Permasalahan
Kesehatan Otak dan Saraf
Dalam
laporannya, Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, menerangkan 3
hal utama dalam permasalahan kesehatan otak dan saraf, yaitu: 1) Penyakit otak
dan saraf dapat menimbulkan kesakitan, angka kecacatan dan angka kematian yang
tinggi; 2) Peningkatan usia harapan hidup (UHH) berdampak pada proses penuaan
organ tubuh termasuk otak dan jaringan saraf; dan 3) Peningkatan masalah
kesehatan otak lainnya, seperti infeksi saraf akibat HIV-AIDS, trauma kepala,
tumor otak, kelainan bawaan, dan lain-lain.
Stroke
salah satu momok di dunia kesehatan, yang merupakan penyebab kematian utama di
hampir seluruh RS di Indonesia, sekitar 15,4%. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Kemenkes RI tahun 2013 menunjukkan telah terjadi peningkatan
prevalensi stroke di Indonesia dari 8,3 per mil (tahun 2007) menjadi 12,1 per
mil (tahun 2013). Prevalensi penyakit Stroke tertinggi di Sulawesi Utara
(10,8per mil), Yogyakarta (10,3 per mil), Bangka Belitung (9,7 per mil) dan DKI Jakarta (9,7 per mil).
Prevalensi
penderita Stroke cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan
rendah dan masyarakat yang tinggal perkotaan. Ke depan, prevalensi penderita
Stroke dipresiksi akan meningkat menjadi 25-30 per mil. Di samping itu,
sebagian dari pasien yang mengalami Stroke akan berakhir dengan kecacatan.
Berdasarkan beberapa penelitian didapatkan tingkat kecacatan Stroke mencapai
65%.
UHH
penduduk Indonesia mencapai 70,7 tahun pada 2008 dan jumlah populasi usia
lanjut diperkirakan mencapai 38% dari jumlah penduduk pada tahun 2025. Kondisi
ini akan diikuti oleh proses penuaan atau aging process pada otak dan jaringan
saraf yang bila tidak dirawat sejak dini, akan memicu beberapa masalah, yaitu
gangguan fungsi kognisi, gangguan gerak, gangguan keseimbangan, dan lain-lain.
Berbagai
Penelitian Dan Kemungkinan Pemulihan
Stroke
disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak akibat adanya penyempitan
atau sumbatan di pembuluh darah. Penyempitan atau sumbatan tersebut disebabkan
oleh plak yang biasanya berupa lemak. Stroke juga dapat disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah di otak. Sehingga saat seseorang terserang stroke,
penderita tak dapat lagi beraktivitas normal. Sekitar 10 hingga 20% mungkin
tidak bertahan dalam periode awal setelah stroke. Terdapat 5 hingga 15%
kesempatan per tahun stroke berulang. Oleh karena itu, serangan STROKE menjadi
perhatian dari para medis di seluruh dunia.
Ivo
G H Jansen, dkk, Medical researcher for the MR CLEAN, melakukan penelitian
dengan judul “Pengobatan endovaskular untuk stroke iskemik akut dalam praktek
klinis rutin: studi kohort prospektif dan observasional” (Endovascular
treatment for acute ischaemic stroke in routine clinical practice: prospective,
observational cohort study) yang bertujuan untuk menentukan hasil dan keamanan
pengobatan endovaskular untuk stroke iskemik akut, karena oklusi pembuluh
intrakranial proksimal di sirkulasi anterior, dalam praktek klinis rutin. Dari
pengamatan Peserta 1488 pasien pada sebanyak 16 pusat yang melakukan perawatan
endovascular di Belanda, termasuk dalam Multicentre Randomized Controlled Trial
Pengobatan Endovaskular untuk Stroke Iskemik Akut di Belanda (MR CLEAN)
Registry yang telah menerima perawatan endovascular, termasuk stent retriever
thrombectomy, aspirasi, dan semua metode alternatif untuk stroke iskemik akut
dalam 6,5 jam dari timbulnya gejala antara Maret 2014 dan Juni 2016 disimpulkan
bahwa dalam praktek klinis rutin, perawatan endovaskular untuk pasien dengan
stroke iskemik akut setidaknya sama efektif dan aman seperti dalam pengaturan
uji coba terkontrol secara acak.
Rakesh
Khatri, dkk, melakukan penelitian dengan judul “Tren nasional dalam pemanfaatan
trombolisis intravena dan perawatan endovaskular pada stroke iskemik akut” yang
bertujuan untuk mengidentifikasi populasi rentan yang tidak menerima pengobatan
yang serupa dengan tingkat nasional dengan mempelajari faktor-faktor seperti
ras, jenis kelamin, usia, status asuransi, karakteristik rumah sakit (pedesaan
versus perkotaan, pengajaran versus non-mengajar, kecil, menengah dan besar
bedsize) dan distribusi geografis (Timur Laut, Barat Tengah, selatan dan
barat). Dari pengamatan diagnosis utama stroke iskemik database besar pasien nasional
yang dirawat di rumah sakit di Amerika Serikat dari 2008 hingga 2012,
penggunaan rt-PA intravena meningkat di antara semua kelompok yang membuktikan
dampak positif dari upaya oleh organisasi dan pendidikan pasien. Perawatan
endovaskular sekarang telah menjadi standar perawatan; Perlu membuat model
perawatan stroke untuk menargetkan subset populasi pasien yang paling rentan
ini termasuk Hispanik, pasien yang tinggal di daerah pedesaan dan status
asuransi seperti Medicaid atau status gaji sendiri untuk memberi mereka
kesempatan perlakuan yang sama dan setara dengan yang lain.
Penelitian
Ying Xian, MD, PhD, dkk, yang berjudul : “Asosiasi pengobatan antitrombotik
sebelumnya dengan keparahan stroke iskemik akut dan hasil di rumah sakit di
antara pasien dengan atrial fibrilasi” (Association of Preceding Antithrombotic
Treatment With Acute Ischemic Stroke Severity and In-Hospital Outcomes Among
Patients With Atrial Fibrillation) menemukan bahwa observasional atas 94.474
pasien dengan stroke iskemik akut yang memiliki riwayat fibrilasi atrium, menyimpulkan
bahwa Relevansi di antara pasien dengan fibrilasi atrium yang pernah mengalami
stroke iskemik akut, antikoagulasi terapi yang tidak adekuat sebelum stroke
adalah lazim. Anti koagulasi terapeutik dikaitkan dengan odds yang lebih rendah
dari stroke sedang atau berat dan kemungkinan kematian di rumah sakit lebih
rendah.
Dilansir
dari Journal of Hypertension (1 Dec 1994) penelitian MacMahon S dan Rodgers A, yang
berjudul “Tekanan darah, pengobatan antihipertensi dan risiko stroke” (Blood
pressure, antihypertensive treatment and stroke risk) menyimpulkan bahwa efek
absolut dari pengobatan pada stroke bervariasi dalam proporsi langsung dengan
risiko latar belakang stroke. Manfaat terbesar yang diamati di antara mereka
dengan riwayat penyakit serebrovaskular, mereka yang berusia di atas 60 tahun
dan mereka dengan hipertensi yang lebih parah.
Investigasi
J.P. Mohr and for the PFO in Cryptogenic Stroke Study (PICSS) terhadap penelitian
Shunichi Homma, dkk, yang berjudul “Pengaruh pengobatan medis pada pasien
stroke dengan foramen ovale paten: foramen ovale paten dalam Studi Stroke
Kriptogenik” (Effect of Medical Treatment in Stroke Patients With Patent
Foramen Ovale: Patent Foramen Ovale in Cryptogenic Stroke Study) menyimpulkan
bahwa pada terapi medis, keberadaan PFO pada pasien stroke tidak meningkatkan
kemungkinan efek samping terlepas dari ukuran PFO atau adanya aneurisma septum
atrium.
Jordan
Gainey, dkk menyampaikan makalah ilmiah yang berjudul “Model Hasil Fungsional
untuk Pengobatan Penggerak Plasminogen Jaringan Terpandu Telestroke pada Pasien
Stroke”. Mengutip INTERNATIONAL STROKE CONFERENCE POSTER ABSTRACTS, Tulisan
ilmiah dari penelitian itu menyimpulkan bahwa Distribusi Skala Rankin
Dimodifikasi dan ukuran lain telah digunakan untuk mengukur hasil klinis pada
pasien yang diobati rtPA. Pengembangan model hasil fungsional baru menyediakan
pendekatan baru untuk meningkatkan efisiensi telestroke dan peningkatan rtPA
untuk pasien stroke.
Penelitian
Polli, dkk dengan judul “Citra motor bertingkat untuk pasien dengan stroke: uji
coba terkontrol non-acak dari pendekatan baru” (Graded motor imagery for
patients with stroke: a non-randomized controlled trial of a new approach. European
Journal of Physical and Rehabilitation Medicine) menyimpulkan bahwa GMI adalah
perawatan yang layak untuk pasien stroke dengan hasil yang lebih baik daripada
konvensional. terapi. Sebuah uji coba terkontrol secara acak dibenarkan untuk
meminimalkan risiko bias seleksi. Pasien harus menerapkan perawatan GMI dalam
praktek klinis mereka, menjadi perawatan yang layak, relevan secara klinis,
tanpa biaya, dan mudah dilakukan.
Penelitian
A. Paganini-Hill, R. K. Ross, B. E. Henderson, dengan judul “Postmenopausal
oestrogen treatment and stroke: a prospective study” yang bertujuan untuk menentukan
apakah penggunaan estrogen pasca-menopause memengaruhi risiko kematian akibat
stroke pada 22.781 warga masyarakat komunitas pensiunan California, termasuk
8882 wanita. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Pengobatan penggantian estrogen
melindungi terhadap kematian akibat stroke.
DSA
(Digital Subtraction Angiography) Modifikasi Dr. Terawan.
Berbeda
dengan penelitian diatas, Terawan Agus Putranto, Irawan Yusuf, Bachtiar Murtala
dan Andi Wijaya melakukan penelitian dengan judul “Intra Arterial Heparin
Flushing Meningkatkan Tes Otot Manual - Medical Research Councils (MMT-MRC)
Skor pada Pasien Stroke Iskemik Kronis”. Berlatarbelakang gangguan kekuatan
otot pada pasien stroke mempengaruhi kehidupan sehari-hari pasien, terutama
ketika terjadi pada otot-otot ekstremitas. Tujuan penelitian itu adalah untuk
menemukan kemungkinan peningkatan Skor Tes Otot Manual (MMT) setelah pemberian
Infus Arteri Heparin Intravena pada pasien stroke iskemik kronis. Dengan Metode
eksperimental menggunakan desain kelompok pretest-posttest, dengan uji klinis
acak terkontrol, dilakukan di antara pasien di Cerebrovascular Pusat Unit Pusat
Angkatan Darat Gatot Soebroto Rumah Sakit mulai dari Februari 2014. 75 pasien diperiksa
kekuatan otot dilakukan oleh dokter yang terlatih. Penelitian itu menyimpulkan
bahwa Intra Arterial Heparin Flushing memiliki efek yang signifikan pada pasien
stroke kronis dengan penurunan kekuatan otot, yang menunjukkan peningkatan yang
signifikan dari skor MMTMRC.
Pada
SEMINAR KEMAJUAN MUTAKHIR DAN PELUANG PENGEMBANGAN RADIOLOGI INTERVENSI :
Annual Scientific Meeting (ASM), di Kedokteran, dalam rangka Dies Natalis FK
UGM ke-69 dan HUT RSUP Dr.Sardjito ke-33, 10 Maret 2015, Universitas Gadjah
Mada, disebutkan, bahwa DSA (Digital Subtraction Angiography) merupakan teknik
radioimaging invasif untuk melihat gambaran pembuluh darah. Teknik ini dapat
dilanjutkan dengan berbagai intervensi endovaskuler seperti pemasangan stent,
coil, modifikasi flushing, ataupun modifikasi lain yang dapat memperbaiki
kelainan cerebrovaskuler pada pasien. Terapi radiointervensi dapat menjadi
alternatif yang lebih menguntungkan bagi pasien karena tindakan yang minimal
invasif dan tepat sasaran dengan less risk, less pain, dan less recovery time
dibandingkan dengan open surgery. Pengembangan teknologi kesehatan ditunjang
dengan berbagai modalitas pendukungnya semakin membuka lebar peluang
pengembangan radiologi intervensi dalam bidang cerebrovaskuler.
Dilansir
dari JOURNAL BY STETOSKOOP - SEP 29, 2016, Dr. Terawan memodifikasi metode
pemeriksaan radiografi yang disebut DSA (Digital Subtraction Angiography), dan
mengubahnya menjadi pengobatan. DSA adalah pemeriksaan yang memberikan gambaran
lumen (permukaan bagian dalam) pembuluh darah termasuk arteri, vena, dan bilik
jantung. Gambar-gambar ini diperoleh dengan menggunakan mesin X-Ray
komputerisasi yang rumit. Media kontras khusus atau 'pewarna' (cairan padat
berkepadatan tinggi) biasanya disuntikkan untuk membuat suplai darah ke kaki,
jantung, dan organ lain lebih mudah dilihat.
Berlatarbelakang
terapi stroke yang difokuskan pada terapi reperfusi untuk memulihkan aliran
darah serebral (CBF) dan meminimalkan efek yang tidak diinginkan dari iskemia
neuron, terapi jangka waktu yang lebih luas dimungkinkan akan membantu meningkatkan
CBF. Dr Terawan melakukan penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki
peningkatan CBF setelah terapi penyemprotan heparin intra arteri (IAHF) pada
pasien stroke kronis. Uji klinis dilakukan dengan sampling waktu dengan
mengumpulkan subyek stroke iskemik kronis (dengan onset stroke ≥30 hari) dalam
periode Februari-September 2015. CBF 75 pasien stroke kronis sebelum dan
sesudah pengobatan IAHF diselidiki. Hsilnya, ditemukan peningkatan CBK yang
signifikan.
Prosedur
dimulai dengan pemeriksaan otak yang terperinci menggunakan MRI. Ini bertujuan
untuk menilai segala jenis gangguan otak. Karena melibatkan otak, tindakan ini
dilakukan dengan sangat rinci. Ini melibatkan ahli saraf, ahli bedah saraf,
ahli radiologi yang mengkhususkan diri dalam perfusi, internis, dan banyak
lagi. Kerja tim diperlukan untuk memastikan keselamatan pasien, terutama untuk
meminimalkan efek samping.
Awalnya
DSA dimodifikasi untuk mengurangi dosis radiasi, yang pada gilirannya
memberikan lebih sedikit efek samping pada ginjal. Hasil pemeriksaan otak
menentukan tindakan selanjutnya: DSA klasik, DSA modifikasi, atau teknik
lainnya. Katakan kondisi pasien sesuai untuk diobati dengan DSA yang
dimodifikasi. Modifikasi dimulai dari menurunkan dosis radiasi. DSA klasik
membutuhkan dosis radiasi di atas 300 ml abu-abu dan 100 cc kontras,
menciptakan kelebihan cairan berat di ginjal. Sementara itu, DSA yang dimodifikasi
hanya membutuhkan rata-rata 25 ml abu-abu dan kurang dari 10 cc kontras. Namun
demikian, kualitas gambar yang dihasilkan mirip dengan DSA klasik.
DSA
membutuhkan kateter yang dimasukkan ke pembuluh darah melalui arteri femoralis
di area selangkangan. Prosedur ini akan membiarkan para dokter melihat apakah
ada sumbatan pembuluh darah di otak. Sumbatan ini dapat menyebabkan gangguan
aliran darah, yang akan menyebabkan disfungsi saraf di tubuh Anda. Kondisi ini
sering terjadi pada pasien stroke. Semua pasien harus dipantau setelah
prosedur, kalau-kalau ada efek samping terjadi.
Memang,
tidak semua pasien dapat menerima metode perawatan khusus ini. Itu tergantung
pada kondisi pasien. Pemeriksaan lengkap diperlukan, oleh karena itu Dr.
Terawan bekerja dengan spesialis lain, termasuk ahli endokrin dan internis. Ia
bertujuan untuk memberikan perawatan yang holistik, akurat, dan aman. Ternyata
metode DSA yang dimodifikasi Dr. Terawan itupun bekerja pada stroke iskemik dan
pasien stroke hemoragik.
Akhirnya
Prestasi Dr. Terawan ini mendapat penghargaan dari Hendropriyono Strategic
Consulting (HSC). Selain telah digunakan di rumah sakit di seluruh Indonesia
untuk mengobati ribuan pasien, metode ini juga digunakan di Rumah Sakit Augusta
di Dusseldorf, Jerman. Terapi sel terbaru yang diusungnya lewat Cell Cure
Centre bekerja sama dengan Profesor Fred Fandrich, selaku Direktur Clinic of
Applied Cellular Medicine, Kiel University Germany dan dengan klinik terapi sel
Praxisgemeinschaft fur Celltherapie yang berada di Duderstadt, sebagai tempat
belajar dan pengembangan terapi sel.
CNNIndonesia.com
menyebutkan bahwa Prof Fandrich dan Dr Nesselhut lewat Dr Marx dari
Praxisgemeinschaft für Zelltherapie mengungkapkan memang ada kerjasama
kesepakatan antara MoD dan RSPAD. Di Jerman, dokter menangani pasien dari
berbagai negara di dunia, sebagaimana terapi imun menunjukkan hasil positif
dalam sejumlah kasus di hampir semua jenis pasien kanker padat. Caranya
menggunakan terapi sel dendritik, termasuk juga penyakit inflammatory seperti
neuro-degeneratif menggunakan terapi sel regeneratif.
Menurut
Dr Marx, pengembangan dan penelitian akan bentuk baru dari pengobatan individu
pasien ini tidak pernah berhenti. Temuan baru membantu meningkatkan hasil dalam
mengatasi penyakit.
Prof
Fred Fandrich dari CAU University, kepada CNNIndonesia.com mengungkapkan
dirinya memang pernah memberikan kuliah akan topik imunoterapi di RSPAD. dr.
Terawan dan timnya di RSPAD dianjurkan menggunakan produk dari seluler itu
sebagai infusi anti-inflammatory, dan alat detoksifikasi mengatasi penyakit
kronis. Terapi yang menggunakan sel darah putih autologous (bukan stem cell)
itu dikembangkan untuk mengatasi penyakit kanker, autoimun dan regeneratif.
Menurut
Prof Fandrich, konsep pengobatan itu masih baru di Indonesia. Ia menilai
pengobatan itu aman, karena ada banyak uji klinis di Eropa yang menunjukkan
produk seluler autologous berdasarkan sel darah putih (disebut sel dendritik,
bukan sel punca) tidak berbahaya bagi pasien.
Proses pengembangannya di RSPAD juga memenuhi standar dan guidelines Eropa. Sel-sel
diproduksi dalam lingkungan laboratorium GMP dan menurut informasinya,
laboratorium tersebut telah disetujui oleh Menteri Kesehatan RI. Produk sel
dendritik, seperti produk sel dendritik (Provenge) untuk mengobati kanker
prostat hormon-refractory, telah disetujui oleh FDA AS. Pengobatan ini dinilai
lebih efisien dibanding kemoterapi dalam memperpanjang usia hidup pasien.
Dendreon mematok Harga Provenge di harga US$96,000 atau setara Rp1,2 miliar
untuk pengobatan penuh, terdiri dari empat vaksin anti tumor. Prof mengaku
tidak tahu harga perawatan terapi sel di Indonesia.
No comments:
Write commentsTerim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan