Pada hari Minggu
(18/2/18), percobaan simulasi kondisi kehidupan di Planet Merah telah berhasil dilakukan. Tim peneliti melakukan hidup dalam habitat Mars itu selama empat hari di Gunung Negev,
yang terletak di dekat kota Mitzpe Ramon yang terisolasi di Israel. Mereka
terdiri dari ahli astrobiologi dari Prancis, Fisikawan dari Jerman, pilot,
arsitek, jurnalis dan ilmuwan yang ahli di bidang pertanahan.
Menurut
Kementerian Ilmu dan Teknologi Israel, daerah itu menyerupai lingkungan di Mars
secara geologi, kegersangan, penampakan, dan ketandusannya. Enam orang yang
direkrut NASA diisolasi dengan tidak memiliki kontak untuk berhubungan dengan
orang lain selama satu tahun. Isolasi mereka sudah dilakukan mulai Jumat (28/8/2015).
Mereka akan tinggal di tenda dome.
Seperti
dikutip dari Reuters, Senin, 19 Februari 2018, persiapan perjalanan ke Mars
rupanya tidak hanya dilakukan Amerika saja, tapi juga Israel. Untuk
mempersiapkan misi Mars, tim Israel melakukan percobaan habitat dan kini mereka
telah merampungkannya. Percobaan dilakukan di dekat kota terisolasi Israel
Mitzpe Ramon, yang sekitarnya menyerupai lingkungan Mars dalam geologi,
penampilan, dan kesulitannya. Peserta sedang menyelidiki berbagai bidang yang
relevan dengan misi Mars masa depan, termasuk komunikasi satelit, efek psikologis
dari isolasi, pengukuran radiasi, dan pencarian tanda-tanda kehidupan.
Dikutip dari
Daily Mail, Rabu (21/2/2018), Proyek yang dinamai “D-Mars” untuk pertama
kalinya diadakan di Israel bekerja sama dengan Badan Antariksa Israel. Simulasi Proyek D-Mars, salah satu dari sejumlah proyek simulasi Mars yang berlangsung di
seluruh dunia ini dilakukan di dekat kota terisolasi Israel, Mitzpe Ramon. Daerah itu menyerupai lingkungan di Mars secara geologi, kegersangan, penampakan, dan ketandusannya termasuk tingkat kesulitan kehidupannya.
Menurut Kementerian Ilmu dan Teknologi Israel, dalam percobaan ini, tim peneliti menyelidiki berbagai bidang yang relevan dengan misi Mars di masa depan, termasuk komunikasi satelit, dampak psikologis dari isolasi, pengukuran radiasi, dan pencarian tanda-tanda kehidupan di tanah. Dalam simulasi tersebut, keenam ilmuwan yang disertakan akan mencoba beradaptasi dengan kondisi di planet merah tersebut. Para peserta menyelidiki berbagai bidang yang relevan dengan misi Mars di masa depan. Misi tersebut antara lain satelit komunikasi, dampak psikologis dari isolasi, pengukuran radiasi dan pencarian tanda-tanda kehidupan.
"D-Mars merupakan setengah tentang penelitian, dan separuh lainnya merupakan tentang penjangkauan. Bagian utama dari proyek ini ialah mendapatkan minat publik dan membuat para siswa tertarik pada luar angkasa," kata Ruy Gon profesor fisika nuklir dari Hebrew University Yerusalem salah seorang peneliti yang ikut serta dalam proyek D-Mars.
Pada November tahun lalu, Uni Emirat Arab menggelontorkan dana hingga
lebih US$5,4 miliar atau Rp73 triliun untuk mencoba melakukan percobaan untuk
bercocok tanam buah dan sayur di planet berwarna merah tersebut. Diketahui, UAE
Space Agency memanfaatkan Bumi sebagai lahan percobaan. Para ilmuwan menyatakan
daratan Mars tak jauh beda dengan padang pasir Bumi. Keduanya sama-sama tampak
tak bisa ditinggali terutama untuk tumbuhan.
"Ada
kesamaan antara Mars dan padang pasir. Lanskap dan tanah UAE mirip dengan
Mars," kata Senior Strategic Planner UAE Space Agency, Rashid Al Zaabi,
dikutip dari BBC. Penelitian itu merupakan bagian dari persiapan negara minyak
ini untuk menghadapi akhir masa gemilang tambang minyak, salah satu penyumbang
pendapatan terbesar negara tersebut. UAE berencana melakukan penelitian di Mars
pada 2020 mendatang. Sebagai satu dari sembilan negara yang ikut melakukan
penelitian terhadap planet ini. Jika usaha ini berhasil, UAE akan mengirim
manusia ke sana dalam waktu 100 tahun ke depan.
Dilansir dari The Independent, proyek sejenis "D-MARS" telah dimulai sejak lama. Dalam percobaan Jumat (28/8/15) yang lalu, Relawan mendapatkan pengawasan yang ketat karena mereka akan tinggal berdampingan di sebuah gunung berapi yang tandus di Hawaii. Mereka tidak akan dapat meninggalkan tenda dome tanpa pakaian ruang angkasa. Mereka juga dipaksa untuk pergi tanpa udara segar dan makanan untuk satu tahun penuh. Setiap gerakan akan dipantau oleh kamera dan pelacak gerakan tubuh. Pemantauan ini bertujuan untuk menilai kohesi kelompok dari waktu ke waktu, dengan harapan mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari efek isolasi. Dalam percobaan ini, tim peneliti menyelidiki berbagai bidang yang relevan dengan misi Mars di masa depan, termasuk komunikasi satelit, dampak psikologis dari isolasi, pengukuran radiasi, dan pencarian tanda-tanda kehidupan di tanah. Mereka terdiri dari ahli astrobiologi dari Prancis, Fisikawan dari Jerman, pilot, arsitek, jurnalis dan ilmuwan yang ahli di bidang pertanahan.
Menurut Badan Antariksa AS (NASA) dalam simulasi kehidupan di Mars enam orang yang direkrut NASA akan diisolasi dengan tidak memiliki kontak untuk berhubungan dengan orang lain selama satu tahun. Mereka akan tinggal di tenda dome. Sebagai bagian dari simulasi perjalanan ke Planet Mars ke enam orang dari Rusia, Eropa, dan Cina itu harus mempersiapkan diri dengan menghabiskan 520 hari bersama dalam sebuah alat terisolasi. Tujuannya, adalah untuk mengukur seberapa lama isolasi itu mempengaruhi manusia. Relawan akan mendapatkan pengawasan yang ketat karena mereka akan tinggal berdampingan di sebuah gunung berapi yang tandus di Hawaii. Mereka tidak akan dapat meninggalkan tenda dome tanpa pakaian ruang angkasa. Mereka juga dipaksa untuk pergi tanpa udara segar dan makanan untuk satu tahun penuh. Setiap gerakan akan dipantau oleh kamera dan pelacak gerakan tubuh. Pemantauan ini bertujuan untuk menilai kohesi kelompok dari waktu ke waktu, dengan harapan mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari efek isolasi.
Sebelumnya, Senin
(9/6/2015), uji coba sistem pendaratan ke Mars yang dilakukan oleh Badan
Antariksa Amerika Serikat berakhir mengecewakan, ketika itu kendaraan berbentuk
piring tersebut gagal membentangkan parasutnya di atas Samudera Pasifik. Setelah
beberapa kali mengalami penundaan akibat cuaca terkait, balon helium terbesar
di dunia yang disebut Low-Density Decelerator Supersonic (LDSD) diluncurkan
dari pangkalan militer di Hawaii.
Upaya kedua dari para insinyur NASA itu
merupakan kegagalan serupa yang menimpa uji coba sistem parasut baru pada Juni 2014.
"Piring terbang" itu memiliki diameter 30 meter, berbobot lebih dari
3.000 kilogram, sekitar dua kali berat dari roket pendorong Space Launch System
(SLS) sepanjang 53.9 meter yang telah sukses diuji coba mendarat di Mars pada
Rabu (11/3/2015) di fasilitas Promontory, Utah. Dalam uji coba itu, Space Launch System (SLS), berhasil mengeluarkan
daya dorong yang menghasilkan api dan asap selama dua menit. Mesin dari roket yang
memiliki daya 22 juta ton tenaga kuda itu meraung dan membuat daerah sekitarnya
bergetar di pedesaan Promontory.
SUMBER :
www.liputan6.com
www.cnnindonesia.com
www.voaindonesia.com
No comments:
Write commentsTerim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan