Para ilmuwan
menemukan bukti baru bahwa ada aliran air asin di planet Mars. Sejenis mikroba
tangguh disinyalir dapat hidup di kondisi Mars dengan air ini. Penemuan ini
disampaikan oleh NASA, dilansir dari laman CNN, Kamis, 4 Agustus 2011. Alfred
McEwen, ketua tim observasi Mars, mengatakan kamera HiRISE di satelit pemantau
Mars milik NASA menemukan adanya aliran air pada cekungan yang muncul di musim
semi.
Penasaran? Lihat foto-foto lengkap permukaan
Mars yang diambil NASA dalam beberapa
kurun waktu menyangkut planet merah di googlet. NASA memotret kutub utara Mars,
juga batu-batu di planet itu yang menguak keberadaan air purba.
Penemuan ini
membuka kemungkinan akan adanya mahkluk hidup yang mendiami planet merah
tersebut. McEwen mengatakan aliran air ini ditemukan di hemisfer selatan
ekuator Mars, yang temperaturnya cocok untuk aliran air. Alirannya sangat
kecil, seukuran jari manusia. Diperkirakan air ini adalah air asin, karena pada
penelitian sebelumnya, wilayah ini dilapisi oleh zat garam. Ditemukan tujuh
aliran air di Mars, diperkirakan masih terdapat sekitar 20-30 lagi yang belum
ditemukan.
Penemuan ini
menimbulkan berbagai spekulasi baru mengenai adanya mahkluk hidup di Mars. Ahli
astrobiologi dari universitas London, Lewis Dartnell, mengatakan cairan itu
penting bagi mahkluk hidup. Contohnya saja di bumi, air menjadi sumber
penghidupan bagi banyak organisme.
"Jadi
mungkin saja terdapat mikroba tangguh yang dapat bertahan dengan air di
permukaan Mars," kata Dartnell dikutip dari kantor berita BBC.
Ahli
lingkungan ekstrem dari Universitas Maryland, Shiladitya Dassarma, mengatakan
mikroba yang paling mungkin mendiami Mars adalah dari jenis Halophilic.
"Mikroba Halophilic adalah yang paling unggul dalam kondisi keras yang
kering dan penuh dengan ion radiasi," kata Dassarma.
Kamera High
Resolution Imaging Science Experiment (HiRiSE) yang ada pada Mars Reconaissance
Orbiter (MRO) berhasil menangkap citra guratan pada kawah curam di Mars. Para
ilmuwan mempercayai, guratan tersebut merupakan tanda keberadaan air yang
mengalir layaknya sungai.
"Ini
adalah air masa kini, bukan yang terdapat di masa lalu," kata Alfred
McEwen, pakar ilmu keplanetan dari University of Arizona yang terlibat
penelitian ini. Ia mengatakannya dalam konferensi pers yang diadakan NASA,
Kamis (4/8/2011). "Penjelasan paling masuk akal dari hasil observasi
sejauh ini adalah aliran air asin," sambung McEwen.
Kuncinya, karbon
dioksida.
Karbon
dioksida itu adalah kuncinya. Pasalnya penelitian dari para ilmuwan, Mars yang
dijuluki si planet merah ini hampir sekitar 95 persen atmosfirnya berbahan
karbon dioksida.
Banyak
ilmuwan masih belum menemukan bakan bakar untuk pulang pergi ke Mars secara
baik. Dalam arti berangkat selamat tapi pulang tanpa kehabisan bahan bakar.
Jangan khawatir, dalam percobaan bulan ini, ilmuwan roket asal Inggris telah
berhasil memecahkan masalah itu.
Bagi ilmuwan
asal Inggris ini, Ray Wilkinson yang juga dosen di Universitas Herfordshire,
karbon dioksida adalah sumber bahan bakar masa depan. “Kita akan siap meluncur
ke Mars dengan membakar karbon dioksida!” ujar Wilinson usai membakar karbon
dioksida hasil percobaannya pada akhir pekan ini.
Menurut apa
yang dicobakan oleh Wilkinson di laboratoriumnya itu adalah karbon dioksida
bisa digunakan sebagai bahan bakar motor roket. "Apa yang kami teliti
adalah jika kita dapat membakar sesuatu dengan karbon dioksida, agar ia dapat
diubah kembali ke dalam bentuk karbon. Energi dapat diambil selama proses, dan
itulah dimana saat karbon negatif sedikit keluar,” kata Wilkinson menjelaskan.
Dalam
percobaan motor roketnya ini ia berhasil membakar dengan bubuk aluminium,
melepaskan oksigen dari karbon dioksida, dan mendapatkan karbon lagi dari hasil
pembakaran itu. Prosesnya di laboratorium diakui telah berhasil. Tapi sampai
seberapa jauh akan dipraktekkan dalam peluncuran roket sesungguhnya, Wilinson
masih perlu melakukan banyak ulangan terhadap percobaannya. Apa yang ia gunakan
saat ini adalah sebuah motor roket hibrida di mana sebuah bahan bakar padat
dibakar dengan karbon dioksida. Umumnya bahan bakar yang sekarang digunakan
dalam model pesawat angkasa luar saat ini adalah nitrogen oksida.
“Membakar
karbon dioksida dengan bubuk aluminium bekerja baik dalam laboratorium, tetapi
sulit diterapkan saat peluncuran roket. Jadi, diperlukan suatu teknik baru,”
kata dia.
Tapi
Wilkinson menjelaskan bahwa keyakinan menggunaan karbon dioksida sebagai bahan
bakar ini adalah terobosan baru dan bisa menjadi pengharapan manusia terbang ke
Mars. Untuk itulah penggunaan karbon dioksida sebagai bahan bakar roket ke
angkasa luar diperlukan. Menurutnya dengan mengandalkan karbon dioksida, maka
kebutuhan bahan bakar selama ke Mars dan untuk sampai lagi menuju perjalanan ke
Bumi bisa mencukupi.
Meski
demikian, ia buru-buru menegaskan bahwa hasil observasi yang dipublikasikan
hari ini di jurnal Science ini bukanlah bukti keberadaan aliran air secara
langsung. Meski demikian, alternatif penjelasan selain air mengalir masih belum
ada.
"Membandingkan
dengan Bumi, sulit menjelaskan bahwa guratan terbentuk dari aliran zat lain.
Pertanyaannya adalah, apakah ini terjadi di Mars, dan bila ya, mengapa hanya di
tempat tertentu," jelas Richard Zurek, pimpinan proyek MRO dari Jet
Propulsion Laboratory NASA.
McEwen
menjelaskan, dari guratan yang ditinggalkan, tampak bahwa air yang mengalir
memiliki kekentalan yang tinggi, membuatnya lebih mirip dengan aliran sirup.
Namun, McEwen menuturkan, "Kami belum tahu salinitas atau keasinan dari
air yang mengalir itu."
Guratan-guratan
itu merupakan guratan musiman yang terbentuk di musim panas membuat penampakan
gelap dan seolah menghilang di musim dingin. Guratan sudah ditemukan di 7
lokasi dan kemungkinan di 20 lokasi lainnya lagi. Salah satunya ada di sekitar
kawah Newton. Setiap lokasi penemuan kurang lebih memiliki 1000 guratan yang
jika dilihat berbentuk seperti jari.
Lisa M
Pratt, pakar biogeokimia dari Indiana Univerity mengatakan, guratan yang
ditemukan bisa berpotensi menjadi tempat tinggal makhluk hidup, jika memang
ada. Di Bumi, mikroba bisa hidup di air asin yang tak pernah membeku, atau
bahkan bisa mengalami dormansi di air beku.
"Ini
sangat spekulatif karena kita tidak tahu apakah ada organisme di sana, atau
apakah pernah ada sebelumnya," kata Pratt seperti dikutip the New York
Times hari ini.
Guratan-guratan
pada kawah Mars itu pertama kali terobservasi oleh pelajar University of
Arizona, Lujendra Ojha. Ia tengah mempelajari perubahan kecil yang ada di
planet Mars ketika akhirnya menemukan struktur guratan tersebut.
"Saya
bingung saat pertama kali melihatnya dalam gambar setelah saya memproses dengan
algaritma," kata Ojha. "Tapi kami akhirnya sadar bahwa guratan itu
ialah struktur berbeda dari yang ditemukan sebelumnya. Kami melihat bahwa ini
struktur musiman dan bisa tumbuh hingga 200 meter dalam 2 bulan," sambung
Ojha.
Konfirmasi
struktur guratan yang tampak gelap dengan Compact Reconaissance Imaging
Spectrometer for Mars (CRISM) memang tak menunjukkan tanda keberadaan aliran
air secara langsung. Tapi, ini tak menutup kemungkinan adanya aliran air yang
cepat kering atau hanya dalam jumlah sedikit di bagian sub permukaan.
Menjelaskan
penampakan guratan yang gelap dan kemampuannya berubah menjadi terang, McEwen
mengatakan, "Guratan tampak gelap bukan karena aliran air yang basah.
Aliran air asin bisa menyusun kembali butiran-butiran atau mengubah kekasaran
permukaan sehingga tampak gelap. Bagaimana guratan tampak terang lagi saat
temperatur turun, belum ada penjelasan."
McEwen
mengatakan, "Ini masih misteri saat ini. Tapi saya pikir ini misteri yang
bisa dipecahkan dengan penelitian lebih lanjut."
Penelitian
terakhir, bongkahan es pernah ada di Mars.
Foto terbaru
planet Mars menguak misteri yang ada di planet terdekat keempat dari bumi itu.
Para ahli menyimpulkan bongkahan es pernah hadir di Mars. Bukti-bukti yang
ditemukan menunjukkan bahwa masa lalu terdapat samudera yang dingin di planet
tersebut.
Sebelumnya
ada dua kemungkinan bagaimana kondisi planet Mars di masa lalu. Pertama,
permukaan di sana dingin dan kering. Kedua, Mars sempat memiliki kondisi hangat
dan basah, yang memungkinkan planet itu punya danau-danau, laut, serta curah
hujan untuk periode waktu yang panjang.
Kini, ,
peneliti menemukan bekas-bekas bongkahan es di planet Mars. Artinya, ada
kemungkinan ketiga, seputar kondisi permukaan Mars di masa lalu, yakni dingin
dan basah. Kondisi tersebut memungkinkan Mars punya samudera dan lautan yang
sebagiannya diselimuti es dan gletser (dikutip dari Livescience)
No comments:
Write commentsTerim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan