Bangsa
ini pantas bangga, karena melahirkan anak-anak inovatif. Pasalnya, Arfian dan
Arie lulusan SMAN dan SMKN Salatiga, Jawa Tengah telah berhasil mengalahkan
para insinyur lulusan universitas top di dunia dalam "3D Printing
Challenge". Kakak beradik asal Salatiga, Arfian Fuadi (28) dan Arie
Kurniawan (23), sukses menyabet juara pertama dalam kancah internasional yang diadakan General
Electric (GE) itu. Pemuda Salatiga Lulusan SMA Kalahkan Insinyur Oxford di
Lomba Desain Komponen Jet. Yang luar biasa lagi, Arfian dan Arie tak memiliki
latar belakang akademis di dunia desain engineering.
Arfian
yang lahir pada 2 Juli 1986 lulusan SMA, sedang Arie yang lahir pada 11 Juli
1991 lulusan SMK jurusan otomotif. Kehidupan ekonomi keluarga yang tidak mencukupi membuat mereka
harus bekerja apa saja untuk mendapatkan penghasilan. Sebelum berkecimpung di
dunia desain engineering mereka adalah
pedagang susu dan tukang tambal ban. Arfian lah yang pertama-tama tertarik
dengan dunia ini. Ia semata-mata hobi, belajar sendiri dengan meminjam komputer
milik sepupunya. Komputer adalah barang yang amat mewah yang tidak mungkin
mereka miliki.
“Dulu
ketika masih sekolah, sering pinjam komputer sepupu untuk belajar. Tapi
minjem-nya kalau sepupu sudah tidur,” kata dia.
Arie
mengenal desain engineering dari kakaknya. Arie mengaku secara akademis dirinya
tidak cemerlang di bangku sekolah. Ia mengalami kesulitan memahami setiap
pelajaran. Kata dia, materi pelajaran di sekolah kebanyak disampaikan dalam
bentuk teori tanpa praktik. Siswa di kelas hanya membayangakan apa yang
diajarkan oleh guru.
Bangsa
Indonesia tak boleh kehilangan semangat sebagai bangsa yang kreatif dan
inovatif. Lihatlah, pemuda lulusan sekolah menengah atas dan kejuruan (SMA-SMK)
asal Salatiga ini mampu mengalahkan insinyur-insinyur dunia.
“Rumah
sudah hampir rubuh jadi kita butuh kerjaan. Dari kecil memang kita diwajibkan
berwirausaha, bahkan pernah jualan susu, pernah juga jadi tukang tambal ban,”
kata Arie.
Sungguh,
kekayaan bangsa ini tidak terletak pada sumber daya alamnya, tapi pada sumber
daya manusiannya. Dalam kompetisi "3D
Printing Challenge" yang diadakan General Electric (GE) itu, karya Arfian
dan Arie berhasil mendesain jet engine bracket yaitu salah satu komponen untuk
mengangkat mesin pesawat terbang yang paling ringan dari komponen serupa yang
pernah dibuat di dunia. Bahkan, mereka berhasil mengalahkan peserta dengan
gelar Ph.D dari Swedia yang menyabet peringkat kedua dan insinyur lulusan
University of Oxford yang meraih juara ketiga.
Menurut
Handry Satriago, CEO General Electric Indonesia, Jakarta, Selasa, 22/7/2014,
kedua pemuda lulusan SMA Negeri 7 Semarang dan SMK Negeri 2 Salatiga, Jawa Tengah,
ini berhasil menyisihkan 700 karya dari 50 negara peserta yang mengikuti
kompetisi tersebut. Keunggulan jet engine bracket yang didesain Arfian dan Arie
adalah komponennya yang hanya berbobot 327 gram atau 84 persen lebih ringan
dari pascaproses pembuatan cetak biru atau prototipe Jet engine bracket saat
ini yang seberat 2 kilogram.
Jualan
Susu dan Tukang Tambal Ban Apa yang dicapai Arfian dan Arie dalam kancah
internasional tidak terjadi tiba-tiba. Arie mengaku secara akademis dirinya
tidak cemerlang di bangku sekolah. Ia mengalami kesulitan memahami setiap
pelajaran. Kata dia, materi pelajaran di sekolah kebanyak disampaikan dalam
bentuk teori tanpa praktik. Siswa di kelas hanya membayangakan apa yang
diajarkan oleh guru.
Proyek
membuat desain pertama mereka senilai Rp 90 ribu. Proyek itu berawal dari
seringnya mengunjungi salah satu situs tempat para klien mereka berkumpul dan
berbincang di dunia maya. Pada tahun 2005, proyek pertama yang mereka kerjakan
adalah membuat jarum untuk alat ukur yang berfungsi sebagai alat medis.
Pemesannya adalah perusahaan asal Jerman. Mereka mendapat honor perdana sebesar
10 dollar AS atau sekitar Rp 90 ribuan kala itu. Sejak proyek pertama itu, mereka terus
mendapat permintaan untuk membuat desain-desain alat-alat lain yang semakin
canggih. Bahkan, mereka sempat ditawari membuat senjata namun mereka menolak
karena senjata dapat digunakan untuk tindakan kriminal. Selanjutnya, mereka juga pernah membuat
desain pesawat ringan yang dipesan oleh perusahaan asal Amerika Serikat. Mereka
mendapat bayaran ribuan dollar dari proyek itu.
Mereka kini adalah pemilik usaha Dtech Engineering, bisnis jasa desain
yang mendunia. Mereka melayani pemesanan desain tiga dimensi dari seluruh
penjuru bumi.
Banggalah
bangsaku, Jayalah Indonesia
SUMBER
:
www.tribunnews.com
www.kompas.com
No comments:
Write commentsTerim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan