KOMPI+25

Komunitas Pendidikan Indonesia

Jaringan Komunikasi KOMUNITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Wednesday, 8 August 2018

Tangkal Radikalisme Di Sekolah, Ceramah Alumni Harus Disaring

Posted by   on Pinterest


Aksi teroris yang marak dalam beberapa pekan terakhir membuktikan mulai berkembangnya radikalisme di Tanah Air. Anggota Komisi IV DPRD Kota Batam, Aman, (Batamnews.co.id, Rabu, 16 Mei 2018) bahkan kaget paham radikal ini sudah menyusupi dunia pendidikan, salah satunya di Batam. Ia mengatakan ada beberapa sekolah yang mengajarkan paham radikal. Pernah ditemukan bahwa anak-anak sekolah SMP ternyata menjadi kader oleh organisasi terlarang. Hal ini juga sudah dilaporkan ke Dinas Pendidikan. Sekolah-sekolah yang sudah disusupi radikalisme, berada di kawasan Bengkong dan Nongsa, baik itu sekolah negeri ataupun swasta. Warga sekitar sekolah menyebutkan ada hal yang tidak wajar. Pelaksanaan upacara misalnya, siswa tidak memberi hormat pada bendera merah putih. Selain itu, juga tidak diperbolehkan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Hal ini harus menjadi perhatian yang serius kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Batam. Agar bibit-bibit radikalisme itu tidak menyusup lebih jauh ke dunia pendidikan.

Menurutnya, anak-anak dengan pondasi agama dan mental yang belum kuat akan mudah tersusupi. Harusnya anak-anak ini juga dikuatkan ilmu-ilmunya terkait nilai-nilai kebangsaan. Pemkot Batam, masih lemah dalam mengawasi penyebaran radikalisme di sekolah. Seharusnya Pemkot Batam lebih proaktif mengawasi sistem pendidikan, bahkan paham ini sudah masuk ke sekolah dan dibiarkan saja. Jangan sampai ada menyusup kegiatan dengan menggunakan simbol-simbol organisasi yang dilarang oleh Indonesia, maka akan bahaya.

Plt Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam, Hendri Arulan, (Batamnews.co.id, Senin, 21 Mei 2018) mengatakan beredar informasi radikalisme masuk di beberapa sekolah dengan tidak mewajibkan siswa hormat bendera merah putih dan menyanyikan lagu "Indonesia Raya. Setelah informasi itu beredar langsung dikroscek ke lapangan, ke semua sekolah baik swasta maupun negeri. Saat turun ke lapangan, ternyata anggotanya tidak menemukan kebenaran informasi radikalisme tersebut.

Pengecekan ke lapangan dilakukan langsung melalui perkumpulan kepala sekolah yang berada di masing-masing kecamatan. Belum ada bukti ditemukan, informasinya di Bengkong dan Nongsa tidak ada. Meskipun tidak ditemukan tanda kebenaran informasi radikalisme tersebut, akan tetap dikirim surat edaran ke semua sekolah terkait persoalan itu. Jika memang ada, silakan laporkan langsung.

Informasi yang beredar itu terkait paham radikal yang berasal dari pernyataan mengejutkan anggota Komisi IV DPRD Batam, Aman. Aman menemukan adanya sekolah di Batam yang beraliran radikal, yakni tidak hormat bendera dan menyanyikan lagu "Indonesia Raya". "Semua sekolah, tentang upacara sudah tahulah seperti apa. Aturannya upacara juga sudah kita berikan," kata Hendri.

Kapolresta Barelang Kombes Pol Hengki mengatakan, beberapa anggota satuan intelkam Polres Barelang telah mendatangi dan melakukan penyelidikan terhadap isu tersebut. Anggota satuan intelkam Polres Barelang sudah mendatangi ke lokasi atas isu yang disampaikan Aman anggota DPRD Batam tersebut. Belum temukan indikasi tersebut.

Seorang warga di Bengkong juga menyebutkan juga melihat sendiri bahkan sempat berdebat mengenai prosesi upacara bendera yang tidak hormat terhadap bendera merah putih tersebut. Saya sempat debat dengan pihak sekolah. Hal itu ia ketahui sekitar tahun lalu sekitar November 2017.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti pada konferensi pers kejahatan terorisme di Kantor KPAI, Jakarta (Rabu, 16/5/2018) mengatakan jaringan alumni di sekolah dapat menjadi pintu masuk paham radikalisme. Anak-anak yang disusupi paham radikalisme perlahan-lahan akan terlibat dalam jaringan terorisme. Secara umum, ada beberapa indikasi kasus, pelibatan anak masuk jaringan terorisme dan paham radikalisme itu dari para alumninya. Ini terlihat saat anak mulai bicara atau bertindak radikal setelah masuk jaringan alumni. Setelah para alumni lulus dari sekolah, mereka bisa membentuk kegiatan atau ekstrakurikuler tertentu. Dalam hal masuknya jaringan terorisme, kegiatan yang dilakukan lebih mengarah pada kegiatan kerohanian. Mereka dan juniornya tergabung dalam kegiatan kerohanian. Biasanya kegiatan ini berupa kelompok kecil yang beranggotakan lima orang. Proses masuknya paham radikalisme dan terorisme melalui kegiatan kerohanian di sekolah tidak secara langsung. Siswa yang bersangkutan biasanya dibantu terlebih dahulu, apa kesulitan yang dihadapi. Misalnya, ada anak yang nilainya kurang di mata pelajaran tertentu. Dia nanti dibantu sama kakak-kakak alumninya. Atau bisa juga siswa yang ternyata kurang kasih sayang di keluarganya, diberikan kasih saying. Ketika siswa sudah sangat nyaman dan dekat dengan alumni, paham radikalisme juga terorisme baru disampaikan.

Tanda-tanda siswa terpapar paham radikalisme terlihat saat ia tidak mau hormat bendera (Merah Putih)--ikut upacara bendera--dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Untuk mengantisipasi menyebarnya paham, salah satu cara adalah mendeteksi isi ceramah yang disampaikan. Contohnya di DKI Jakarta kan tiap hari Jumat suka ada ceramah. Sekolah bisa mendeteksi, sebelum ceramah disampaikan, apa isi ceramahnya. Apakah konten ceramah berisi unsur radikal atau tidak.

Sampai dimana pengawasan dan antisipasi pihak terkait khususnya bidang Pendidikan?
Mari kita dukung NKRI harga mati mulai dari usia dini hingga akhir hayat jangan sampai ada yang menghianati.

Salam NKRI.


SUMBER:

No comments:
Write comments

Terim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan

KABAR TEMAN

ARSIP

*** TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG *** SEMOGA BERMANFAAT *** SILAHKAN DATANG KEMBALI ***
Komunitas Pendidikan Indonesia. Theme images by MichaelJay. Powered by Blogger.
Hai, Kami Juga Hadir di Twitter, like it - @iKOMPI25
Kirim Surat