Faridah, demikian teman-temannya menyebut si gadis ini. Di usia
mudanya, Faridah memberanikan diri merantau ke DKI Jakarta untuk mencari nafkah
demi membantu orangtuanya. Gadis berusia 14 tahun ini harus berhenti bersekolah
ketika duduk di kelas 2 SMP di Cirebon. Faktor ekonomi menjadi penyebab sang
gadis berhenti mengenyam pendidikan.
Pertama kali menginjak kaki ke Jakarta, Faridah terkejut karena Kota
Metropolitan itu dipenuhi gedung-gedung bertingkat. Selama di Jakarta, Faridah
mengalami banyak cobaan yang harus dihadapinya dengan tawakal, sabar dan
ikhlas. Berkat ketulusan hatinya dan doanya, Faridah pun berjumpa dengan
seseorang yang sangat membutuhkan tenaganya sebagai Pembantu Rumah Tangga. “Allah
SWT sangat adil dan bijaksana”, ucapnya.
Sang majikan tergolong baik hati dan bijaksana. Sang bos tersebut
mengijinkan Faridah untuk sekolah kembali. Ketika itu, usia Faridah telah beranjak
18 tahun. Berprofesi sebagai pembantu rumah tangga, gaji Faridah tidak
mencukupi bilamana harus sekolah formal. Bila keinginannya terkabulkan, Faridah
juga ingin melanjutkan kembali pendidikannya yang sempat terputus.
Akhirnya dia memutuskan untuk bersekolah di
sekolah non formal. Untuk mendapatkan ijazah setara SMP, Faridah mengambil
sekolah Paket B di PKBM Amari. Setelah lulus, dirinya langsung melanjutkan
sekolah Paket C di PKBM Biru Bangsa. Faridah sangat senang, cita-citanya sudah
terlaksana.
Beda hal dengan Rini Suprapti (41 tahun), seorang ibu rumah tangga yang dikaruniai tiga
anak dan memiliki dua anak asuh ini, lulus SD pada 1986. Sekolahnya tidak
dilanjutkan atas permintaan orangtuanya. Ketika itu, dirinya belum menyadari
pentingnya arti pendidikan sebagai modal hidup untuk masa depan. Kini Rini
Suprapti menyesali keputusannya untuk berhenti sekolah.
Setelah menikah, Rini menyibukkan diri dengan bergabung bersama ibu-ibu
PKK. Berkat pergaulannya bersama ibu-ibu PKK, Rini Suprapti makin banyak
pengalaman dan teman-teman. Namun ternyata di perkumpulan ibu-ibu PKK tersebut,
Rini merupakan anggota yang memiliki pendidikan paling rendah.
Suatu ketika, Rini bertemu dengan seseorang yang menawarinya membantu pekerjaan
mengajar di PAUD Biru Bangsa. Karena minim pengalaman untuk mengajar, Rini memutuskan mengikuti
sekolah Paket C di PKBM Biru Bangsa. Prinsip, pendidikan sangat penting untuk
masa depannya dan keluarga. Rini pun belajar tekun dengan harapan ketika lulus
dari Paket C, dirinya dapat melanjutkan pendidikannya hingga Perguruan Tinggi.
Padahal anak pertama Rini sudah duduk semester satu di suatu PTS di
jakart, sedangkan anak-anak yang lain masih aktif di sekolah formal. Terkait
itu semua, Rini pun berharap kepada pemerintah untuk memberikan bantuan meringankan
beban biaya yang harus ditanggung Rini dan sebagai wujud peran pemerintah mencerdaskan
anak bangsa.
Selain bantuan bagi anak putus sekolah, Rini
juga berharap kepada Pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang
dikhususkan kepada lulusan Paket C. Dengan adanya lapangan pekerjaan itu, tentu
siswa-siswi Paket C lainnya akan bersemangat untuk terus sekolah dan diharapkan
dapat menggapai cita-citanya.
Ilmu bukanlah sematamata sekolah formal, namun sekolah bukan juga formalitas.
Sekolah bukan juga satu satunya tempat belajar ilmu, namun apapun sekolahnya haruslah membelajarkan.
Ilmu bukanlah sematamata sekolah formal, namun sekolah bukan juga formalitas.
Sekolah bukan juga satu satunya tempat belajar ilmu, namun apapun sekolahnya haruslah membelajarkan.
No comments:
Write commentsTerim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan