KOMPI+25

Komunitas Pendidikan Indonesia

Jaringan Komunikasi KOMUNITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Monday 5 March 2018

Manusia Berhasil Coba Hidup di Planet Mars Selama Empat Hari.

Posted by   on Pinterest

Pada hari Minggu (18/2/18), percobaan simulasi kondisi kehidupan di Planet Merah telah berhasil dilakukan. Tim peneliti melakukan hidup dalam habitat Mars itu selama empat hari di Gunung Negev, yang terletak di dekat kota Mitzpe Ramon yang terisolasi di Israel. Mereka terdiri dari ahli astrobiologi dari Prancis, Fisikawan dari Jerman, pilot, arsitek, jurnalis dan ilmuwan yang ahli di bidang pertanahan.

Menurut Kementerian Ilmu dan Teknologi Israel, daerah itu menyerupai lingkungan di Mars secara geologi, kegersangan, penampakan, dan ketandusannya. Enam orang yang direkrut NASA diisolasi dengan tidak memiliki kontak untuk berhubungan dengan orang lain selama satu tahun. Isolasi mereka sudah dilakukan mulai Jumat (28/8/2015). Mereka akan tinggal di tenda dome.

Seperti dikutip dari Reuters, Senin, 19 Februari 2018, persiapan perjalanan ke Mars rupanya tidak hanya dilakukan Amerika saja, tapi juga Israel. Untuk mempersiapkan misi Mars, tim Israel melakukan percobaan habitat dan kini mereka telah merampungkannya. Percobaan dilakukan di dekat kota terisolasi Israel Mitzpe Ramon, yang sekitarnya menyerupai lingkungan Mars dalam geologi, penampilan, dan kesulitannya. Peserta sedang menyelidiki berbagai bidang yang relevan dengan misi Mars masa depan, termasuk komunikasi satelit, efek psikologis dari isolasi, pengukuran radiasi, dan pencarian tanda-tanda kehidupan.

Dikutip dari Daily Mail, Rabu (21/2/2018), Proyek yang dinamai “D-Mars” untuk pertama kalinya diadakan di Israel bekerja sama dengan Badan Antariksa Israel. Simulasi Proyek D-Mars, salah satu dari sejumlah proyek simulasi Mars yang berlangsung di seluruh dunia ini dilakukan di dekat kota terisolasi Israel, Mitzpe Ramon. Daerah itu menyerupai lingkungan di Mars secara geologi, kegersangan, penampakan, dan ketandusannya termasuk tingkat kesulitan kehidupannya.

Menurut Kementerian Ilmu dan Teknologi Israel, dalam percobaan ini, tim peneliti menyelidiki berbagai bidang yang relevan dengan misi Mars di masa depan, termasuk komunikasi satelit, dampak psikologis dari isolasi, pengukuran radiasi, dan pencarian tanda-tanda kehidupan di tanah. Dalam simulasi tersebut, keenam ilmuwan yang disertakan akan mencoba beradaptasi dengan kondisi di planet merah tersebut. Para peserta menyelidiki berbagai bidang yang relevan dengan misi Mars di masa depan. Misi tersebut antara lain satelit komunikasi, dampak psikologis dari isolasi, pengukuran radiasi dan pencarian tanda-tanda kehidupan.

"D-Mars merupakan setengah tentang penelitian, dan separuh lainnya merupakan tentang penjangkauan. Bagian utama dari proyek ini ialah mendapatkan minat publik dan membuat para siswa tertarik pada luar angkasa," kata Ruy Gon profesor fisika nuklir dari Hebrew University Yerusalem salah seorang peneliti yang ikut serta dalam proyek D-Mars.

Pada November tahun lalu, Uni Emirat Arab menggelontorkan dana hingga lebih US$5,4 miliar atau Rp73 triliun untuk mencoba melakukan percobaan untuk bercocok tanam buah dan sayur di planet berwarna merah tersebut. Diketahui, UAE Space Agency memanfaatkan Bumi sebagai lahan percobaan. Para ilmuwan menyatakan daratan Mars tak jauh beda dengan padang pasir Bumi. Keduanya sama-sama tampak tak bisa ditinggali terutama untuk tumbuhan.

"Ada kesamaan antara Mars dan padang pasir. Lanskap dan tanah UAE mirip dengan Mars," kata Senior Strategic Planner UAE Space Agency, Rashid Al Zaabi, dikutip dari BBC. Penelitian itu merupakan bagian dari persiapan negara minyak ini untuk menghadapi akhir masa gemilang tambang minyak, salah satu penyumbang pendapatan terbesar negara tersebut. UAE berencana melakukan penelitian di Mars pada 2020 mendatang. Sebagai satu dari sembilan negara yang ikut melakukan penelitian terhadap planet ini. Jika usaha ini berhasil, UAE akan mengirim manusia ke sana dalam waktu 100 tahun ke depan.

Dilansir dari The Independent, proyek sejenis "D-MARS" telah dimulai sejak lama. Dalam percobaan Jumat (28/8/15) yang lalu, Relawan mendapatkan pengawasan yang ketat karena mereka akan tinggal berdampingan di sebuah gunung berapi yang tandus di Hawaii. Mereka tidak akan dapat meninggalkan tenda dome tanpa pakaian ruang angkasa. Mereka juga  dipaksa untuk pergi tanpa udara segar dan makanan untuk satu tahun penuh. Setiap gerakan akan dipantau oleh kamera dan pelacak gerakan tubuh. Pemantauan ini bertujuan untuk menilai kohesi kelompok dari waktu ke waktu, dengan harapan mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari efek isolasi. Dalam percobaan ini, tim peneliti menyelidiki berbagai bidang yang relevan dengan misi Mars di masa depan, termasuk komunikasi satelit, dampak psikologis dari isolasi, pengukuran radiasi, dan pencarian tanda-tanda kehidupan di tanah. Mereka terdiri dari ahli astrobiologi dari Prancis, Fisikawan dari Jerman, pilot, arsitek, jurnalis dan ilmuwan yang ahli di bidang pertanahan. 

Menurut Badan Antariksa AS (NASA) dalam simulasi kehidupan di Mars enam orang yang direkrut NASA akan diisolasi dengan tidak memiliki kontak untuk berhubungan dengan orang lain selama satu tahun. Mereka akan tinggal di tenda dome. Sebagai bagian dari simulasi perjalanan ke Planet Mars ke enam orang dari Rusia, Eropa, dan Cina itu harus mempersiapkan diri dengan menghabiskan 520 hari bersama dalam sebuah alat terisolasi. Tujuannya, adalah untuk mengukur seberapa lama isolasi itu mempengaruhi manusia. Relawan akan mendapatkan pengawasan yang ketat karena mereka akan tinggal berdampingan di sebuah gunung berapi yang tandus di Hawaii. Mereka tidak akan dapat meninggalkan tenda dome tanpa pakaian ruang angkasa. Mereka juga  dipaksa untuk pergi tanpa udara segar dan makanan untuk satu tahun penuh. Setiap gerakan akan dipantau oleh kamera dan pelacak gerakan tubuh. Pemantauan ini bertujuan untuk menilai kohesi kelompok dari waktu ke waktu, dengan harapan mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari efek isolasi. 

Sebelumnya, Senin (9/6/2015), uji coba sistem pendaratan ke Mars yang dilakukan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat berakhir mengecewakan, ketika itu kendaraan berbentuk piring tersebut gagal membentangkan parasutnya di atas Samudera Pasifik. Setelah beberapa kali mengalami penundaan akibat cuaca terkait, balon helium terbesar di dunia yang disebut Low-Density Decelerator Supersonic (LDSD) diluncurkan dari pangkalan militer di Hawaii. 

Upaya kedua dari para insinyur NASA itu merupakan kegagalan serupa yang menimpa uji coba sistem parasut baru pada Juni 2014. "Piring terbang" itu memiliki diameter 30 meter, berbobot lebih dari 3.000 kilogram, sekitar dua kali berat dari roket pendorong Space Launch System (SLS) sepanjang 53.9 meter yang telah sukses diuji coba mendarat di Mars pada Rabu (11/3/2015) di fasilitas Promontory, Utah. Dalam uji coba itu, Space Launch System (SLS), berhasil mengeluarkan daya dorong yang menghasilkan api dan asap selama dua menit. Mesin dari roket yang memiliki daya 22 juta ton tenaga kuda itu meraung dan membuat daerah sekitarnya bergetar di pedesaan Promontory.

SUMBER :

www.liputan6.com
www.cnnindonesia.com
 www.voaindonesia.com




No comments:
Write comments

Terim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan

KABAR TEMAN

ARSIP

*** TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG *** SEMOGA BERMANFAAT *** SILAHKAN DATANG KEMBALI ***
Komunitas Pendidikan Indonesia. Theme images by MichaelJay. Powered by Blogger.
Hai, Kami Juga Hadir di Twitter, like it - @iKOMPI25
Kirim Surat