KOMPI+25

Komunitas Pendidikan Indonesia

Jaringan Komunikasi KOMUNITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Tuesday 20 March 2018

Waspada : Krisis Air di Indonesia Terus Berlangsung

Posted by   on Pinterest

Dampak kekeringan terus mendera warga. Warga Desa Cijayanti, Bogor. Warga terpaksa mengambil air dari sebuah kubangan dari tumpukan batu besar. Petani di Jambi merugi, padi yang mereka tanam cukup lama mati kekurangan air.

Warga Ciamis kini mengeluhkan buruknya pasokan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Galuh, Ciamis, Jawa Barat yang telah mengurangi pasokan menyusul semakin langkanya aliran air Sungai Cileer. Musim kemarau yang parah tidak hanya membuat warga kesulitan, tapi termasuk juga menyebabkan turunnya produksi PDAM Tirta Galuh (Senin 10/8/2015). Ini disebabkan karena PDAM Tirta Galuh menyusul langkanya pasokan air dari sungai Cileer di Desa Imbanegara. Satu bak pengolahan bahkan berhenti beroperas. Menurunnya pasokan air terlihat dari 2 pipa pemasok dan hanya satu yang mengalir, itu pun hanya separuh. Selama ini PDAM Ciamis hanya mengandalkan sungai Cileer sebagai pemasok airnya. Namun saat kemarau seperti ini PDAM tak mampu melayani maksimal 7.200 pelanggannya.

Melihat langkanya air juga membuat Dudus, seorang pemuda di Tasikmalaya mendapatkan ide.  Ia beralih profesi dari petani menjadi penjual air bersih keliling sejak sebulan terakhir. Sepeda motor tua miliknya dimodifikasi hingga bisa membuat 3 jeriken pengangkut air yang diambilnya dari mata air perbukitan. Satu jeriken 30 liter dijualnya seharga Rp 2500. Dalam sehari ia bisa 20 kali bolak-balik dari mata air ke permukiman. Warga menilai jasa Dudus ini jauh lebih murah ketimbang harus membeli air isi ulang kemasan. Apalagi Dudus tak segan memikul jeriken air dan memasukkannya langsung ke bak penampungan air.

Warga kecamatan Cigalontang, Tasikmalaya memang selalu didera kekeringan tiap kali kemarau tiba. Akibatnya warga yang tak memliki uang untuk membeli air harus mengambil sendiri air bersih itu ke sumber air yang berjarak 2 km dari rumah mereka.

Warga di RT 04 RW07, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, sudah sebulan terpaksa menggunakan air selokan untuk keperluan mencuci, mandi, bahkan memasak dan minum karena sumur milik mengering. "Sudah sebulan sumur tidak ada airnya, kering," kata Dede, salah seorang warga, Sabtu, 19 September 2015. Dede menjelaskan, air selokan itu disedot dengan menggunakan pompa air. Warga memasang pompa air di tepi selokan. "Daripada tidak ada air," ucap Dede. Pantauan di lapangan, kondisi air selokan tidak terlalu keruh. Di bibir selokan, ada sekitar sepuluh pompa air yang digunakan warga menyalurkan air ke rumah-rumah. Jarak antara selokan dan rumah warga sekitar 70 meter. Agar kualitas air agak baik, warga menggali lubang di dekat sumur yang kering. Air selokan lantas dimasukkan lebih dahulu ke lubang itu. Perlahan-lahan, air dari lubang merembes ke dalam sumur, sehingga air selokan di dalam sumur agak jernih.

Di Kabupaten Cilacap, hingga saat ini tercatat ada 17.505 KK berjumlah 50.408 jiwa yang sudah mengalami kesulitan mendapat air bersih. ''Mereka tinggal di 86 desa wilayah 15 kecamatan yang mengalami krisis air bersih,'' jelas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Tri Komara Sidhy, Kamis (17/9/15). Kabupaten Cilacap, mengalami rawan kekeringan sejak Juli 2015 lalu. Droping bantuan air bersih sudah dilakukan ke desa-desa Namun tidak semua desa-desa yang rawan kekeringan mendapat pasokan. Sejauh ini, baru 34 desa di wilayah 11 kecamatan yang sudah mendapat bantuan air bersih. 

''Anggaran kita tidak terlalu banyak. Tahun ini hanya dianggaran Rp 97 juta, untuk penyaluraran air bersih. Karena itu, penyaluran air bersih kita salurkan hanya pada desa-desa yang sudah benar-benar mengalami krisis air. Sedangkan yang masih bisa mengusahakan pasokan air dari mata air terdekat, kita tunda dulu. Wilayah yang kondisi kekeringannya paling parah, berada di wilayah Kecamatan Patimuan dan Kawunganten. Di Kecamatan Patimuan, setidaknya terdapat  4.440 KK berjumlah 13.323 jiwa yang mengalami krisis air bersih. Sedangkan di wilayah Kawunganten, ada 4.421 KK berjumlah 11.550 jiwa yang mengalami krisis air besih. ''Ke wilayah-wilayah tersebut, droping air dilakukan setiap hari karena memag tidak ada sumber air terdekat yang masih mengeluarkan air. Hampir semua sumber air yang berada di bekas rawa-rawa kering wilayah tersebut, sudah kering,'' jelasnya.

Di Klaten, Jawa Tengah, warga membuat sumur di tepi jurang sungai yang kering. Warga berharap pemerintah memberi perhatian atas nasib mereka. Ide membuat sumur di dasar jurang ini dilakukan warga setelah setiap musim kemarau warga selalu kesulitan air bersih, dan warga tidak pernah mendapat bantuan air dari pemerintah.
Sementara di Banyumas, Jawa Tengah, warga yang sedang berburu air bersih justru mendapatkan sebuah sumber mata air yang rasanya manis. Sumber ini kini menjadi tumpuan warga. Tak hanya untuk minum dan memasak, lokasi sumber yang dekat dengan sungai ini juga dimanfaatkan warga untuk mencuci dan mandi. Karena sumber mata airnya melimpah dan tidak pernah kering meskipun musim kemarau yang panjang.

Di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Bencana kekeringan melanda 8 kecamatan. Untuk pemenuhan kebutuhan air bersih, warga pun mengandalkan dropping tangki air bersih dari pemerintah setempat. Warga juga rela menjual hewan ternaknya guna membeli tangki air bersih untuk kebutuhan rumah tangga mereka. Ngatmin, Warga Ngrimbal, Paranggupito mengatakan, bencana kekeringan yang melanda sejak 2 bulan lalu menyebabkannya kesulitan mendapatkan air bersih. Bak penampungan air hujan yang biasanya diandalkan untuk kebutuhan air bersih, telah habis seiring berakhirnya musim penghujan.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, dia hanya bisa mengandalkan droping air bersih dari tangki air bersih dari PT Sido Muncul di Lapangan Gelaran, Paranggupito, Wonogiri, Jawa Tengah. Padahal harga 1 tangki air bersih mencapai Rp 150 ribu hingga Rp 160 ribu. Untuk bisa membeli air, jalan satu-satunya adalah menjual hewan ternak. "Saya sudah menjual 1 ekor kambing yang dihargai Rp 600 ribu. Uang hasil penjualan kambing itu cukup untuk membeli 4 tangki air bersih. Yang menjual ternak untuk membeli air bersih tidak hanya saya, tapi banyak," keluh dia.

Kepala BPBD Wonogiri Bambang Haryanto menuturkan musim kemarau tahun ini menyebabkan 8 kecamatan di Kabupaten Wonogiri mengalami bencana kekeringan. Warga di 38 desa hanya mengandalkan pasokan air bersih dari dropping tangki. "Salah satu kecamatan yang mengalami kekeringan itu Paranggupito. Di sana terdapat 8 desa yang mengalami kekeringan," kata Bambang. Untuk mengatasi krisis air bersih tersebut, BPBD telah melakukan bantuan dropping tangki air bersih di sejumlah bak penampungan milik warga, sebanyak 264 tangki di titik-titik yang mengalami kekeringan. Pihaknya berharap ada bantuan dari pihak ketiga untuk menyerahkan bantuan dropping air bersih.

PT Sido Muncul. menyerahkan bantuan 2 ribu tangki air bersih kepada sejumlah daerah di Jawa Tengah yang mengalami bencana kekeringan. "Selain untuk dropping air bersih di Wonogiri, kami juga akan melakukan penyerahan bantuan dropping air bersih, ke sejumlah daerah lainnya yang mengalami kekeringan di Jawa Tengah, seperti Rembang dan Blora," ucap Direktur Utama PT Sido Muncul Irwan Hidayat mengatakan. Khusus Wonogiri, akan menyuplai kebutuhan air bersih kepada warga di 8 kecamatan 740 tangki air bersih. Masing-masing daerah akan berbeda jumlah dropping tangki air bersihnya, tergantung jumlah penduduk di suatu daerahnya. Selain memberikan bantuan dropping air bersih di wilayah Jawa Tengah, PT Sido Muncul juga akan menyerahkan bantuan tangki air bersih di wilayah Jawa Timur, serta Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mengalami kekeringan.

Para petani yang tinggal di Desa Jubuk, Kecamatan Parakan, Temanggung, Jawa Tengah sementara beralih profesi demi terus mempertahankan hidup  menjadi penggali pasir di sepanjang Sungai Galeh (8/8/2015). Selain mencari pasir, ada juga yang menjadi pencari batu di dasar sungai. Para pencari pasir dan batu diperkirakan bisa mendapat uang Rp 100 hingga Rp 200 ribu per harinya. Dan hasil tersebut menjadi penyambung hidup mereka di kala musim kemarau panjang.

Di Magetan, Jawa Timur, petani padi pada musim kemarau ini beralih menanam palawija. Hal ini dilakukan karena tanaman ini tidak banyak membutuhkan air. Sementara itu petani lain banyak yang membiarkan lahan pertaniannya kosong.

Warga di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) Provinsi Sulawesi Utara mengalami krisis air bersih akibat kemarau yang berlangsung cukup lama di daerah tersebut. "Memang diakui saat ini di Kabupaten Sitaro mulai mengalami krisis air bersih. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sitaro tidak tinggal diam dan telah mengantisipasinya dengan menyediakan air bersih kepada masyarakat Kami mulai menyuplai air bersih kepada masyarakat untuk diminum dan dimasak. Memang, debit air mulai menurun karena kemarau yang cukup panjang saat ini. Tetapi, setiap dua hari pemerintah menyuplai air bersih di semua desa di Kabupaten Kepulauan Sitaro untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat tersebut," kata Bupati Sitaro Tony Supit di Manado.

Air sangat penting bagi kesehatan manusia. Masalahnya adalah kita bersaing dengan alam yang juga membutuhkan air untuk menjaga ekosistemnya. Kita juga terus menyalahgunakan sumber daya air yang ada di Bumi, sekarang kita harus siap untuk menerima konsekuensinya. Meskipun tiga perempat dari bumi adalah air, tetapi hanya satu persen yang layak untuk dikonsumsi manusia sehingga, air menjadi berbahaya bila diminum dalam kondisi darurat.

Penyediaan air bersih kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan lingkungan atau kesehatan masyarakat. Salah satu masalah yang kita hadapi saat ini adalah masih rendahnya tingkat pelayanan air kepada masyarakat. Sehingga, kualitas air akan menghadapkan manusia dengan antara lain: Waterborne Disease, seperti: Disentri,Tifus dan Paratyphus, Kolera, Hepatitis A, dan Akut Anterior Poliomelistis.

Di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, kontaminasi oleh mikroorganisme (bakteri atau virus) ke badan air dan pasokan air yang sering terjadi, dan bahkan yang perlu diwaspadai adalah polusi faktor kimia dan fisika, misalnya kontaminasi oleh senyawa polutan mikro yang mutagenik dan/atau penyebab kanker (karsinogenik). Hal ini sering muncul sebagai akibat dari urbanisasi dan industrialisasi dan juga karena penggunaan teknologi produksi yang sering tidak atau kurang ramah terhadap lingkungan atau kesehatan masyarakat.

Pada tahun 2013, penelitian Jim Woodcock, konsultan masalah air dan sanitasi dari bank dunia, membuktikan bahwa dari sekitar dua ratus jutaan orang Indonesia, hanya 20% yang memiliki akses ke air bersih. Sebagian besar berada di daerah perkotaan. Adapun sisanya, atau sekitar 80% masyarakat Indonesia masih mengkonsumsi air yang tidak layak untuk kesehatan. Hasilnya adalah bayi di Indonesia kurang lebih 100.000 tewas setiap tahun akibat diare, penyakit sekunder yang paling mematikan untuk infeksi saluran pernapasan akut. Penyebab utama, jelas kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi.
Oleh karena itu, masyarakat di Indonesia harus sadar lingkungan. Pemerintah juga harus mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk digunakan meningkatkan pelayanan air bersih dan sanitasi.
Semoga masalah krisis air ini tidak semakin kompleks. Mari kita pergunakan sumber air dengan bijak.

SUMBER :

No comments:
Write comments

Terim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan

KABAR TEMAN

ARSIP

*** TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG *** SEMOGA BERMANFAAT *** SILAHKAN DATANG KEMBALI ***
Komunitas Pendidikan Indonesia. Theme images by MichaelJay. Powered by Blogger.
Hai, Kami Juga Hadir di Twitter, like it - @iKOMPI25
Kirim Surat