Kisah Inspiratif Komunitas Pendidikan Indonesia 2018
Anak Satpam UGM Raih Gelar Doktor
Anak Satpam UGM Raih Gelar Doktor
Bagi
Retnaningtyas Susanti (33 tahun), tidak ada kata tidak mungkin bagi orang yang
memiliki niat tulus dan kesungguhan untuk menimba ilmu. Meski awalnya tidak
yakin bisa kuliah waktu kuliah S1, berkat dukungan penuh dari orang tua dan
tekad pribadi Tyas menyelesaikan jenjang S1 dalam waktu yang cukup singkat, 3
tahun 7 bulan.
Selepas
lulus S1 Tyas sempat bekerja sebagai peneliti di Pusat Studi Kebijakan dan
Kependudukan (PSKK) UGM tempat ayahnya Teguh Tuparman bekerja sebagai satpam. Seiring
berjalannya waktu, kecintaannya terhadap penelitian yang ia tekuni menumbuhkan
impian di dalam dirinya untuk berprofesi sebagai dosen. Dua tahun setelah ia
lulus dengan gelar sarjana, ia memutuskan untuk kembali melanjutkan studinya di
jenjang S2.
Pada
waktu mau S2, orangtuanya tidak bisa lagi membiayai karena adik-adiknya juga
masih sekolah semua. Tyas pun bertekad untuk membiayai sendiri kuliahnya.
Berbagai pekerjaan sampingan pernah ia tekuni demi mencari penghasilan
tambahan, mulai dari bekerja di warung kopi hingga berjualan salak di salah
satu sudut di sisi selatan UGM.
Perjalanan
penjang yang ia lalui pun membuahkan hasil. Tahun 2011 ia berhasil meraih gelar
master di bidang pariwisata, gelar yang memempatkannya memulai profesi dosen di
Universitas Andalas Padang.
Pada
tahun 2013, dengan beasiswa BPPDN Dikti Tyas kembali ke Jogja untuk studi S3. Dari
segala kerja keras yang dilakoninya, Tyas menitipkan pesan kepada generasi muda
untuk terus berjuang mendapat pendidikan yang terbaik karena ada berbagai jalan
yang dapat ditempuh.
“Saya
ingin Bapak dan Ibu melihat saya dikukuhkan sebagai guru besar suatu hari
kelak,” ucap Tyas mantap sambil merangkul sang ayah tercinta, anggota satuan
keamanan UGM yang kini bernama Pusat Keamanan Keselamatan Kesehatan Kerja dan
Lingkungan (PK4L).
Anak
Buruh Sawit Wisudawan Terbaik Dengan IPK 3,99
Yunita
Ayu Tarina (22 tahun) Anak Buruh Sawit UM Jember meraih gelar Sarjana Ekonomi (Sabtu,
14/4/2018) dengan IPK nyaris sempurna 3,99 di Universitas Muhammadiyah Jember.
Selain menjadi lulusan tercepat yaitu 3 tahun 5 bulan, semasa kuliah, Tarina
juga banyak prestasi nasional dan internasional. Salah satunya mewakili kampus
dalam program pertukaran mahasiswa Muslim dengan sejumlah perguruan tinggi di
Thailand.
Keterbatasan
atau kekurangan memang tidak menjadi alasan seseorang untuk berkembang lebih
baik. Tarina yang berasal dari Desa Tegalharjo Krikilan Banyuwangi ini adalah
anak dari Hudori, seorang buruh sawit di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Keterbatasan
juga tidak memudarkan cita–cita seseorang dalam menggapai prestasi. Saat
menjadi mahasiswa, Tarina aktif dalam berbagai organisasi, baik intra maupun
ekstra kampus. Namun, Tarina memilih ingin bekerja dulu daripada kuliah S-2.
“Biar Bapak saya tidak perlu lagi bekerja jauh di Kalimantan Barat sana,” kata
Tarina.
Banyak
orang tidak menyangka, anak seorang buruh sawit meraih prestasi akademik sempurna.
Siapa sangka anak seorang satpam bisa mencapai Doktor (S3) dengan meraih lulusan
terbaik. Memang untuk pintar, tidak harus kaya!
Semoga
bermanfaat.
No comments:
Write commentsTerim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan