Pengelolaan Keuangan
Ratusan mahasiswa Universitas Howard menduduki gedung administrasi utama untuk hari kedua pada hari Jumat, melumpuhkan operasi di tengah protes didorong oleh wahyu tentang penyalahgunaan uang bantuan keuangan.
Ratusan mahasiswa Universitas Howard menduduki gedung administrasi utama untuk hari kedua pada hari Jumat, melumpuhkan operasi di tengah protes didorong oleh wahyu tentang penyalahgunaan uang bantuan keuangan.
“Kami
akan berada di sini selama waktu yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kami,”
Juan Demëtrixx, seorang mahasiswa Universitas Howard, mengatakan pada hari
Jumat pada sebuah konferensi pers pagi yang diadakan oleh HU Resist, kelompok
mahasiswa yang mengorganisir protes pada sejarah hitam universitas di
Washington. "Kami telah mengambil alih setiap lantai."
Dilansir
dari nytimes.com, anggota HU Resist, tidak puas dengan apa yang mereka sebut
"kelalaian administrasi," telah merencanakan suatu peristiwa dengan
mengangkat sembilan daftar tuntutan yang mereka keluarkan pada hari Minggu. Gerakan
protes dan duduk-duduk di gedung administrasi universitas telah dimulai sejak Kamis
pagi dan cepat berkembang. Pada satu sudut, sekelompok besar pengunjuk rasa
menyanyikan lagu Rihanna "Bitch Better Have My Money."
Kelompok
itu menuntut Howard untuk menyediakan perumahan yang layak bagi siswa yang
lebih muda, melucuti senjata polisi kampus dan untuk secara aktif memerangi
budaya perkosaan di kampus. Ini membuat beberapa tuntutan lainnya, termasuk
pengunduran diri langsung dari presiden universitas, Wayne A.I. Frederick, dan
komite eksekutif dewan pengawas. Rencana HU Resist dengan cepat berkembang
menjadi protes berpanjangan setelah pada hari Rabu Dr. Frederick mengonfirmasi terjadinya
kesalahan penanganan dana dan memecat enam karyawan.
Maya
McCollum, seorang mahasiswa berusia 19 tahun yang membantu mengatur aksi duduk,
mengatakan pada hari Jumat bahwa berita tentang uang bantuan keuangan yang
salah gunakan adalah "jerami yang mematahkan punggung unta." Sederetan
kursi sengaja ditempatkan menghalangi pintu masuk dan pintu-pintu kaca ditandai
dengan tanda tulisan tangan: “HANYA SISWA. (ID DIPERLUKAN.) ”
"Staf
bekerja untuk kami, bukan sebaliknya," kata Zephaniah Galloway, 19,
mahasiswa baru dari Cleveland dan anggota HU Resist.
Di
luar gedung, anggota dewan pengawas bertahan menunggu pertemuan dengan para
demonstran yang dijadwalkan sore hari. Eugene Newman, seorang anggota dewan
yang dikenal sebagai Rock, menolak berkomentar tentang skandal bantuan keuangan
tetapi menyiapkan lima orang bertubuh tegap kepada seorang mahasiswa yang
datang untuk menyambutnya.
Pertemuan
itu tidak mampu menenangkan HU Resist. Pada Jumat malam, kelompok itu
mengatakan bahwa dewan tidak menanggapi dengan serius bahkan sepenuhnya menanggapi
kemungkinan aksi menempati gedung itu akan terus berlangsung itu, di mana para
anggota HU Resist mengendalikan semua pintu masuk dan keluar. Pada
hari Jumat, Dr. Frederick mengeluarkan sebuah pernyataan yang membahas tuntutan
HU Resist.
"Howard University telah melahirkan generasi aktivis mahasiswa
dan kami akan selalu melanjutkan semangat itu. Kekhawatiran Anda valid. Kami mendengarkan. Kami berkomitmen untuk bersama-sama membuat perubahan untuk mendorong Howard maju," kata Dr Frederick.
Pernyataan
itu termasuk daftar tuntutan dan informasi HU Resist mengenai upaya yang dia
katakan telah dilakukan atau direncanakan oleh universitas untuk setiap item -
meskipun dia tidak menjawab tuntutan untuk pengunduran dirinya. Para
pengunjuk rasa tidak tampak tergerak dengan tanggapannya.
Di gedung administrasi
pada hari Jumat sore, di mana daftar tuntutan ditulis di atas kertas besar di dalam kotak osong dan kaleng yang bertebaran di lantai dan
digantung di atas pintu masuk utama, puluhan siswa berkumpul di foyer, sembari melafalkan,
“Sekolah siapa? Sekolah kami! "
Mereka sudah ada sejak Kamis sore. Pernyataan
yang dirilis pada hari Rabu oleh presiden universitas tidak mengungkapkan
berapa banyak uang yang berpotensi digelapkan oleh anggota kantor bantuan
keuangan. Namun dikatakan bahwa enam karyawan telah dipecat "karena
kesalahan besar dan mengabaikan tugas."
Dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat sore, Dr. Frederick yang didampingi dewan pengawas mengatakan,
"Kami akan merujuk masalah ini untuk penuntutan pidana, sebagaimana
mestinya." tentang penanganan masalah bantuan keuangan dan
tanggapannya terhadap tuntutan HU Resist.
Dr. Frederick dan dewan pengawas baru menyadari bahwa dana
bantuan keuangan mungkin telah salah penanganan, dan dengan cepat mendorong
penyelidikan internal. Universitas menyewa auditor luar
untuk menyelidikinya. Hasil tersebut, yang dilaporkan kepada presiden pada Mei
2017, menegaskan bahwa penyelewengan dana telah terjadi sejak 2007 hingga 2016. Selanjutnya kasus ini dilaporkan ke Departemen Pendidikan Amerika Serikat
pada bulan Juli 2017. Investigasi Howard berakhir pada bulan September dan
enam karyawan dipecat.
Biaya Pendidikan
Aksi
mahasiswa Unsimar yang digelar sejak Senin (16/10/2017) melumpukan aktivitas
kampus, termasuk perkuliahan. Tidak hanya itu, sebagai ungkapan kemarahan,
mahasiswa membakar ban bekas dan beberapa kursi. Aksi protes yang melibatkan
mahasiswa dari berbagai fakultas dan jurusan ini memprotes biaya pendidikan
yang terus naik, fasilitas kampus yang tidak layak dan transparansi dana
pembangunan.
“Mahasiswa
diperhadapkan dengan biaya perkuliahan yang makin mahal. Pungutan dana ke
mahasiswa juga makin banyak,” kata Ryan Lawira, mahasiswa Fakultas Hukum
Unsimar. Menurut dia, biaya kuliah yang dibayarkan oleh mahasiswa tidak
sebanding dengan fasilitas yang dinikmati. Selain itu, pengelolaan dana kampus
tidak transparan. Karena itu, dalam aksinya mahasiswa menuntut transparansi
pengelolaan dana kampus. Mereka juga menuntut penjelasan soal beberapa
pungutan, seperti koperasi mahasiswa, yang tidak jelas penggunaannya. Mahasiswa
juga menuntut pihak Universitas menurunkan biaya per semester, karena sudah
terlalu mahal dan sulit dijangkau oleh kelas menengah ke bawah.
Merespon
tuntutan mahasiswa, Rektor Unsimar Kisman Lantang mengatakan, biaya pembangunan
sebagaimana tercantum dalam slip SPP telah digunakan untuk pembebasan lahan
untuk pembangunan gedung baru. Sementara pungutan koperasi sudah tidak ada lagi
sejak 3 tahun terakhir. Kopma saat ini sudah tidak ada lagi pengurus, jadi
tidak ada lagi pungutan.
Sebagai
bentuk ketidakpuasan atas pernyataan itu, mereka memutuskan untuk menggelar
aksi pendudukan kampus hingga tuntutan mereka direalisasikan.
Pengelolaan Manajemen
Mahasiswa
Program Studi (Prodi) Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Baturaja
(Unbara) diduga sebagai kritik atas berbagai pelayanan di prodi tersebut
khususnya berkaitan dengan mahasiswa (Rabu 10/1/2018). Sebagaimana diketahui
sebelumnya, di salah satu bagian dinding di sudut bangunan Fakultas Teknik dan
Pertanian itu terdapat tulisan berbunyi "Ganti saja Kaprodi Agri
Suryanawati kalau tidak bisa melayani mahasiswa".
Beberapa
mahasiswa prodi Agribisnis membenarkan jika terjadi gejolak antara mahasiswa
dan prodi tersebut lantaran mahasiswa merasa dirugikan atas kebijakan tak mau
melayani itu. Bahkan diakui mahasiswa, mereka sempat dikumpulkan dalam satu
rungan setelah ada gejolak ini. Namun pihak kampus membantah ada gejolak di
tubuh prodi agribisnis dengan mahasiswanya.
Berbeda
dengan aksi di UNBARA, mahasiswa Universitas Hasanuddin, Makassar, menggelar
demonstrasi menuntut pencabutan skors terhadap Mohammad Nur Fiqri dan Rezki
Ameliyah Arief, Kamis (8/2/2018). Demonstrasi diikuti oleh setidaknya 100
mahasiswa dari berbagai jurusan. Mereka bergantian menyampaikan pidato
solidaritas, diikuti oleh sambutan dan tepuk tangan yang lain. Di bagian depan
massa, terhampar baliho bertulis "Pukul Mundur fasisme."
Fiqri
dan Rezki adalah penempel poster "Kampus Rasa Pabrik", 18 Januari
lalu. Melalui keterangan tertulis, Fiqri dan Rezki mengatakan bahwa tujuan
mereka menempel Poster-poster yang ditempel pada malam hari, sekitar pukul
01.30 WITA itu adalah "untuk mendobrak ketidakpedulian orang-orang dengan
ketimpangan yang terjadi di sekitar mereka." Menurut mereka isi poster itu
sesuai dengan kenyataan, bahwa institusi pendidikan memang jadi
"pabrik", dan "nilai intelektual" adalah komoditasnya. Ternyata
apa yang dilakukan Fiqri dan Rezki sudah dipantau. Setelah berbagai proses
panjang dan ruwet, pada 30 Januari 2018, keduanya mendapat Surat Keputusan
Rektor Universitas Hasanuddin No. 052/UN4.1/KEP/2018, yang isinya menjelaskan
bahwa keduanya diskors selama dua semester. Komisi Disiplin memvonis mereka
bersalah.
"Kami
rasa menempelkan poster tersebut merupakan suatu tindakan protes terhadap apa
yang terjadi di kampus sekarang ini. Di mana kampus sekarang ini hadir sebagai
produk kapitalisme yang hanya mencetak kelompok tertentu dan hanya sebagai
industri belaka," kata Rezki Ameliyah di Kampusnya, Rabu (7/2/2018)
seperti dilansir dari Okezone.com.
Melia
menilai bahwa, sikap pimpinan di perguruan tinggi tersebut juga menunjukkan
adanya semacam paranoia yang berlebihan terhadap masyarakat kampus, dan
kemudian terus dilestarikan hingga menimbulkan sikap anti-kritik. Kampusnya
sendiri tidak memiliki etika terhadap sistem demokrasi yang saat ini diatur
dalam konstitusi. Tindakan yang menurutnya semena-mena tersebut merupakan salah
satu bentuk kriminalisasi yang dilakukan pihak kampus. Ia beranggapan, kampus
sekarang hanya melahirkan produk kapitalisme modern tanpa bisa lagi menelurkan
pemikir-pemikir hebat untuk perbaikan bangsa.
Begitulah
alasan mahasiswa mengkritik kampusnya dan aksi mereka bisa saja melumpuhkan
aktifitas kampus.
Semoga
bermanfaat.
No comments:
Write commentsTerim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan