat ini terjadi di Tanah Air. Kembali diingatkan betapa pentingnya Pancasila yang telah digagas oleh para pendahulu bangsa kita sebagai benteng untuk melawan penyebaran paham radikalisme dan terorisme.

Aliansi tersebut terdiri atas 17 organisasi. Organisasi itu antara lain Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), Pemuda Muslimin, Generasi Muda Mathla'ul Anwar (Gema MA), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), dan Himpunan Mahasiswa Al-Wasliyah (Himmah). Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (Hima Persis), Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia (IPTI), SEMMI, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (Hikmahbudhi). Aliansi itu berkumpul untuk menyambut Hari Lahir Pancasila.

Mari teguh dan tegak bersama menjunjung tinggi Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

SUMBER :
 http://liputanislam.com


No comments:
Write comments

Terim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan

KABAR TEMAN

ARSIP

*** TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG *** SEMOGA BERMANFAAT *** SILAHKAN DATANG KEMBALI ***
Komunitas Pendidikan Indonesia. Theme images by MichaelJay. Powered by Blogger.
Hai, Kami Juga Hadir di Twitter, like it - @iKOMPI25
Kirim Surat