Aksi teroris
yang marak dalam beberapa pekan terakhir membuktikan mulai berkembangnya
radikalisme di Tanah Air. Anggota Komisi IV DPRD Kota Batam, Aman, (Batamnews.co.id,
Rabu, 16 Mei 2018) bahkan kaget paham radikal ini sudah menyusupi dunia
pendidikan, salah satunya di Batam. Ia mengatakan ada beberapa sekolah yang
mengajarkan paham radikal. Pernah ditemukan bahwa anak-anak sekolah SMP
ternyata menjadi kader oleh organisasi terlarang. Hal ini juga sudah dilaporkan
ke Dinas Pendidikan. Sekolah-sekolah yang sudah disusupi radikalisme, berada di
kawasan Bengkong dan Nongsa, baik itu sekolah negeri ataupun swasta. Warga
sekitar sekolah menyebutkan ada hal yang tidak wajar. Pelaksanaan upacara
misalnya, siswa tidak memberi hormat pada bendera merah putih. Selain itu, juga
tidak diperbolehkan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Hal ini harus menjadi
perhatian yang serius kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Batam. Agar bibit-bibit
radikalisme itu tidak menyusup lebih jauh ke dunia pendidikan.
Menurutnya,
anak-anak dengan pondasi agama dan mental yang belum kuat akan mudah tersusupi.
Harusnya anak-anak ini juga dikuatkan ilmu-ilmunya terkait nilai-nilai
kebangsaan. Pemkot Batam, masih lemah dalam mengawasi penyebaran radikalisme di
sekolah. Seharusnya Pemkot Batam lebih proaktif mengawasi sistem pendidikan,
bahkan paham ini sudah masuk ke sekolah dan dibiarkan saja. Jangan sampai ada
menyusup kegiatan dengan menggunakan simbol-simbol organisasi yang dilarang
oleh Indonesia, maka akan bahaya.
Plt Kepala
Dinas Pendidikan Kota Batam, Hendri Arulan, (Batamnews.co.id, Senin, 21 Mei
2018) mengatakan beredar informasi radikalisme masuk di beberapa sekolah dengan
tidak mewajibkan siswa hormat bendera merah putih dan menyanyikan lagu
"Indonesia Raya. Setelah informasi itu beredar langsung dikroscek ke
lapangan, ke semua sekolah baik swasta maupun negeri. Saat turun ke lapangan, ternyata
anggotanya tidak menemukan kebenaran informasi radikalisme tersebut.
Pengecekan
ke lapangan dilakukan langsung melalui perkumpulan kepala sekolah yang berada
di masing-masing kecamatan. Belum ada bukti ditemukan, informasinya di Bengkong
dan Nongsa tidak ada. Meskipun tidak ditemukan tanda kebenaran informasi
radikalisme tersebut, akan tetap dikirim surat edaran ke semua sekolah terkait
persoalan itu. Jika memang ada, silakan laporkan langsung.
Informasi
yang beredar itu terkait paham radikal yang berasal dari pernyataan mengejutkan
anggota Komisi IV DPRD Batam, Aman. Aman menemukan adanya sekolah di Batam yang
beraliran radikal, yakni tidak hormat bendera dan menyanyikan lagu
"Indonesia Raya". "Semua sekolah, tentang upacara sudah tahulah
seperti apa. Aturannya upacara juga sudah kita berikan," kata Hendri.
Kapolresta
Barelang Kombes Pol Hengki mengatakan, beberapa anggota satuan intelkam Polres
Barelang telah mendatangi dan melakukan penyelidikan terhadap isu tersebut. Anggota
satuan intelkam Polres Barelang sudah mendatangi ke lokasi atas isu yang
disampaikan Aman anggota DPRD Batam tersebut. Belum temukan indikasi tersebut.
Seorang
warga di Bengkong juga menyebutkan juga melihat sendiri bahkan sempat berdebat
mengenai prosesi upacara bendera yang tidak hormat terhadap bendera merah putih
tersebut. Saya sempat debat dengan pihak sekolah. Hal itu ia ketahui sekitar
tahun lalu sekitar November 2017.
Komisioner
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti pada konferensi pers
kejahatan terorisme di Kantor KPAI, Jakarta (Rabu, 16/5/2018) mengatakan jaringan
alumni di sekolah dapat menjadi pintu masuk paham radikalisme. Anak-anak yang
disusupi paham radikalisme perlahan-lahan akan terlibat dalam jaringan
terorisme. Secara umum, ada beberapa indikasi kasus, pelibatan anak masuk
jaringan terorisme dan paham radikalisme itu dari para alumninya. Ini terlihat
saat anak mulai bicara atau bertindak radikal setelah masuk jaringan alumni. Setelah
para alumni lulus dari sekolah, mereka bisa membentuk kegiatan atau ekstrakurikuler
tertentu. Dalam hal masuknya jaringan terorisme, kegiatan yang dilakukan lebih
mengarah pada kegiatan kerohanian. Mereka dan juniornya tergabung dalam
kegiatan kerohanian. Biasanya kegiatan ini berupa kelompok kecil yang
beranggotakan lima orang. Proses masuknya paham radikalisme dan terorisme
melalui kegiatan kerohanian di sekolah tidak secara langsung. Siswa yang
bersangkutan biasanya dibantu terlebih dahulu, apa kesulitan yang dihadapi. Misalnya,
ada anak yang nilainya kurang di mata pelajaran tertentu. Dia nanti dibantu
sama kakak-kakak alumninya. Atau bisa juga siswa yang ternyata kurang kasih
sayang di keluarganya, diberikan kasih saying. Ketika siswa sudah sangat nyaman
dan dekat dengan alumni, paham radikalisme juga terorisme baru disampaikan.
Tanda-tanda
siswa terpapar paham radikalisme terlihat saat ia tidak mau hormat bendera
(Merah Putih)--ikut upacara bendera--dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia
Raya. Untuk mengantisipasi menyebarnya paham, salah satu cara adalah mendeteksi
isi ceramah yang disampaikan. Contohnya di DKI Jakarta kan tiap hari Jumat suka
ada ceramah. Sekolah bisa mendeteksi, sebelum ceramah disampaikan, apa isi
ceramahnya. Apakah konten ceramah berisi unsur radikal atau tidak.
Sampai
dimana pengawasan dan antisipasi pihak terkait khususnya bidang Pendidikan?
Mari kita
dukung NKRI harga mati mulai dari usia dini hingga akhir hayat jangan sampai
ada yang menghianati.
Salam NKRI.
SUMBER:
No comments:
Write commentsTerim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan