KOMPI+25

Komunitas Pendidikan Indonesia

Jaringan Komunikasi KOMUNITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Friday, 5 January 2018

Terkuak! Siapa Saja Siswa Sekolah Paket

Posted by   on Pinterest

Faridah, demikian teman-temannya menyebut si gadis ini. Di usia mudanya, Faridah memberanikan diri merantau ke DKI Jakarta untuk mencari nafkah demi membantu orangtuanya. Gadis berusia 14 tahun ini harus berhenti bersekolah ketika duduk di kelas 2 SMP di Cirebon. Faktor ekonomi menjadi penyebab sang gadis berhenti mengenyam pendidikan.

Pertama kali menginjak kaki ke Jakarta, Faridah terkejut karena Kota Metropolitan itu dipenuhi gedung-gedung bertingkat. Selama di Jakarta, Faridah mengalami banyak cobaan yang harus dihadapinya dengan tawakal, sabar dan ikhlas. Berkat ketulusan hatinya dan doanya, Faridah pun berjumpa dengan seseorang yang sangat membutuhkan tenaganya sebagai Pembantu Rumah Tangga. “Allah SWT sangat adil dan bijaksana”, ucapnya.

Sang majikan tergolong baik hati dan bijaksana. Sang bos tersebut mengijinkan Faridah untuk sekolah kembali. Ketika itu, usia Faridah telah beranjak 18 tahun. Berprofesi sebagai pembantu rumah tangga, gaji Faridah tidak mencukupi bilamana harus sekolah formal. Bila keinginannya terkabulkan, Faridah juga ingin melanjutkan kembali pendidikannya yang sempat terputus.

Akhirnya dia memutuskan untuk bersekolah di sekolah non formal. Untuk mendapatkan ijazah setara SMP, Faridah mengambil sekolah Paket B di PKBM Amari. Setelah lulus, dirinya langsung melanjutkan sekolah Paket C di PKBM Biru Bangsa. Faridah sangat senang, cita-citanya sudah terlaksana.


Beda hal dengan Rini Suprapti (41 tahun), seorang ibu rumah tangga yang dikaruniai tiga anak dan memiliki dua anak asuh ini, lulus SD pada 1986. Sekolahnya tidak dilanjutkan atas permintaan orangtuanya. Ketika itu, dirinya belum menyadari pentingnya arti pendidikan sebagai modal hidup untuk masa depan. Kini Rini Suprapti menyesali keputusannya untuk berhenti sekolah.

Setelah menikah, Rini menyibukkan diri dengan bergabung bersama ibu-ibu PKK. Berkat pergaulannya bersama ibu-ibu PKK, Rini Suprapti makin banyak pengalaman dan teman-teman. Namun ternyata di perkumpulan ibu-ibu PKK tersebut, Rini merupakan anggota yang memiliki pendidikan paling rendah.

Suatu ketika, Rini bertemu dengan seseorang yang menawarinya membantu pekerjaan mengajar di PAUD Biru Bangsa. Karena minim pengalaman untuk mengajar, Rini memutuskan mengikuti sekolah Paket C di PKBM Biru Bangsa. Prinsip, pendidikan sangat penting untuk masa depannya dan keluarga. Rini pun belajar tekun dengan harapan ketika lulus dari Paket C, dirinya dapat melanjutkan pendidikannya hingga Perguruan Tinggi.

Padahal anak pertama Rini sudah duduk semester satu di suatu PTS di jakart, sedangkan anak-anak yang lain masih aktif di sekolah formal. Terkait itu semua, Rini pun berharap kepada pemerintah untuk memberikan bantuan meringankan beban biaya yang harus ditanggung Rini dan sebagai wujud peran pemerintah mencerdaskan anak bangsa.
Selain bantuan bagi anak putus sekolah, Rini juga berharap kepada Pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang dikhususkan kepada lulusan Paket C. Dengan adanya lapangan pekerjaan itu, tentu siswa-siswi Paket C lainnya akan bersemangat untuk terus sekolah dan diharapkan dapat menggapai cita-citanya.

Ilmu bukanlah sematamata sekolah formal, namun sekolah bukan juga formalitas.
Sekolah bukan juga satu satunya tempat belajar ilmu, namun apapun sekolahnya haruslah membelajarkan.

No comments:
Write comments

Terim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan

KABAR TEMAN

ARSIP

*** TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG *** SEMOGA BERMANFAAT *** SILAHKAN DATANG KEMBALI ***
Komunitas Pendidikan Indonesia. Theme images by MichaelJay. Powered by Blogger.
Hai, Kami Juga Hadir di Twitter, like it - @iKOMPI25
Kirim Surat