KOMPI+25

Komunitas Pendidikan Indonesia

Jaringan Komunikasi KOMUNITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Friday, 23 March 2012

Mie Instan Tak Baik Dikonsumsi

Posted by   on Pinterest

Mi instan merupakan salah satu makanan yang paling mudah ditemukan, praktis, dan disukai banyak orang karena rasanya yang enak. Daya simpannya yang lama juga membuat mi instan kerap menjadi pilihan untuk mereka yang tinggal sendiri, namun tak punya waktu untuk memasak. Meski begitu, terlalu banyak mengonsumsi mi instan disinyalir akan menimbulkan banyak efek negatif bagi tubuh oleh karena kandungan bahan pengawet atau penyedap rasanya. Kemudian, selain kandungan karbohidrat, mi instan tak cukup memiliki kandungan vitamin, mineral, atau serat, yang bermanfaat bagi tubuh. Sehingga, pada dasarnya mi instan tidak cukup memiliki nutrisi bagi keseimbangan gizi tubuh manusia.

Setelah makan mi instan perut kok terasa kembung. Makan mi instan mendatangkan penyakit juga bikin berat badan bertambah. Anak-anak sebaiknya jangan makan mi instan karena bikin bodoh. Sebaiknya jangan terlalu sering makan mi instan. Berbagai persepsi dan pengalaman makan mi instan ini boleh jadi akrab dengan keseharian Anda. Apakah penggunaan bahan pengawet selalu membahayakan?

Aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, flavor dan memperpanjang daya simpan. Selain itu dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan vitamin. Penggunaan aditif makanan telah digunakan sejak zaman dahulu. Bahan aditif makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan alami dan buatan atau sintetis.

Bahan tambahan makanan adalah bahan yang bukan secara alamiah merupakan bagian dari bahan makanan, tetapi terdapat dalam bahan makanan tersebut karena perlakuan saat pengolahan, penyimpanan atau pengemasan. Agar makanan yang tersaji tersedia dalam bentuk yang lebih menarik, rasa enak, rupa dan konsistensinya baik serta awet maka sering dilakukan penambahan bahan tambahan makanan yang sering disebut zat aditif kimia (food aditiva). Adakalanya makanan yang tersedia tidak mempunyai bentuk yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi

Jenis
Bahan aditif makanan dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok tertentu tergantung kegunaanya, diantaranya:

Penguat rasa
Kristal monosodium glutamat digunakan sebagai penguat rasa
Monosodium Glutamat (MSG) sering digunakan sebagai penguat rasa makanan buatan dan juga untuk melezatkan makanan. Adapun penguat rasa alami diantaranya adalah bunga cengkeh, pala, merica, cabai, laos, kunyit, ketumbar. Contoh penguat rasa buatan adalah monosodium glutamat/ vetsin, asam cuka, benzaldehida, amil asetat.

Pemanis
Zat pemanis buatan biasanya digunakan untuk membantu mempertajam rasa manis. Beberapa jenis pemanis buatan yang digunakan adalah sakarin, siklamat, dulsin, dan aspartam. Pemanis buatan ini juga dapat menurunkan risiko diabetes, namun siklamat merupakan zat yang bersifat karsinogen.

Pengawet
Bahan pengawet adalah zat kimia yang dapat menghambat kerusakan pada makanan, karena serangan bakteri, ragi, cendawan. Reaksi-reaksi kimia yang sering harus dikendalikan adalah reaksi oksidasi, pencoklatan (browning) dan reaksi enzimatis lainnya. Pengawetan makanan sangat menguntungkan produsen karena dapat menyimpan kelebihan bahan makanan yang ada dan dapat digunakan kembali saat musim paceklik tiba. Contoh bahan pengawet adalah natrium benzoat, natrium nitrat, asam sitrat, dan asam sorbat.

Pewarna
Warna dapat memperbaiki dan memberikan daya tarik pada makanan. Penggunaan pewarna dalam bahan makanan dimulai pada akhir tahun 1800, yaitu pewarna tambahan berasal dari alam seperti kunyit, daun pandan, angkak, daun suji, coklat, wortel, dan karamel.

Zat warna sintetik ditemukan oleh William Henry Perkins tahun 1856, zat pewarna ini lebih stabil dan tersedia dari berbagai warna. Zat warna sintetis mulai digunakan sejak tahun 1956 dan saat ini ada kurang lebih 90% zat warna buatan digunakan untuk industri makanan. Salah satu contohnya adalah tartrazin, yaitu pewarna makanan buatan yang mempunyai banyak macam pilihan warna, diantaranya Tartrazin CI 19140. Selain tartrazin ada pula pewarna buatan, seperti sunsetyellow FCF(jingga), karmoisin (Merah), brilliant blue FCF (biru).

Pengental
Pengental yaitu bahan tambahan yang digunakan untuk menstabilkan, memekatkan atau mengentalkan makanan yang dicampurkan dengan air, sehingga membentuk kekentalan tertentu. Contoh pengental adalah pati, gelatin, dan gum (agar, alginat, karagenan).

Pengemulsi
Gom arab sebagai agen pengemulsi
Pengemulsi (emulsifier) adalah zat yang dapat mempertahankan dispersi lemak dalam air dan sebaliknya. Pada mayones bila tidak ada pengemulsi, maka lemak akan terpisah dari airnya. Contoh pengemulsi yaitu lesitin pada kuning telur, Gom arab dan gliserin.

Lain-lain
Selain itu terdapat pula macam-macam bahan tambahan makanan, seperti : antioksidan, seperti butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), tokoferol (vitamin E), pengikat logam, pemutih, seperti hidrogen peroksida, oksida klor, benzoil peroksida, natrium hipoklorit, pengatur keasaman, seperti aluminium amonium sulfat, kalium sulfat, natrium sulfat, asam laktat, zat gizi, anti gumpal, seperti aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat, magnesium oksida.

Efek samping
Bahan aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis, apalagi bahan aditif buatan atau sintetis. Penyakit yang biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah menggunakan suatu bahan aditif adalah kanker, kerusakan ginjal, dan lain-lain. Maka dari itu pemerintah mengatur penggunaan bahan aditif makanan secara ketat dan juga melarang penggunaan bahan aditif makanan tertentu jika dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berbahaya. Pemerintah juga melakukan berbagai penelitian guna menemukan bahan aditif makanan yang aman dan murah.

Menurut dr Patricia Wijaya, dokter ahli kecantikan dari Beauty Inc. di Swiss Bel Hotel Jakarta Pusat, Minggu (8/1/2012) lalu, yang paling berbahaya adalah adanya kandungan bahan pengawet, MSG (monosodium glutamat), dan bahan pewarna makanan yang ada di dalam mi instan. Kandungan bahan berbahaya dalam mi instan ini didapatkan dari proses pengolahan sampai proses pengawetan yang dilakukan dengan cara menggoreng mi sampai kering. Proses penggorengan biasanya menggunakan minyak goreng, yang membuat air rebusan menjadi keruh dan sedikit berminyak ketika direbus. 

Banyak orang yang mengatakan bahwa air rebusan pertama ini harus dibuang agar pengawetnya hilang. Namun sebenarnya zat pengawet ini tidak akan hilang. Air rebusan mi instan yang pertama akan mengeluarkan minyak dan zat kimia lainnya yang mungkin saja digunakan untuk membuatnya. Namun, bahan pengawet dan kandungan lain yang berbahaya bagi kesehatan ketika diolah lebih lanjut ini tidak akan hilang 100 persen. Ia hanya akan berkurang sedikit ketika air rebusan pertama dibuang.  Kandungan minyak, bahan pengawet, MSG, dan zat pewarna masih akan tetap menempel pada mi instan meski kadarnya sudah berkurang beberapa persen. 

Sementara bagi mereka yang kerap merasa kembung setelah makan mi instan, beberapa orang memang sensitif terhadap produk makanan dari gandum yang membuatnya kembung. Selain juga, rasa kembung muncul ketika menyantap mi instan karena karbohidrat tak dicerna dengan sempurna lantaran proses memasak mi instan yang kurang matang. Kalau tak bisa dicerna sempurna, makanan masuk ke usus besar lalu difermentasi oleh mikroba, sehingga akhirnya muncul rasa begah atau kembung.

Tak banyak orang yang mengalami alergi pada gandum. Namun jika mengalami kembung yang disebabkan alergi gandum, dan merasa tak nyaman sebaiknya jangan makan makanan pemicu alergi. Tapi pembatasan makanan tergantung efeknya terhadap tubuh. Reaksi alergi pada setiap orang bisa berbeda. Bisa gatal-gatal, asma, kembung dan lainnya. Yang juga perlu diperhatikan saat makan mi instan, baik sebagai camilan atau makanan utama, sebaiknya jangan dimakan bersamaan dengan nasi. Ia menjelaskan, satu bungkus mi instan mengandung sekitar 200 kalori. Sementara 100 gram nasi seporsi semangkuk kecil mengandung 300-400 kalori. Anda bisa kelebihan kalori dan asupan karbohidrat jika membiasakan makan mi instan dengan cara ini, apalagi jika tak dibarengi pola makan gizi seimbang, dengan mencukupi asupan lemak, protein, dan serat dari buah juga sayuran.

Prof C Hanny Wijaya, Food Science Expert dan Head of Food Chemistry Division IPB, saat peluncuran Tropicana Slim Low Fat Noodles di Jakarta, Rabu (25/1/2012) mengatakan jika memilih makan mi instan penting untuk memerhatikan papan gizi pada kemasan mi instan. Yang paling dikhawatirkan saat makan mi instan adalah kandungan lemak tinggi pada mi, dan garam sodium dalam jumlah tinggi pada bumbu. Sodium inilah yang perlu dicermati, dan sebaiknya asupan sodium tak melebihi dari 300 mg per sajian. Perhatikan jumlah sodium di papan gizi.

Tak ada aturan pasti seberapa sering boleh makan mi instan. Tapi penting bagi setiap orang untuk menjalankan pola makan dengan gizi seimbang dan kebiasaan makan yang baik juga memerhatikan unsur kesehatan. Perlu dipahami bahwa mi instan yang terbuat dari tepung gandum memiliki kandungan karbohidrat yang sama pada nasi, kentang dan sumber karbohidrat lainnya. Jadi, jika Anda ingin makan mi instan, sebagai menu sarapan, makan siang atau makan malam sebaiknya kombinasikan dengan asupan gizi lainnya seperti serat, protein, bukan dengan tambahan karbohidrat seperti nasi.

"Makan mi instan setiap hari tak masalah asalkan jangan melupakan asupan buah, sayuran, protein selain juga lebih jeli memperhatikan tabel gizi dalam mi instan. Namun jangan juga sepanjang hari makan nasi, mi, kentang tanpa mengasup kebutuhan gizi lainnya, sehingga kebutuhan nutrisi tak seimbang. Ketidakseimbangan gizi inilah yang sebenarnya mendatangkan berbagai masalah atau penyakit. Bahkan pada anak-anak yang gemar makan mi instan, kebiasaan buruk seperti ini lantas dikaitkan dengan makan mi instan. Padahal, pola makan tak seimbang lah yang menyebabkan pertumbuhan anak terganggu misalnya. Jadi, masalahnya boleh jadi bukan pada mi instannya namun pada asupan nutrisi yang tak seimbang.,," jelasnya.

Bagaimana Sebaiknya yang kita lakukan?

Menurut Russell Blaylock, penulis buku Excitotoxins – The Taste That Kills, MSG adalah excitotoxin yaitu zat kimia yang merangsang dan dapat mematikan sel-sel otak. Blaylock menyatakan bahwa MSG dapat memperburuk gangguan saraf degeneratif seperti alzheimer, penyakit Parkinson, autisme serta ADD (attention deficit disorder). MSG juga meningkatkan risiko dan kecepatan pertumbuhan sel-sel kanker. Ketika konsumsi glutamat ditingkatkan, kanker tumbuh dengan cepat, dan kemudian ketika glutamat diblokir, secara dramatis pertumbuhan kanker melambat. Para peneliti telah melakukan beberapa eksperimen di mana mereka menggunakan pemblokir glutamat yang dikombinasi dengan pengobatan konvensional, seperti kemoterapi, dan hasilnya sangat baik. Pemblokiran glutamat secara signifikan meningkatkan efektivitas obat-obat anti kanker.

Berikut adalah beberapa efek samping dan gangguan spesifik yang berhubungan dengan MSG menurut Blaylock :
Kejang
Mual
Alergi
Ruam
Serangan asma
Sakit kepala
Mulut terasa kering
Hilang ingatan 

Reaksi terhadap MSG dapat terjadi kapan saja, dari mulai segera setelah mengkonsumsi MSG sampai beberapa hari kemudian. Anak-anak lebih rentan terhadap efek negatifnya dibandingkan orang dewasa.

Menurut undang-undang RI No 7 Tahun 1996 tentang Pangan, pada Bab II mengenai Keamanan Pangan, pasal 10 tentang Bahan Tambahan Pangan dicantumkan :
'Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apa pun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang atau melampau ambang batas maksimal yang telah ditetapkan.'
Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan yang dilarang dan atau dapat digunakan sebagai bahan tambahan pangan dalam kegiatan atau proses produksi pangan serta ambang batas maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat 1.

Produsen mi instan tentunya harus mengikuti standar aman yang ditetapkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Namun kandungan bahan kimia ini masih berpotensi untuk menyebabkan berbagai gangguan kesehatan bila dikonsumsi secara rutin. Efek yang dirasakan memang adalah efek jangka panjang, misalnya gangguan pencernaan, konstipasi, sampai kanker pencernaan, dan lainnya.

Dalam jangka panjang, bahan kimia tersebut juga akan sangat berbahaya bagi kecantikan wajah dan kulit. Kulit menjadi lebih kering, yang kelak akan menimbulkan berbagai gejala penuaan dini. Selain itu, mi instan juga akan merusak program diet Anda, karena kadar kalorinya tinggi. Sekali lagi, boleh-boleh saja menikmati mi instan, tetapi sebaiknya tidak dikonsumsi terlalu sering. Jangan menjadikan mi instan sebagai makanan utama, melainkan sebagai jajanan selingan saja. Tetaplah mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang untuk sarapan, makan siang, dan makan malam.

Kita sebaiknya menghindari atau membatasi penggunaan MSG dalam makanan kita. Makanlah makanan dalam bentuknya yang paling alami. Bagaimanapun, tubuh kita tidak diciptakan untuk menyerap dan memanfaatkan zat sintetis buatan manusia. Tubuh kita diciptakan untuk mencerna makanan buatan alam. ingat kesehatan adalah nomor satu, karena kesehatan adalah segala-galanya.

Makanan yang paling baik bagi kita adalah makanan yang berasal dari buatan alam tentu saja dengan cara pengolahan makanan yang baik apalagi bahan makanan itu terbebas dari segala zat yang berbahaya bagi tubuh, seperti dalam bahan makanan organik. 
Semoga bermanfaat.

No comments:
Write comments

Terim Kasih Komentarnya. Semoga menyenangkan

KABAR TEMAN

ARSIP

*** TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG *** SEMOGA BERMANFAAT *** SILAHKAN DATANG KEMBALI ***
Komunitas Pendidikan Indonesia. Theme images by MichaelJay. Powered by Blogger.
Hai, Kami Juga Hadir di Twitter, like it - @iKOMPI25
Kirim Surat