KOMPI+25

Komunitas Pendidikan Indonesia

Jaringan Komunikasi KOMUNITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Friday, 2 February 2018

Inovasi Anak SLTA Indonesia Kalahkan Insinyur Lulusan Oxford

Posted by   on Pinterest

Bangsa ini pantas bangga, karena melahirkan anak-anak inovatif. Pasalnya, Arfian dan Arie lulusan SMAN dan SMKN Salatiga, Jawa Tengah telah berhasil mengalahkan para insinyur lulusan universitas top di dunia dalam "3D Printing Challenge". Kakak beradik asal Salatiga, Arfian Fuadi (28) dan Arie Kurniawan (23), sukses menyabet juara pertama dalam  kancah internasional yang diadakan General Electric (GE) itu. Pemuda Salatiga Lulusan SMA Kalahkan Insinyur Oxford di Lomba Desain Komponen Jet. Yang luar biasa lagi, Arfian dan Arie tak memiliki latar belakang akademis di dunia desain engineering.

Arfian yang lahir pada 2 Juli 1986 lulusan SMA, sedang Arie yang lahir pada 11 Juli 1991 lulusan SMK jurusan otomotif. Kehidupan ekonomi  keluarga yang tidak mencukupi membuat mereka harus bekerja apa saja untuk mendapatkan penghasilan. Sebelum berkecimpung di dunia desain engineering  mereka adalah pedagang susu dan tukang tambal ban. Arfian lah yang pertama-tama tertarik dengan dunia ini. Ia semata-mata hobi, belajar sendiri dengan meminjam komputer milik sepupunya. Komputer adalah barang yang amat mewah yang tidak mungkin mereka miliki.
“Dulu ketika masih sekolah, sering pinjam komputer sepupu untuk belajar. Tapi minjem-nya kalau sepupu sudah tidur,” kata dia.

Arie mengenal desain engineering dari kakaknya. Arie mengaku secara akademis dirinya tidak cemerlang di bangku sekolah. Ia mengalami kesulitan memahami setiap pelajaran. Kata dia, materi pelajaran di sekolah kebanyak disampaikan dalam bentuk teori tanpa praktik. Siswa di kelas hanya membayangakan apa yang diajarkan oleh guru.
Bangsa Indonesia tak boleh kehilangan semangat sebagai bangsa yang kreatif dan inovatif. Lihatlah, pemuda lulusan sekolah menengah atas dan kejuruan (SMA-SMK) asal Salatiga ini mampu mengalahkan insinyur-insinyur dunia.
“Rumah sudah hampir rubuh jadi kita butuh kerjaan. Dari kecil memang kita diwajibkan berwirausaha, bahkan pernah jualan susu, pernah juga jadi tukang tambal ban,” kata Arie.

Sungguh, kekayaan bangsa ini tidak terletak pada sumber daya alamnya, tapi pada sumber daya manusiannya.  Dalam kompetisi "3D Printing Challenge" yang diadakan General Electric (GE) itu, karya Arfian dan Arie berhasil mendesain jet engine bracket yaitu salah satu komponen untuk mengangkat mesin pesawat terbang yang paling ringan dari komponen serupa yang pernah dibuat di dunia. Bahkan, mereka berhasil mengalahkan peserta dengan gelar Ph.D dari Swedia yang menyabet peringkat kedua dan insinyur lulusan University of Oxford yang meraih juara ketiga.
Menurut Handry Satriago, CEO General Electric Indonesia, Jakarta, Selasa, 22/7/2014, kedua pemuda lulusan SMA Negeri 7 Semarang dan SMK Negeri 2 Salatiga, Jawa Tengah, ini berhasil menyisihkan 700 karya dari 50 negara peserta yang mengikuti kompetisi tersebut. Keunggulan jet engine bracket yang didesain Arfian dan Arie adalah komponennya yang hanya berbobot 327 gram atau 84 persen lebih ringan dari pascaproses pembuatan cetak biru atau prototipe Jet engine bracket saat ini yang seberat 2 kilogram.

Jualan Susu dan Tukang Tambal Ban Apa yang dicapai Arfian dan Arie dalam kancah internasional tidak terjadi tiba-tiba. Arie mengaku secara akademis dirinya tidak cemerlang di bangku sekolah. Ia mengalami kesulitan memahami setiap pelajaran. Kata dia, materi pelajaran di sekolah kebanyak disampaikan dalam bentuk teori tanpa praktik. Siswa di kelas hanya membayangakan apa yang diajarkan oleh guru.

Proyek membuat desain pertama mereka senilai Rp 90 ribu. Proyek itu berawal dari seringnya mengunjungi salah satu situs tempat para klien mereka berkumpul dan berbincang di dunia maya. Pada tahun 2005, proyek pertama yang mereka kerjakan adalah membuat jarum untuk alat ukur yang berfungsi sebagai alat medis. Pemesannya adalah perusahaan asal Jerman. Mereka mendapat honor perdana sebesar 10 dollar AS atau sekitar Rp 90 ribuan kala itu.  Sejak proyek pertama itu, mereka terus mendapat permintaan untuk membuat desain-desain alat-alat lain yang semakin canggih. Bahkan, mereka sempat ditawari membuat senjata namun mereka menolak karena senjata dapat digunakan untuk tindakan kriminal.  Selanjutnya, mereka juga pernah membuat desain pesawat ringan yang dipesan oleh perusahaan asal Amerika Serikat. Mereka mendapat bayaran ribuan dollar dari proyek itu.  Mereka kini adalah pemilik usaha Dtech Engineering, bisnis jasa desain yang mendunia. Mereka melayani pemesanan desain tiga dimensi dari seluruh penjuru bumi.

Banggalah bangsaku, Jayalah Indonesia

SUMBER :

www.tribunnews.com
www.kompas.com


No comments:
Write comments

Terim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan

KABAR TEMAN

ARSIP

*** TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG *** SEMOGA BERMANFAAT *** SILAHKAN DATANG KEMBALI ***
Komunitas Pendidikan Indonesia. Theme images by MichaelJay. Powered by Blogger.
Hai, Kami Juga Hadir di Twitter, like it - @iKOMPI25
Kirim Surat