Nur Fitriana
(32), guru Sekolah Dasar (SD) N Deresan, Caturtunggal, Depok, Sleman Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY)terpilih menjadi salah satu peserta program Honeywell
Educators at Space Academy untuk mengikuti pelatihan astronaut di US Space
& Rocket Center (USSRC) di Huntsville, Alabama, Amerika Serikat. Fitri
menjalani pelatihan astronaut bersama 9 orang dari Indonesia dan 108 peserta
mancanegara selama lima hari mulai 21-25 Juni 2018.
Fitri,
kepada detikcom mengatakan, bisa lolos dari 2.776 pendaftar dan alhamdulillah
juga Indonesia tahun ini mengirimkan peserta terbanyak dari total 67 negara,
ada 10 orang dari Indonesia. Fitri mengaku tidak menyangka bakal lolos seleksi
karena kuota pendaftar tidak dibatasi dan bisa diikuti oleh setiap orang dari
seluruh negara. Awalnya dia mengetahui adanya program pelatihan yang
dilaksanakan rutin tiap tahun ini dari temannya pada 2015. Saat itu, dia
tertarik mencoba mendaftar tetapi sempat berpikir apakah pelatihan ini bisa
menunjang kegiatan belajar terutama kaitannya dengan profesi seorang guru.
Fitri kemudian mempelajari jurnal internasional soal astronaut yang ternyata
erat dengan science, technology, engineering, mathematics (STEM).
Pada
September 2017 dia akhirnya mendaftar melalui internet dengan mengirimkan
persyaratan dan artikel berisi penelitiannya soal sumber daya listrik
alternatif berupa baterai yang isi karbonnya diganti dengan kulit sayur dan
buah, serta membuat jembatan dari koran bekas yang kuat menahan beban batu
bata. Saya guru kelas 5 SD dan tak pernah berbahasa Inggris dalam keseharian,
jadi saya coba santai saja karena niat daftar murni ingin menuntut ilmu, yang
penting sudah mencoba. Pengumuman seleksi tanggal 28 Desember 2017. Dua hari
setelahnya pas bangun tidur mau subuhan, tiba-tiba ada email masuk di HP, saya
cek berisi informasi diterima. Fitri akhirnya berangkat bersama 9 orang dari
Indonesia yang lolos seleksi dan seluruhnya juga berprofesi guru untuk berlatih
menjadi seorang astronaut di USSRC.
Di sana
Fitri dilatih oleh para profesor dan ahli bidang STEM, hingga astronaut yang
telah menjalani misi ke luar angkasa. Selama lima hari dilatih menjadi seorang
astronaut, simulasi naik pesawat ke luar angkasa, sistem mesin, juga pelatihan
karakter, mental, disiplin, dan ada praktik memakai teknologi serta pemanfaatan
barang bekas dalam STEM. Setelah pelatihan para guru diharapkan bisa paham
betul STEM ini, dan bisa mengaplikasikan metode belajar kepada para siswa. Jika
ada kendala kelengkapan fasilitas teknologi, guru bisa praktik dengan
benda-benda di sekitar.
Prestasi
Indonesia di bidang astronomi sudah terukir sejak Pratiwi Sudarmono, astronot
pertama Indonesia sekaligus astronot wanita pertama di Asia. Pratiwi adalah
seorang ilmuwan dari Universitas Indonesia yang mendalami ilmu mikrobiologi.
Wanita yang lahir di Bandung pada 31 Juli 1952 ini juga pernah menjalani
pendidikannya di University of Osaka, Jepang. Wanita berparas ayu ini memang
tampak sangat haus ilmu dan juga bekerja sama dengan WHO, badan kesehatan dunia
untuk meneliti Salmonella typhi.
Wanita yang
bergelar doktor dan memiliki pengetahuan dalam bidang rekayasa genetik dan
bioteknologi ini terpilih untuk misi ke luar angkasa lewat misi Palapa-B-3
STS-61H pada tahun 1985. Misi tersebut bertujuan untuk mengirim satelit
Palapa-B2P, Skynet 4A dan WESTAR 6S. Ada tujuh kru yang hendak diberangkatkan
saat itu. Mereka adalah Mike Coats (komandan), John Blaha (pilot), Robert
Springer, James Buchli, dan Anna Fisher (spesialis misi), dan Pratiwi Sudarmono
serta Nigel Wood (spesialias dari internasional).
Astronot
dalam misi STS-61-H yang menggunakan pesawat ulang-alik Columbia STS-61-H yang
direncanakan berangkat tahun 1986. Palapa B3 merupakan satelit milik Indonesia.
Karena itulah pemerintah berusaha mengirim anak bangsanya ke luar angkasa.
Rencananya, Pratiwi bertugas sebagai pay load specialist atau kru yang
mengoperasikan satelit Palapa B3 dalam misi tersebut. Sebagai astronot cadangan
ditunjuk Taufik Akbar yang merupakan engineer dari PT Telkom. Keduanya lalu
dilatih oleh NASA Amerika Serikat hingga mereka siap diterbangkan ke luar
angkasa.
Mereka
seharusnya berangkat pada 24 Juni 1986 dan pulang kembali 1 Juli 1986. Misi ini
dibatalkan karena kecelakaan pesawat Challenger. Pesawat ulang alik itu meledak
73 detik setelah diluncurkan, menyebabkan kematian tujuh awak astronot. Pesawat
hancur di atas Samudera Atlantik, lepas pantai pusat Florida pada 11:38 EST
(16:38 UTC). Akibat dari insiden itu, NASA membatalkan beberapa penerbangan ke
luar angkasa. Tak terkecuali Columbia yang akan mengangkut satelit Palapa milik
Indonesia. Para astronot yang tadinya direncanakan ikut dalam misi tersebut pun
ikut batal berangkat, termasuk Pratiwi. Satelit B3 akhirnya tetap diluncurkan
dengan roket Delta tanpa kehadiran astronot dari Indonesia. Namun, setidaknya
Pratiwi sudah mencatatkan namanya sebagai Astronot pertama di Indonesia.
AXE Apollo
Space Academy (AASA) Indonesia akhirnya mendapatkan tiga orang calon astronot
yang akan berpetualang ke luar angkasa pada 2014. Tiga orang astronot yang
terpilih merupakan hasil seleksi ketat dari masa karantina yang dijalani selama
tiga hari dan diikuti 40 peserta dari 82 ribu orang pendaftar. Ketiga calon
astronot itu adalah Muhammad Sidharta Krisna, Rizman Adhi Nugraha, dan Abraham
Gamaliel Figrana. Satu dari tiga calon astronot yang terpilih untuk pergi ke
luar angkasa dari program AASA Indonesia akan mendapat kesempatan menumpang
pesawat XCOR Lynx Mark II. Pesawat berkapasitas dua orang ini baru akan diuji
coba pada akhir 2013. Selanjutnya di 2014 akan diterbangkan sejauh 103 km
dengan durasi perjalanan total 60 menit. akan ada satu orang astronot asal
Indonesia yang benar-benar menjelajah luar angkasa.
Abraham
Gamaliel Figrana, peserta AASA Indonesia asal Bandung, Jawa Barat mengatakan,
bisa terpilih untuk mengikuti tahapan AASA Global Space Camp di Orlando,
Florida, Amerika Serikat, adalah sebuah pencapaian tertinggi cita-citanya. Ini
perjuangan tertinggi bisa pergi kesana (Amerika Serikat). Mudah-mudahan bisa
menjawab kepercayaan sebagai satu dari 22 astronot yang berasal dari seluruh
dunia yang berangkat ke luar angkasa.
Rizman A
Nugraha (27) adalah lolos sebagai satu-satunya perwakilan Indonesia yang
direncanakan untuk merasakan sensasi berada di luar angkasa dari kontes yang
digelar oleh sebuah merek parfum. Tes yang sudah dijalani seperti baris
berbaris, panjat dinding, terbang dengan simulator, sampai tes kesehatan dan
bahasa Inggris. Semua tes itu akhirnya dilalui sampai akhirnya Rizman terbang
ke Florida, Amerika Serikat, untuk mengikuti pelatihan di Global Space Camp. Di
sana, dia kembali diseleksi dengan peserta dari 62 negara.
Rizman yang
berprofesi sebagai karyawan kantoran itu, yang peserta asal Bangka Belitung,
saat ditemui di AXE Apollo Space Academy (AASA) Indonesia Headquarter, Jakarta,
(Sabtu, 28/9/2013) mengatakan itu merupakan kesempatan besar sekaligus
membanggakan. Karena belum ada sebelumnya orang Indonesia yang bisa pergi ke
luar angkasa. Rizman tak menyangka
langkahnya untuk bisa mengarungi angkasa luar bersama AXE Apollo bisa menembus
babak final. Padahal, semula pria berusia 24 tahun itu mengaku hanya sebatas
iseng-iseng mendaftarkan diri ke AASA Indonesia. Pas ada kesempatan, saya coba
untuk mendaftar, nggak tahunya terpilih masuk 40 besar sampai akhirnya jadi
tiga orang calon astronot Indonesia yang dikirim ke Amerika Serikat. Bangga
sekali.
Selama
rangkaian misi pelatihan di Florida yang dipimpin oleh astronot senior Buzz
Aldrin, Rizman telah berhasil mengemudikan pesawat Air Combat USA, menjalani
latihan seperti layaknya seorang astronot dalam Astronaut Assault Course dan
membuktikan dirinya bisa mengatasi kekuatan ledakan dalam jenis latihan G-Force
Mission di Kennedy Space Center.
Rencananya
pria asal Bangka Belitung akan terbang ke luar angkasa bersama seorang pilot
dengan pesawat luar angkasa berteknologi mutakhir berkapasitas dua orang yaitu
XCOR Lynx Mark II. Pesawat luar angkasa ini akan menerbangkan Rizman setinggi
103 km dari Planet Bumi menembus batas luar angkasa dengan durasi perjalanan 60
menit. Sebelumnya, dia dijanjikan terbang bulan Desember akhir tahun 2015, atau
paling lambat bulan Januari 2016. Namun ternyata, janji itu tak kunjung datang.
Rizman masih belum mendapat kepastian kapan berangkat, misi ke luar angkasanya
bukan batal, namun tertunda.
Semoga saja suatu
waktu kelak, ada orang Indonesia yang akan menjelajah di luar angkasa.
Semangat!
Sumber:
No comments:
Write commentsTerim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan