KOMPI+25

Komunitas Pendidikan Indonesia

Jaringan Komunikasi KOMUNITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Saturday 19 May 2018

Corat-coret Seragam Sekolah, Adakah Terobosan Baru?

Posted by   on Pinterest

Hari kelulusan bagi anak-anak sekolahan menjadi momen paling membahagiakan karena terbebas dari beban mata pelajaran dan ujian yang menguras pikiran. Hari kelulusan juga identik dengan aksi corat-coret baju seragam sekolah. Aksi seperti ini biasanya juga diikuti dengan rombongan siswa yang konvoi dan bikin ricuh jalanan. Perayaan kelulusan yang semacam ini sering dinilai sebagai hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Malah, euforia ini lebih sering berdampak negatif daripada positif karena mereka jadi lupa untuk menghormati hak-hak orang lain di sekitarnya.

Akun Facebook Eris Riswandi mengunggah tayangan singkat reaksi warga atas kelulusan para siswa yang diwarnai euforia corat-coret seragam atau melakukan aksi konvoi dengan sepeda motor. Terlihat beberapa orang warga yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak sudah bersiap-siap dengan ember berisi air comberan di tangan mereka. Mereka bersiap-siap untuk mengadang para siswa yang lewat. Entah merasa terganggu atau alasan lainnya, begitu siswa terlihat muncul dengan seragam yang sudah dicorat-coret, mereka dengan sigap langsung mengadang dan menyiramnya dengan air comberan. Tak tanggung-tanggung, bukan hanya siswa laki-laki yang disiram, siswa perempuan pun tak luput dari sasaran penyiraman. Langsung saja para siswa tersebut berusaha menghindar dan kabur. Walau tetap saja air comberan lebih cepat sampai di tubuh mereka. Tayangan itu menjadi ramai di dunia maya. Sebagian besar dari warganet memuji aksi yang dilakukan warga ini. Banyak yang menilai jika euforia kelulusan semacam ini memang tak bermanfaat.

Sering terjadi, saat mereka melakukan aksi konvoi, mereka bertindak seperti penguasa jalanan, tidak peduli dan tidak menghargai hak-hak pengguna jalan lainnya, bahkan, perilaku mereka sering membahayakan orang lain. Larut dalam kegembiraan yang amat sangat saat hari kelulusan memang menjadi momen paling membahagiakan bagi anak-anak sekolahan. Entah sejak kapan tradisi seperti ini muncul. Sebelum berangkat, para siswa ini tak lupa membawa pilox dan spidol sebagai bekal untuk merayakan kelulusan. Tapi yang pasti, meluapkan ekspresi kegembiraan dengan mencorat-coret seragam sudah ada sejak lama.

Kapolsek Balaraja Kompol Wendy Andrianto (Liputan6 SCTV, Sabtu, 5/5/2018), mengumpulkan ratusan siswa guna untuk mengantisipasi konvoi dan aksi corat-coretan yang menganggu kepentingan umum. 500 siswa SMK Mandiri 2 yang dinyatakan lulus, sengaja dikumpulkan di halaman Polsek Balaraja, Kabupaten Tangerang, Banten, untuk menerima surat kelulusan. Sambil terus menangis, ratusan siswa ini pun menyalami dan memeluk guru mereka sebagai tanda terima kasih atas bimbingannya selama ini.

Di Mataram, NTB, gara-gara konvoi dan ugal-ugalan untuk merayakan kelulusan, ratusan pelajar beserta motornya diamankan dan ditilang petugas kepolisian Mapolres Mataram. Tak hanya berkonvoi, mereka pun melakukan aksi corat-coret di jalan raya, aturan lalu lintas pun banyak yang dilanggar, mulai dari tak ada surat kendaraan, tak pakai helm, hingga berkendara ugal-ugalan.

Sejak kapan sebenarnya aksi corat-coret ini dilakukan?

Aksi corat-coret ini terjadi hampir di seluruh daerah di Indonesia. Tak ada yang tahu pasti kapan awal mula kelulusan dirayakan dengan corat-coret seragam. Sejak tahun 1990-an, tercatat bahwa pengumuman kelulusan memang selalu diwarnai oleh aksi corat-coret seragam. Yang membuat miris ialah adanya aksi coret-coret sebelum tahu lulus atau tidaknya. Aksi ini ditengarai telah terjadi sejak tahun 1990-an, saat awal mula diberlakukan Ebtanas. Pada awalnya mereka hanya melakukan aksi corat coret sebagai bentuk protes, namun lama kelamaan justru seolah-olah menjadi tahapan wajib. Jika belum corat-coret belum terbukti lulus, kira-kira demikian penggambarannya.
Ada juga versi lain yang menyebutkan, aksi corat-coret ini bermula pada akhir 1970-an. Kala itu ada seorang siswa pintar namun tidak lulus ujian. Teman-temannya yang berempati, berusaha menanyakan kepada pihak sekolah, namun mereka tetap pada kesepakatan awal: tidak lulus. Kemudian kekasih siswa pintar tersebut menenangkannya. Akhirnya siswa pintar yang tidak lulus itu legowo dan meminta teman-temannya mencorat-coret baju seragamnya.

Tetapi ketika ditelisik lebih dalam, ternyata peserta aksi ini tidak hanya terdiri dari siswa-siswi yang dinyatakan lulus saja. Beberapa siswa yang tidak dinyatakan lulus pun ikut bergabung dalam aksi ini. Mereka melebur bersatu bersama luapan kegembiraan para siswa yang dinyatakan lulus. Ternyata aksi ini bukan semata-mata cara mereka untuk meluapkan kegembiraan saja, melainkan telah menjadi budaya.

Polisi sudah mengimbau agar para pelajar tidak menggelar aksi berlebihan dalam perayaan kelulusan. Sejumlah sekolah juga banyak yang mengingatkan siswanya untuk merayakan kelulusan dengan tindakan yang lebih bermanfaat seperti santunan atau pentas seni. Namun banyak yang tak mengindahkannya.

Ekspresi Kebebasan

Aktivitas belajar di sekolah sering dirasakan membosankan bagi sebagian siswa. Tidak heran jika bunyi lonceng atau bel tanda istirahat sangat ditunggu-tunggu di tengah kejenuhan belajar. Kemudian bunyi lonceng atau bel tanda pulang adalah hal yang paling membahagiakan bagi sebagian siswa, karena jika diperhatikan, sebagian besar dari mereka akan berlari meninggalkan kelas-kelas mereka. Sekolah juga mempunyai aturan-aturan yang mengikat para peserta didiknya. Selama tiga tahun bersekolah, mereka diwajibkan untuk mematuhi semua peraturan sekolah. Tidak jarang pihak sekolah memberikan hukuman kepada mereka yang melanggar peraturan ini yang membuat siswa jenuh.

Puncak dari rasa jenuh, capek, dan mungkin juga kesal terhadap guru yang selama tiga tahun ini mereka pendam akan mereka lampiaskan di saat kelulusan. Seragam adalah media yang tepat bagi mereka untuk melampiaskan semua itu. Sehingga seragam yang selama ini mengungkung mereka akan penuh dengan coret-coretan, bahkan yang lebih ekstrim lagi adalah ketika mereka dinyatakan lulus dari tingkatan akhir ada yang merobek seragamnya. Sehingga sebuah perayaan kelulusan juga identik dengan pesta kemenangan, walaupun itu bukanlah kemenangan yang sebenarnya karena jalan mereka masih sangat panjang.
Memang, ada juga sebagian siswa yang menjadikan seragam mereka sebagai kenang-kenangan. Sehingga bukan hanya coretan, seragam-seragam tersebut juga di bubuhi tanda tangan teman-teman mereka.

Tercatat tradisi perayaan Kelulusan Pelajar di Amerika Serikat malah lebih miris! Mulai dari Pool Party atau Pesta Bikini, Drinking Game, Lempar Topi Toga dan Foto-Foto. Dalam ‘Pesta Bikini’, tak jarang anak-anak orang kaya mengadakan pesta dengan tema kolam renang saat akhir pekan. Bukan hanya sewaktu merayakan kelulusan, rupanya hal ini telah menjadi suatu tradisi di Negeri Paman Sam itu. Umumnya, orang-orang yang datang ke pesta itu akan berpakaian bikini dan bersantai di kolam renang atau sekitarnya. Tradisi yang berlatar belakang budaya dan sosial mereka yang memang bebas, membuat beberapa pelajar sudah cukup bertanggung jawab dan bisa mengontrol diri sendiri. Sehingga, para pelajar SMA di Amerika Serikat kerap menikmati minuman keras bersama teman-teman untuk merayakan kelulusan. Pelajar SMA di Amerika Serikat ketika lulus, foto bersama sambil melempar topi toga. Bahkan sering berfoto dengan kostum aneh, bahkan ada juga yang sengaja telanjang untuk merayakan kelulusan. Namun sekali lagi, karena latar belakang budaya yang bebas, pelajar di sana juga lebih cuek, berani dan vulgar.

Di Indonesia Pelajar biasanya merayakan Kelulusan dengan :
1. Corat-coret seragam. Coret-coret seragam dengan spidol, pilox dan sebagainya merupakan tradisi unik yang turun temurun bagi siswa yang lulus SMA di Indonesia. Coret-coret bisa berupa tanda tangan teman-teman satu angkatan atau bisa juga coretan tidak jelas.

2. Konvoi di jalan. Tradisi konvoi di jalan menggunakan motor atau mobil sering dilakukan pelajar-pelajar yang baru lulus. Biasanya, para pelajar menggunakan beberapa atribut untuk membuat suasana jadi lebih ramai. Akibatnya, tradisi ini lebih sering membuat kondisi jalan menjadi ramai bahkan menimbulkan kemacetan. Selain itu, aksi ini juga minimbulkan masalah keamanan berkendara, ketika tidak mematuhi peraturan lalu-lintas seperti memakai helm ataupun pelindung kepala.

3. Berdoa bersama. Setelah berhasil lulus sekolah, ada juga pelajar yang juga tidak lupa menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Umumnya, di sekolah-sekolah diadakan doa bersama satu angkatan. Beberapa kelompok pelajar juga menggelar doa dan syukuran sendiri di luar sekolah.

4. Nyebur ke air. Tradisi menceburkan diri dan atau menceburkan teman-teman seangkatan ke air. Baik itu di kolam renang, bahkan kolam ikan, sawah, hingga danau atau tempat apapun yang berair. Biasanya tradisi ini banyak dilakukan oleh pelajar laki-laki, mengingat pelajar perempuan biasanya takut basah terkena air.

Apa Terobosan Baru Cara Pengumuman Kelulusan?

Selama ini semua pihak yang berkaitan dengan dunia pendidikan telah berusaha keras agar aksi corat-coret seragam ini tidak terjadi lagi. Surat edaran dari kepala dinas telah menghimbau kepada para siswa agar tidak melakukan aksi serupa, namun aksi ini tetap berjalan setiap tahunnya. Di beberapa daerah, pihak sekolah menghimbau agar para siswa mengumpulkan seragam mereka untuk disumbangkan kepada siswa yang kurang mampu. Kegiatan sosial ini berjalan baik tetapi itu tidak mengurungkan niat mereka untuk melakukan aksi serupa karena ternyata mereka mempunyai dua stel seragam. Pengumuman kelulusan juga dilakukan dengan mengirimkan surat pengumuman kelulusan ke rumah masing-masing siswa.

Baru-baru ini di beberapa kota di Indonesia menerapkan kebijakan unik dalam menyampaikan pengumuman kelulusan tersebut. Para siswa diwajibkan untuk memakai pakaian adat ketika melihat pengumuman kelulusan mereka. Walaupun cara ini dinilai sedikit merepotkan tetapi cukup ampuh dalam mencegah aksi corat-coret seragam. Ada juga perayaan aksi kelulusan yang dilakukan dengan cara long march menuju tengah kota sambil membagi-bagikan nasi bungkus di sepanjang jalan bagi sesama yang membutuhkan.

Hari kelulusan memang selalu merupakan momen paling membahagiakan bagi anak-anak sekolahan. Momen itu terasa seperti terbebas dari belenggu mata pelajaran dan ujian yang menguras otaknya selama ini. Namun, apapun cara yang dilakukan untuk mencegah aksi negative pasca kelulusan, yang terpenting para siswa memahami makna kelulusan itu sendiri. Lulus dari sebuah tingkatan pendidikan sama seperti lolos dari sebuah gerbang kecil sebelum akhirnya menemukan gerbang besar untuk dimasuki mengejar impian masa depan. Oleh karena itu, para siswa diharapkan selalu mengedepankan rasa syukur daripada melakukan aksi corat-coret seragam, konvoi di jalan, tawuran, dan tindakan destruktif lainnya. Jangan sampai masyarakat menilai para pelajar yang seharusnya menjadi kelompok intelektual justru terlihat seperti kelompok tak bermoral karena tindakan-tindakan tidak bermanfaat tersebut.


SUMBER :

No comments:
Write comments

Terim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan

KABAR TEMAN

ARSIP

*** TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG *** SEMOGA BERMANFAAT *** SILAHKAN DATANG KEMBALI ***
Komunitas Pendidikan Indonesia. Theme images by MichaelJay. Powered by Blogger.
Hai, Kami Juga Hadir di Twitter, like it - @iKOMPI25
Kirim Surat