Sabtu 28
Juli 2018 dini hari, langit akan dihiasi gerhana bulan total terlama di abad
ke-21. Gerhana bulan total terpanjang abad ini, menampilkan bulan darah untuk
sebagian besar Belahan Timur Bumi. Secara kebetulan, Mars juga paling terang,
menempatkan dua benda merah terang di langit kita. Gerhana bulan terjadi pada
siang hari bagi mereka di Belahan Barat Bumi, sehingga orang-orang di Amerika
Utara akan kehilangan moment itu.
Gerhana
bulan dapat terjadi hanya saat bulan purnama, dan yang satu ini sangat istimewa
karena juga merupakan bulan darah. Bulan akan berada dalam keselarasan sempurna
dengan matahari dan Bumi, dimana bulan berada di sisi berlawanan dari Bumi dan
matahari. Totalitas gerhana bulan ini akan berlangsung sekitar satu jam dan 43
menit, tetapi gerhana parsial sebelum dan sesudah fase total berarti bulan akan
menghabiskan hampir empat jam melintasi bayangan Bumi.
Ketika bulan
purnama bergerak ke bayangan Bumi, itu akan menjadi gelap, tetapi itu tidak
akan hilang. Sinar matahari yang melewati atmosfer Bumi akan menerangi bulan
dengan cara dramatis, mengubahnya menjadi merah, tergantung pada kondisi cuaca,
mungkin berkarat, berwarna bata atau merah darah. Hal itu terjadi karena cahaya
biru mengalami hamburan atmosfer yang lebih kuat, sehingga cahaya merah akan
menjadi warna yang paling dominan disorot saat sinar matahari melewati atmosfir
kita dan menyerang bulan.
Brad Tucker,
astronom dari Sekolah Astronomi dan Astrophysics Penelitian Universitas
Nasional Australia, mengatakan dalam sebuah pernyataan, akan terlihat matahari
terbit dan terbenamnya Bumi yang menerangi permukaan Bulan-lebih dari 350.000
km.
Menurut
Almanak Petani Tua, bulan purnama pada bulan Juli ini juga dikenal sebagai
Bulan Buck Penuh dan Bulan Guntur, dimana terjadi ketika tanduk rusa jantan
berada dalam pertumbuhan penuh dan pada saat itu sering terjadi badai petir. Itu
juga "bulan-mini" karena bulan adalah yang terjauh dari Bumi dan
tampak kecil. Fakta bahwa bulan tampak begitu kecil dan membutuhkan waktu lebih
lama untuk melewati bayangan Bumi juga mengapa gerhana berlangsung lebih lama.
Orang-orang
di Australia, Selandia Baru, Eropa, Afrika, dan Asia akan memiliki pandangan
terbaik, sementara tahap akhir dari gerhana setelah matahari terbenam akan
terlihat di beberapa bagian Amerika Selatan. Bagi mereka di Timur Tengah dan
Madagaskar, gerhana akan terjadi sekitar tengah malam, dan orang-orang di Eropa
dan Afrika akan memiliki pemandangan terbaik antara matahari terbenam dan
tengah malam. Asia, Indonesia dan Australia akan melihatnya antara tengah malam
dan Sabtu pagi.
Royal
Astronomical Society mengatakan Mars dan bulan akan tampak rendah di langit
untuk semua orang di Inggris, jadi lokasi dengan cakrawala tenggara yang tidak
terhalang akan memberikan pemandangan terbaik.
Amerika
Utara, sebagian besar Samudra Pasifik dan sebagian besar Kutub Utara tidak akan
melihat apa pun. Seluruh Amerika Serikat tidak akan bisa lagi melihat gerhana
bulan penuh hingga Januari.
Proyek
Teleskop Virtual akan berbagi aliran langsung gerhana bulan dan Mars pada titik
terangnya hanya beberapa derajat di atas garis langit Roma. Slooh, layanan teleskop
robot, juga akan melakukan streaming langsung gerhana mulai pukul 1 siang.
Waktu Timur dan berakhir pada pukul 7:30 malam. Dan tidak seperti gerhana
matahari, terutama gerhana matahari total pada bulan Agustus 2017, gerhana
bulan aman untuk dilihat dengan mata telanjang atau teropong.
Bulan tidak
selalu dalam keselarasan sempurna dengan matahari dan Bumi, jadi itulah
sebabnya mengapa kita tidak mendapatkan gerhana bulan setiap siklus bulan. Jika
Anda berada di Bulan, Anda akan melihat gerhana matahari total karena Bumi akan
menghalangi Matahari. Ketika Mars paling dekat ke Bumi selama 15 tahun ini, Mars
mencapai pertentangannya, ketika itu sejajar di sisi berlawanan Bumi dan
matahari. Ini terjadi pada saat yang sama ketika ia akan mencapai salah satu
titik terdekatnya ke Bumi, sekitar 35,9 juta mil jauhnya. Inilah yang
membuatnya tampak begitu cerah di langit. Sementara Mars akan berada di atas
untuk orang-orang di Chili tengah, Afrika Selatan dan Australia, itu akan
rendah di langit selatan bagi mereka yang menonton di AS dan Eropa.
Menurut
EarthSky.org, sebenarnya Mars akan berada pada posisi terdekat sejak 2003,
ketika jaraknya 35,78 juta mil. Para ahli memperkirakan bahwa kecerahan Mars
akan bertahan selama beberapa minggu. Putaran terdekat Mars akan berada pada
jam 4 pagi EST. Meskipun tidak akan terlihat hampir sebesar bulan darah, Mars
akan menjadi yang terbesar jika Anda melihat melalui teleskop dan mendekati
kecerahan maksimumnya di langit. Mars juga aman dilihat dengan mata telanjang.
Situs BMKG, (detikcom,
Jumat, 27/7/2018), menuliskan, fase gerhana itu akan dimulai pada pukul 00.13
WIB. Kemudian berlanjut hingga fase gerhana sebagian yang ditandai dengan
masuknya piringan bulan memasuki umbra bumi mulai Sabtu (28/7) pukul 01.24 WIB.
Selanjutnya, fase gerhana total akan dimulai pada pukul 02.29 WIB. Setelah fase
ini, bagian bulan akan memerah dan mencapai puncak kemerahan pada saat puncak
gerhana, yakni pukul 03.21 WIB. Seluruh fase gerhana bulan itu bisa diamati
dengan baik di seluruh wilayah Indonesia.
BMKG
menyebutkan bahwa memerahnya piringan bulan itu terjadi karena adanya cahaya
matahari yang dihamburkan oleh atmosfer bumi, untuk kemudian bagian cahaya
kemerahannya yang diteruskan hingga sampai ke bulan. Karena itulah, fase
totalitas dalam gerhana bulan total akan berwarna kemerahan. Peristiwa
memerahnya piringan bulan saat fase totalitas itu bakal berakhir pada pukul
04.13 WIB, yaitu ketika piringan bulan mulai memasuki kembali penumbra bumi.
Gerhana sebagian berlangsung selama hampir 4 jam, tepatnya sekitar 3 jam 55
menit. Durasi totalitas, yaitu dari fase gerhana total mulai hingga gerhana
total berakhir, berlangsung selama 1 jam 43 menit. Gerhana bulan total pada
hari Sabtu (28/7/2018) ini tergolong istimewa karena durasi dari gerhana bulan
total itu akan jadi yang terlama di abad ke 21 ini.
Peneliti
Pusat Sains Antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto, gerhana bulan total kali ini
akan berdurasi 1 jam 43 menit. Puncak dari gerhana bulan total ini sedikit
lebih lama ketimbang gerhana bulan total biasa, yakni terjadi di pukul 03.23
WIB. Gerhana bulan total kali ini terjadi karena bulan berada pada titik
Apogee, atau titik terjauh dari Bumi. Jarak Bulan dan Bumi sejauh 406.223
kilometer. Keadaan Bulan dan Bumi yang berada di titik terjauh ini juga
mempengaruhi pergerakan Bulan yang berjalan makin lambat di orbitnya. Hal itu
membuat gerhana bulan total kali ini akan jadi gerhana bulan total dengan
ukuran bulan terkecil dan durasi terlama di tahun 2018.
Melansir
Space.com yang mengutip buku "The Five Millennium Canon of Lunar Eclipses:
(-1999to +3000)", gerhana bulan total dengan durasi lama seperti ini akan ditemukan
kembali pada 9 Juni 2123 mendatang.
Gerhana
bulan total ini juga bisa disebut sebagai Micro Blood Moon karena penampakannya
yang kecil, kebalikan dari gerhana bulan total yang terjadi pada Januari 2018
yang memiliki sebutan Super Blue Blood Moon di mana ukuran bulan terlihat lebih
besar dan cerah.
Di gerhana
bulan total kali ini, Planet Mars akan nampak bersamaan dengan bulan. Hal ini
terjadi karena pada gerhana bulan total kali ini, Planet Mars akan berada di
titik oposisi yang berseberangan dengan matahari dari perspektif Bumi. Jadi,
gerhana bulan total ini akan memiliki konfigurasi Matahari-Bumi-Bulan yang
berada dalam satu garis lurus di bidang tata surya. Planet Mars juga berada di
titik yang cukup dekat pada Bumi. Namun puncak titik terdekatnya Mars terjadi
pada 31 Juli 2018. Hal ini akan menjadikan gerhana bulan total ini juga akan dihiasi
Mars yang lebih terang dan lebih mudah dilihat di langit malam. Sebelumnya,
fenomena di mana gerhana bulan total bersanding dengan Mars yang berada di
oposisi matahari terjadi pada 6 Agustus 1971, atau 47 tahun yang lalu.
Kali ini
tiga planet--Mars, Venus, dan Jupiter--bisa terlihat langsung dari bumi tanpa
perlengkapan seperti teleskop dan teropong. Saat gerhana bulan total
berlangsung, langit tak cuma dihiasi oleh penampakan bulan dan juga planet
Mars, namun juga hujan meteor.
Pengamat
langit di AS, tidak akan dapat menikmati acara langka itu, kecuali mereka
bersedia melakukan perjalanan. Gerhana akan terlihat terutama di Eropa, Afrika,
Asia dan Australasia, serta beberapa bagian dari Amerika Selatan.
Dikutip dari
Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto, hujan meteor ini
biasanya aktif antara 17 Juli hingga 24 Agustus 2018, dan akan memuncak pada
malam 12 Agustus 2018 hingga dini hari 13 Agustus 2018. Sebenarnya di saat
bulan purnama, hujan meteor akan sulit terlihat. Namun sebaliknya ketika
gerhana bulan total terjadi, hujan meteor akan mudah terlihat.
EarthSky
menyebut, Gerhana bulan total sebelumnya pada tanggal 31 Januari 2018, tidak
berlangsung lama (1 jam dan 16 menit) karena bulan melayang ke selatan pusat
bayangan; dan gerhana bulan total berikutnya pada 21 Januari 2019, tidak akan
lama (1 jam dan 2 menit) karena akan lewat di sebelah utara pusat bayangan. Untuk
gerhana bulan total yang sangat panjang yang berlangsung selama 1 jam dan 43
menit yang terjadi Jumat 27 Juli 2018, bulan harus melewati bagian tengah
bayangan Bumi. Gerhana bulan yang terlama adalah 1 jam dan 47 menit. Gerhana
bulan total terpanjang dari abad terakhir adalah pada 16 Juli 2000 dan
berlangsung selama 1 jam dan 46,4 menit. Gerhana juga terjadi ketika Bumi lewat
di antara Matahari dan Mars. Dengan Mars "dalam oppostion", Planet
Merah dan Matahari akan berada di seberang Bumi. Juli 2018 juga akan terlihat
Mars melakukan putaran dekat, mencapai titik di orbitnya ketika paling dekat ke
Bumi.
Menurut NASA,
Planet Merah akan melakukan putaran dekat pada 31 Juli pada jarak sekitar 35,8
juta mil, pendekatan paling dekat ke Bumi sejak tahun 2003. Mars mencapai titik
tertingginya sekitar tengah malam-sekitar 35 derajat di atas cakrawala selatan,
atau sepertiga jarak antara cakrawala dan di atas. Mars akan terlihat sepanjang
malam. Mars, akan muncul paling terang dari 27 Juli 2018 hingga 30 Juli 2018. Mars
sudah lebih terang dari biasanya dan akan semakin bersinar — dan tampak lebih
besar - sekitar tanggal 31 Juli 2018.
Menurut
pernyataan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas
Djamaluddin, Blood moon itu terjadi karena atmosfer Bumi membiaskan cahaya dari
Matahari. Di kala cahaya matahari tertutup sempurna oleh Bumi ketika gerhana
bulan total, namun atmosfer Bumi tetap membiaskan cahaya merah yang datang dari
matahari. Hal ini membuat bulan justru berwarna merah dan tidak gelap. Selain
itu, Bulan memiliki lapisan debu ultra halus di atmosfernya, yang memberikan
efek pemantulan cahaya pembiasan matahari dari atmosfer Bumi sehingga di
gerhana bulan total warna bulan makin merah. Kondisi kebalikan dari gerhana
bulan total terjadi di gerhana matahari total, di mana Bulan menutup cahaya
matahari ke Bumi, sehingga Bulan hanya terlihat seperti bayangan di Bumi.
Terlebih lagi, Bulan tak memiliki atmosfer yang mampu membiaskan cahaya
matahari hingga tampak di Bumi.
Menurut peta
gerhana bulan total yang dirilis Space.com, area yang mendapatkan cakupan
secara penuh dari durasi gerhana bulan total selama 1 jam 43 menit tersebut
hanya beberapa: sebagian besar benua Afrika (terutama sisi timur), seluruh
Timur Tengah, Asia Selatan, serta Samudera Hindia. Di Indonesia, hanya kebagian
durasi penuh dari gerhana bulan total di sebagian besar pulau Sumatera saja. Meski
demikian, seluruh wilayah Indonesia bisa menikmati gerhana bulan total, namun
bagian akhir gerhana tak akan bisa dinikmati sebagian besar wilayah Indonesia
seperti di Kalimantan, sebagian besar pulau Jawa (makin ke barat pulau Jawa,
durasi gerhana bulan total akan makin panjang), Bali, Lombok, Nusa Tenggara,
Sulawesi, Maluku, dan Papua. Hal ini disebabkan karena Bulan sudah lebih dahulu
terbenam.
Berikut ini
waktu dari proses gerhana bulan total 28 Juli 2018 :
- Bulan
memasuki penumbra Bumi/gerhana bulan penumbra mulai (P1): 00.13 WIB
- Bulan
memasuki umbra Bumi/gerhana bulan sebagian mulai (U1): 01.24 WIB
- Gerhana
bulan total mulai (U2): 02.29 WIB
- Puncak
gerhana bulan total: 03.21 WIB
- Gerhana
bulan total selesai (U3): 04.13 WIB
- Bulan
meninggalkan umbra Bumi/gerhana bulan sebagian selesai (U4): 05.19 WIB
- Bulan
meninggalkan penumbra Bumi/gerhana bulan penumbra selesai (P4): 06.28 WIB
Gerhana Bulan
Total Pertama Tahun 2018
Pada tanggal
31 Januari 2018, termasuk fenomena langka karena hanya terjadi 150 tahun.
Peristiwa gerhana total yang berbarengan dengan supermoon ini terjadi di masa
lampau pada 31 Maret 1866. Peristiwa gerhana bulan total itu menjadi momentum
langka untuk fenomena istimewa “super blue blood moon.” Spesialnya peristiwa
alam itu, terdapat tiga kejadian: “supermoon”, “blue moon”, dan “blood moon.” NASA
menyebut kombinasi ini lunar trifecta. Peristiwa alam itu dapat dilihat dengan
jelas di langit Indonesia pada malam hari.
Super blue
blood moon mengacu pada sebuah peristiwa perpaduan/ kombinasi antara fenomena
blue moon, supermoon, dan blood moon. Fenomena blue moon muncul ketika bulan
purnama terjadi kedua kalinya dalam bulan yang sama (Januari). Akan tetapi
warnanya tidak akan berubah biru. Fenomena ini disebut blue moon hanya karena
bulan purnama yang terjadi dua kali dalam satu bulan yang sama. Blue moon tidak
berarti warna atau tampilan bulannya berubah (biru).
Karena
berbarengan dengan gerhana bulan, supermoon itu disebut super blue blood moon.
Pada momentum itu, bulan berubah warna menjadi kemerahan atau tembaga saat
melewati bayangan bumi. Gerhana bulan terjadi saat Bulan masuk ke bayangan
(umbra) bumi. Sementara supermoon terjadi saat perigee bulan—jarak terdekatnya
dengan Bumi dalam orbit tunggal. Supermoon membuat bulan nampak sangat besar
sekitar 14 persen dan cerah. Fase ketika bulan menjadi super blue blood moon
terjadi pada 31 Januari 2018 pada malam hari. Sehari sebelumnya, supermoon
sudah memulai prosesnya ketika Bulan sudah mencapai titik terdekatnya dengan
orbit Bumi pada 30 Januari 2018 pukul 16.58 WIB. Menurut NASA seperti dilansir
Space.com, Bulan mencapai 2.2.099 mil (358.994 kilometer) dari Bumi,
dibandingkan dengan jarak rata-rata 238.855 mil (384.400 km).
Berdasarkan
rilis BMKG, setelahnya, Bulan berada pada fase purnama pada 31 Januari 2018 pukul
20.29 WIB. Waktu itu pula-lah gerhana bulan total berada pada fase puncak
sehingga membentuk fenomena super blue blood moon. Peristiwa gerhana bulan
total yang dapat diamati dari seluruh wilayah Indonesia itu terjadi pada pukul
20.29 WIB sekitar 77 menit, pertama kalinya sejak 31 Maret 1866. Pada saat
itulah bulan di langit juga mengalami perubahan warna menjadi merah. Setelah
tahun ini, waktu saat blue moon melewati umbra Bumi akan kembali terjadi pada
31 Desember 2028, dan pada 31 Januari 2037. Keduanya merupakan gerhana bulan
total.
Bulan pada
pagi hari tanggal 31 Januari 2018 akan menjadi supermoon. Peristiwa ini terjadi
dekat perigee, waktu ketika orbit Bulan berada paling dekat dengan Bumi. Ini
berarti bulan akan sekitar 14 persen lebih terang dari biasanya, demikian
menurut NASA, seperti dilansir Huffington Post. Selanjutnya, supermoon 31
Januari merupakan bulan purnama yang kedua kalinya di bulan Januari 2018. Bulan
purnama ini biasanya dipisahkan 29 hari. Biasanya, setiap bulan kalender hanya
memiliki satu bulan purnama. Maka, bila terjadi dua kali seperti yang pada 31
Januari 2018, fenomena itu biasa disebut sebagai blue moon.
Namun yang
benar-benar membuat super blue moon 31 Januari 2018 spektakuler adalah
kenyataan bahwa peristiwa itu akan terjadi selama gerhana bulan total. Artinya
supermoon sekaligus blue moon akan melewati bayangan bumi. Saat terjadi gerhana
bulan total itu bulan super itu akan berwarna kemerahan seperti tembaga
sehingga diberi julukan blood moon.
Seperti
dikutip Earth Sky, bagi mereka yang tinggal di Amerika Utara atau Kepulauan
Hawaii, gerhana bulan itu terlihat di langit sebelum matahari terbit pada
tanggal 31 Januari. Sementara buat pengamat yang tinggal di Timur Tengah, Asia,
Indonesia, Australia atau Selandia Baru, gerhana bulan itu terjadi di malam
hari setelah matahari terbenam pada tanggal 31 Januari.
Seperti
diketahui, sebelum pada 31 Januari ini, bulan purnama supermoon juga terjadi
pada 1 Januari 2018, bertepatan dengan malam tahun baru. Fenomena ini sangat
jarang terjadi. Di saat yang bersamaan terjadi juga supermoon. Supermoon adalah
bulan purnama yang terjadi ketika bulan berada di titik terdekat dengan bumi.
Posisi terdekat ini dikenal dengan istilah perigee.
Menurut
NASA, supermoon menjadikan bulan 14 persen lebih besar dan hampir 30 persen
lebih terang. Supermoon yang terjadi pada 31 Januari 2018 adalah yang terakhir
terjadi setelah sebelumnya terjadi pada 3 Desember 2017 dan 1 Januari 2018.
Blood moon
adalah episode visual lainnya, yang secara khusus terjadi saat gerhana bulan
total. Selama gerhana bulan, bulan memantulkan cahaya yang keluar dari bumi.
Bumi, bulan, dan matahari berada di satu garis lurus dan bumi menutupi cahaya
matahari sehingga bulan akan tercermin dan menghasilkan bayangan. Bumi berada
di posisi antara matahari dan bulan. Namun bulan tidak sepenuhnya tertutupi
bayangan bumi dan satu-satunya cahaya yang cenderung bisa dilihat adalah
berwarna merah. Karena atmosfer bumi memungkinkan panjang gelombang merah untuk
melewatinya. Sementara semua cahaya biru menyebar ke semua arah. Jika terjadi
gerhana bulan parsial, hanya sebagian bulan yang berada di bawah bayangan bumi.
Namun saat terjadi gerhana bulan total, seluruh bulan tertutup bayangan bumi.
Menurut LAPAN,
di Indonesia, peristiwa gerhana bulan itu terjadi mulai pukul 18.48 WIB dengan
fenomena awal gerhana parsial. Pada pukul 19.52 WIB terjadi awal gerhana total.
Puncak gerhana terjadi pada 20.30 WIB. Akhir totalitas gerhana pada 21.08 WIB dan
gerhana parsial berakhir pada 22.11 WIB. Peristiwa gerhana Bulan total terjadi
mulai sore 31 Januair 2018. Gerhana terjadi saat Bulan baru terbit di
Indonesia, yang diawali dengan masuknya Bulan ke bayangan penumbra (bayangan
terang) Bumi pada pukul 17.51 WIB (18.51 WITA, 19.51 WIT). Selanjutnya, Bulan terus
bergerak semu melintasi bayangan Bumi. Hingga pada pukul 18.48 WIB (19.48 WITA,
20.48 WIT), kontak pertama Bulan dengan bayangan umbra (bayangan gelap) Bulan
akan terjadi. Pada fase kedua ini, Bulan akan tampak "tergigit". Bulan
juga sudah terbit untuk wilayah Indonesia Barat saat memasuki fase kedua itu,
sehingga di seluruh Indonesia bisa disaksikan bersama-sama. "Gigitan"
pada wajah Bulan akibat terhalang bayangan Bumi ini akan membesar. Posisi Bulan
juga akan meninggi dari cakrawala timur daerah Anda. Anda akan melihat Bulan
purnama yang tidak biasanya hingga pukul 19.51 WIB (20.51 WITA, 21.51 WIT). Pada
saat itu, Bulan yang tadinya gelap akan berubah warna menjadi merah. Fase awal
totalitas gerhana Bulan telah terjadi. Bulan tampak merah karena cahaya
berfrekuensi rendah dari Matahari dibiaskan oleh atmosfer Bumi ke bagian tengah
bayangan umbranya. Karena Bulan berada di tengah umbra saat puncak gerhana
total, maka merahlah wajah Bulan.
Fase
totalitas gerhana Bulan total 31 Januari 2018 itu berlangsung selama 1 jam 16
menit, dengan puncak totalitas terjadi pada pukul 20.29 WIB (21.29 WITA, 22.29
WIT). Puncak totalitas itulah fase terbaik bila Anda ingin memotretnya karena
Bulan sedang merah-merahnya. Warna merah Bulan bisa berbeda-beda di berbagai
wilayah. Hal ini tergantung seberapa bersih kondisi atmosfer di wilayah
pengamatan. Bila atmosfer kotor atau berdebu akibat letusan gunung berapi,
warna merah Bulan bisa lebih pekat dibanding warna merah Bulan di lokasi dengan
kondisi atmosfer yang bagus dan cuaca cerah. Merahnya wajah Bulan ini akan
terus bertahan hingga pukul 21.07 WIB (22.07 WITA, 23.07 WIT), di mana pada
saat itu fase totalitas gerhana akan berakhir.
Fase
totalitas yang berlangsung cukup lama itu disebabkan karena bayangan Bumi yang
besar. Berbeda dengan peristiwa gerhana Matahari total, yang mana Bulan lah
yang bertindak dalam menghalangi wajah Matahari, sehingga paling lama
berlangsung hanya 7 menit saja akibat Bulan yang diameternya kecil. Saat fase
totalitas berakhir, bagian bawah Bulan yang terang lagi berwarna putih
keabu-abuan.
Selanjutnya,
terlihat gerhana Bulan parsial/sebagian yang berlangsung hingga pukul 22.11 WIB
(23.11 WITA, 00.11 WIT [1 Februari 2018]). Di fase ini, terlihat
"gigitan" pada wajah Bulan yang tadinya besar lama kelamaan akan
mengecil seiring keluarnya Bulan dari bayangan umbra Bumi. Akhirnya, gerhana
pun hanya tinggal gerhana Bulan penumbra, fase di mana Bulan masih berada di
bayangan penumbra Bumi. Bulan akan benar-benar keluar dari bayangan penumbra
Bumi pada pukul 23.08 WIB (00.08 WITA, 01.08 WIT 1 Februari 2018). Pada waktu
itu, Bulan akan kembali seperti sedia kala, dan kita bersiap untuk istirahat
setelah lebih dari tiga jam menikmati gerhana.
SUMBER :
No comments:
Write commentsTerim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan